Singgasana Magis Arcana

Lucien, Sahabat Alam



Lucien, Sahabat Alam

0"Hah?" Lucien terkejut dengan permintaan itu. Dia tidak punya persiapan untuk pidato dan dia ragu isi pidatonya akan efektif.     

Lucien berencana untuk menyiapkan pidato dan membujuk anggota komite, karena Florencia tidak mengatakan apapun yang berkaitan dengan pidato, Lucien berpikir dia tidak perlu melakukan apapun. Dia jadi malas dan melupakannya.     

Iristine dan Arcelion tampak bersemangat, dan mereka terus berujar, "Pastikan kau menjelaskan teori keseimbangan alam secara menyeluruh. Teorinya adalah teori yang dipercaya oleh para druid dan kau harus meyakinkan para penyihir itu!"     

Karena terlalu semangat, kedua elf itu tidak merasakan tekanan, dan kalimat mereka membuat Lucien pusing. Dia harus memberikan pidato yang kuat dan membujuk karena pidato yang menjelaskan tentang prinsip panjang-panjang tidak akan efektif.     

'Apa yang harus kukatakan? Aku tak bisa menyusun isi pidato yang meyakinkan dalam waktu singkat!' pikir Lucien.     

Lucien memutuskan untuk membantu menangani polusi karena dia tahu kalau hal itu bagus untuk lingkungan tempatnya hidup dan juga merupakan tindakan yang masuk akal. Dia tidak bisa membujuk para anggota dengan pidato yang emosional karena dia tidak bisa memahami situasi. Mustahil dia menangis karena polusi.     

'Yah, coba kuperiksa di perpustakaan jiwa apakah ada yang bisa membantuku.'     

Dengan dipimpin oleh Golem Adaminite, Lucien, Iristine, dan Arcelion tiba di pintu Komite Pengaduan. Mereka duduk di sofa panjang yang empuk dan menunggu dipanggil.     

"Tik tik."     

Di seberang aula, ada sebuah jam yang mengeluarkan suara jarum jam secara monoton. Iristine jadi gugup setelah perasaan menggebu-gebunya turun, lalu dia menatap Lucien. "Tuan Evans, apa yang harus kukatakan?" Pidato itu tidak sama dengan Ritual Pohon yang dia adakan di istana kerajaan, karena dia tidak bisa menyelesaikan tugas hanya dengan mengikuti prosedur. Selain itu, kali ini, dia harus menghadapi penyihir jahat daripada teman-teman elfnya.     

'Kenapa kau bersemangat duluan?' pikir Lucien, dan dia tak bisa berkata-kata selama beberapa saat.     

Dia melihat Iristine dengan ekspresi lembut di wajahnya. "Coba bicara tentang konsekuensi dari tak bisa menangani polusi dan kemungkinan alam yang balas dendam. Itu hal yang kau kuasai, 'kan?"     

"Jadi, konsekuensi polusi dan alam yang balas dendam..." Iristine terus mengulang kalimat itu sambil berusaha menenangkan diri. Arcelion tidak gugup seperti Iristine, karena dia telah membawai banyak acara penting di istana kerajaan dan berkomunikasi dengan tamu-tamu sebagai perwakilan kerajaan. Tak seperti adiknya, dia punya banyak pengalaman dalam berpidato.     

"Cklek."     

Pintu itu terbuka ketika Iristine masih mencoba menyusun pidatonya. Seorang wanita yang memakai lencana arcanis level empat dan penyihir tingkat lingkaran kelima melangkah keluar dari ruangan. Wanita itu berumur sekitar 20 tahun dan dia tampak bersemangat, tapi semua orang tahu wanita tersebut lebih tua daripada yang terlihat.     

"Tamu yang terhormat, siapa yang akan memberikan pidato pertama kali?" ujarnya dengan suara yang pelan tapi jelas, seolah dia tidak ingin mengganggu anggota komite di dalam.     

Arcelion melihat adiknya dan berdiri. "Aku duluan, Nona." Dia tahu Iristine belum siap.     

"Anda boleh memanggil saya Rachel, Yang Mulia." Perempuan muda itu mengangguk singkat dan tersenyum.     

Lucien mendengar nama itu dan tanpa sadar mengangkat kepalanya. Rupanya itu adalah perempuan berpenampilan biasa dengan rambut pirang cerah dan mata coklat muda. Perempuan itu memberikan Lucien kesan bersemangat dan positif, membuatnya merasa mereka pernah bertemu sebelumnya.     

Rachel adalah seorang jenius dalam Astrologi, Gaya, dan Ilusi, dan merupakan anggota Tower seperti Larry, Timothy, dan Ulysses. Dia berumur sekitar 28 atau 29 tahun, dan meskipun kemajuannya mirip dengan Felipe di masa lalu, meski Felipe sekarang maju lebih pesat.     

Rachel menyadari tatapan Lucien dan dia membalas dengan senyuman. Dia kemudian mengajak Arcelion ke aula dan menutup pintunya.     

Sekitar 10 menit kemudian, Rachel membuka pintu dan Arcelion keluar dari aula.     

"Kak, bagaimana pidatomu?" Iristine penasaran.     

Arcelion menggeleng dengan ekspresi serius di wajahnya. "Mereka mendengarkan pidatoku tapi mereka menyuruhku keluar sebelum berkomentar apapun.     

Atmosfer di sana menjadi berat. Anggota komite sempat berdiskusi sebelum meminta Rachel mengajak Iristine masuk.     

Iristine merapikan mantel panjang druid sederhana berwarna hijau. Mantel itu dirancang untuk memanjat, dan dia mencoba membuat dirinya tampak tenang dan bisa dipercaya.     

Lagi-lagi, lima menit kemudian, Iristine kembali dengan ekspresi putus asa di wajah cantiknya. Dia terlihat akan menangis, dan Iristine melihat ke arah Arcelion. "Hal pertama yang kukatakan adalah 'bicara tentang konsekuensi polusi dan alam yang balas dendam'. Sama seperti yang dikatakan Tuan Lucien padaku..."     

"Kau mengulang kalimat itu terlalu sering ... apa yang terjadi setelahnya?" Arcelion mencoba mengalihkan perhatian adiknya.     

Iristine menggigit bibirnya dan melanjutkan, "Nyonya Florencia menenangkanku dengan senyumnya dan aku akhirnya bisa mengatakan apa yang ingin kukatakan. Mereka tidak mengatakan apapun, tapi aku mendengar orang-orang berdebat saat meninggalkan aula. Kelihatannya ada seseorang yang tidak senang dengan ide itu."     

Lucien mencoba menenangkan dua elf itu sambil membaca informasi dari perpustakaan jiwanya. "Kalian sudah berusaha dengan baik..."     

"Kira-kira hasilnya bagaimana, ya..." Iristine melihat ke arah pintu yang tertutup dengan tatapan sedikit khawatir. "Kalau kita gagal, hubungan kami dengan Kongres Sihir akan semakin memburuk. Tapi, Tuan Evans, kau akan selalu menjadi teman kami apapun yang terjadi."     

Waktu berlalu dalam keadaan yang sunyi itu. Pintu di sana akhirnya terbuka lagi setelah beberapa saat. Rachel tersenyum ke arah Lucien dan bicara dengan nada bersemangat, "Evans, giliranmu."     

Lucien memakai kemeja putih dengan tuksedo hitam dan sepasang kacamata bergagang emas. Pakaiannya adalah pakaian formal. Dia mengangguk dan tersenyum setelah mendengar kalimat Rachel. Dia membenarkan kerah dan mansetnya sebelum mengikuti Rachel memasuki aula.     

Di belakang pintu itu terdapat lorong yang sempit dan sunyi. Ada senyum sopan di wajah Rachel, tapi dia tidak berkata apapun di sepanjang jalan.     

Lucien berbelok di sudut setelah 10 langkah, dan melihat anggota komite sedang duduk di sekitar meja yang besar.     

Beberapa dari mereka mengenakan mantel sihir, dan yang lainnya mengenakan pakaian formal dengan berbagai macam tipe. Ada beberapa kursi kosong dan di dalam sana orangnya lebih sedikit daripada yang Lucien kira.     

Anggota Komite Pengaduan, termasuk orang-orang seperti Florencia, punya banyak hal yang harus diurusi di luar tugas sebagai komite, seperti apa yang terjadi pada Rogerio beberapa bulan lalu. Itulah kenapa biasanya hanya ada separuh dari anggota di Allyn. Tapi hanya ada 19 anggota yang hadir hari ini.     

Untuk peraturan yang bisa disahkan, hanya butuh 2/3 anggota komite yang setuju dengannya.     

Rachel mengantar Lucien ke kursi yang ada di seberang para anggota komite, dan dia melihat senyum lembut di wajah Florencia. Dia mengangkat tangan kanannya dan mengayunkannya singkat untuk meminta Lucien agar dia tidak gugup.     

Lucien berdeham dan mulai berbicara perlahan, "Tuan dan Nyonya, selamat pagi. Saya pikir sebaigan besar anggota komite di sini memiliki keturunan, saudara, dan teman, bukan? Udara yang digunakan mereka untuk bernapas, air yang mereka minum, dan bahan-bahan yang mereka dapatkan dari laut, hutan, dan gunung, adalah alasan mengapa mereka masih hidup hingga saat ini."     

Lucien memulai pidatonya dengan cara yang berbeda, dan itu membuat para anggota komite keheranan. Rogerio melihat ke arahnya dengan ekspresi aneh di wajahnya. Tidak ada yang tahu apa yang dia pikirkan.     

"Kalau kita mempercepat perkembangan dengan merusak alam, orang-orang tercinta Anda akan..." Lucien mendeskripsikan kemungkinan situasi terburuk, sama seperti ramalan yang diberitahukan oleh para astrologis.     

Lucien mencoba sebisa mungkin supaya tidak tertawa dan menyelesaikan pidato itu dengan ekspresi datar di wajahnya. "Yang jelas, kita memang harus mendapatkan apa yang kita inginkan saat berkembang. Tapi, selama prosesnya kita tidak boleh merusak apa yang akan menjadi kebutuhan hidup penerus kita. Saya rasa perkembangan kita harus berkelanjutan, dan kita harus mengembangkan sihir serta mengumpulkan sumber daya, tapi kita tidak boleh merusak lingkungan yang akan membantu penerus kita untuk hidup. Perkembangan tidak akan berhenti jika alam tidak rusak sampai ke titik di mana alam tidak bisa pulih dengan sendirinya lagi."     

Lucien menjiplak ide dari sebuah buku yang berkaitan dengan politik...     

"Perkembangan berkelanjutan. Konsep yang bagus. Evans, kau boleh pergi. Kami akan memberitahu hasilnya padamu setelah voting," ujar Florencia dengan senyum hangat di wajahnya.     

Lucien membungkuk singkat dan mengikuti Rachel keluar dari tempat rapat.     

'Kapan aku menjadi orang yang bisa tinggal di aula dan mendiskusikan sesuatu yang berhubungan dengan Kongres Sihir? Aku tidak mau hanya menunggu di luar dan mendengarkan hasilnya.'     

Api kecil muncul di dalam kepala Lucien.     

...     

Di luar ruangan rapat.     

"Tuan Evans, bagaimana pidatomu?" Iritistine bertanya penasaran dan juga gugup.     

Lucien mengulang apa yang dia katakan di depan para anggota komite dan berujar dengan nada lembut. "Aku tidak tahu apakah pidatoku cukup untuk membujuk para anggota, dan kita harus menunggu hasilnya."     

Lucien, Iristine, dan Arcelion menunggu di sofa panjang di luar pintu sambil diam. Suara yang ditimbulkan oleh jam membuat mereka gugup.     

Sepertinya waktu berjalan lebih lambat daripada biasanya di tengah atmosfer berat itu. Setengah jam kemudian, pintu itu terbuka perlahan saat Arcelion bermaksud berdiri dan pergi. Florencia keluar dari aula. Dia mengenakan rok bergaris ungu dengan lencana arcana bintang enam dan lencana sihir lingkaran delapan di dadanya.     

"Pangeran Arcelion, Putri Iristine, dan Evans, hasilnya sudah keluar. Ada 10 suara yang menentang proposal dan 7 suara yang mendukung proposal dalam putaran pertama, jadi proposalnya ditolak. Tapi kami berdiskusi bagaimana harusnya memodifikasi proposal itu, dan di putaran kedua, ada 16 suara yang mendukung proposal baru dan 3 suara yang tidak setuju. Proposal barunya diterima. Peraturan itu tidak seketat yang kau pikikan. Akan ada hukuman sedang bagi pabrik alkimia yang melanggar peraturan penghilangan polusi. Untuk membuat mereka mematuhi peraturan, kami memutuskan untuk menyediakan subsidi dan keuntungan dalam daur ulang elemen-elemen yang sudah dipisahkan."     

Florencia melihat ke arah dua elf itu dengan ekspresi serius. Alasan mengapa mereka meloloskan proposal itu adalah untuk membuat hubungan kongres dan elf serta druid semakin baik. Para penyihir itu tahu kalau Kongres kalah, mereka tidak akan hidup damai di masa depan. Para penyihir yang bersembunyi di seberang Selat Storm dan selamat di Pegunungan Kegelapan adalah contoh yang pas.     

Arcelion dan Iristine tersiksa oleh harapan dan dan kehilangan harapan berkali-kali. Mereka puas dengan hasilnya. Setidaknya, peraturannya jelas memberikan keuntungan juga. Mereka meletakkan jari telunjuk mereka di dahi. Itulah cara para elf menunjukkan rasa hormat mereka.     

"Kami bisa melihat ketulusan Kongres Sihir. Kami harap peraturannya bisa lebih ketat karena jumlah pabrik alkimia bertambah, dan para penyihir bisa berubah pikiran tentang lingkungan. Selain itu, kami akan melaporkan situasinya pada para sesepuh dan istana kerajaan segera."     

Florencia melihat dua elf itu berjalan ke dalam aula dan mulai mengirimkan pesan. Dia tersenyum pada Lucien dan berkata, "Kenapa, Lucien? Kecewa?"     

"Yah, tujuan saya paling tidak sudah tercapai." Lucien memang sedikit kecewa.     

Florencia meletakkan tangannya di punggung dan menatap Lucien dengan sepasang mata hijaunya.     

"Kau tidak cukup kuat dan kalimatmu tidak dianggap serius oleh komite. Kalau kau bisa membuat kebanyakan penyihir menghormatimu dan punya kekuatan untuk membuat orang-orang takut padamu, apapun yang kau katakan akan tersampaikan. Nak, itulah yang membuat seorang pria dewasa memikat, dan jalanmu masih panjang.     

"Suamiku, Oliver, adalah pria seperti itu. Meski dia adalah seorang playboy, aku tetap mencintainya jauh di dalam hatiku. Nak, kuharap kau bisa menjadi pria seperti itu di masa depan, dan nanti akan ada wanita yang sangat mencintaimu." Florencia melambaikan tangannya dan masuk kembali ke aula rapat untuk membawakan rapat selanjutnya.     

Lucien mendecakkan lidah begitu pintunya tertutup.     

'Arcanis agung, huh? Jelas masih panjang sekali.'     

Iristine dan Arcelion kembali saat dia memikirkan hal itu.     

"Tuan Evans, terima kasih atas bantuannya pada kami. Meski hasilnya tidak seperti yang kami harapkan, tetap saja sukses. Bantuanmu adalah alasan kenapa kami berhasil. Sulit menemukan penyihir yang memiliki kemampuan perkiraan dan mencintai alam sepertimu. Aku akan memintakan gelar, Sahabat Alam, untukmu setelah aku kembali ke istana. Itu adalah simbol persahabatan untuk para elf," ujar Arcelion.     

Iristine tersenyum dan menambahkan, "Tuan Evans, jangan khawatir. Aku yakin peraturannya bisa diperbaiki. Kami tahu seberapa besar hal yang kau lakukan pada kami. Aku lega punya teman sepertimu. Aku ingin memberimu Pemberkatan Elf."     

Dia mengeluarkan selembar daun yang tampak normal, tapi sebenarnya di dalamnya terdapat energi alam.     

Lucien tidak menolak penawaran itu, karena itu adalah material utama untuk ramuan yang sangat penting.     

Ramuannya bernama Flying dan itu adalah ramuan pendukung paling baik yang bisa membantunya naik ke tingkat menengah. Persyaratan material itu adalah daun yang gugur dari pohon elf dan sangat langka. Dengan menggunakan ramuan itu saat naik tingkat, dia nantinya bisa menciptakan model untuk mantra terbang dalam tubuhnya, dan kekuatan spiritualnya akan jadi lebih tinggi 50% dari penyihir tingkat lingkaran ketiga kebanyakan.     

Kejadian itu bukan sesuatu yang dia sangka-sangka.     

"Terima kasih." Lucien mengambil daun itu dan menyadari ada berkat lain dalam badannya, dari gadis wraith bernama Marry. Berkat itu selalu ada bersamanya sejak lama, tapi tak ada hal yang terjadi. Dia memutuskan untuk mencari buku sihir yang berhubungan dengan jiwa, wraith, kutukan, dan pemberkatan setelah naik ke lingkaran ketiga.     

'Aku harus menulis lagu piano bernama Storm dan menghadiahkannya pada Natasha sebagai hadiah ulang tahun setelah aku kembali hari ini. Aku harus fokus meningkatkan skill sihirku dan mencoba naik ke lingkaran ketiga dalam waktu setengah tahun. Kalimatku tidak akan dianggap serius kalau aku masih lemah,' pikir Lucien.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.