Singgasana Magis Arcana

Pengawasan



Pengawasan

0Lucien sedikit melamun sambil memegang jurnal di tangannya.     

Kalau ada orang yang tertarik pada penyihir muda yang tak punya level arcana, lalu memutuskan untuk menginvestigasi dirinya di Departemen Administrasi Penyihir, orang itu pasti akan mengetahui kalau penyihir muda itu datang dari tempat lain dan memiliki nama yang sama dengan musisi terkenal di Aalto.     

Keadaan akan jadi lebih buruk jika orang lain di Allyn pernah melihat Lucien di Aalto sebelumnya. Lalu jika dia dikenali orang seseorang dari Hand of Paleness, pasti akan jadi masalah besar baginya. Karena apa yang terjadi di Djibouti, Lucien takut kalau banyak orang akan menghubungkan dirinya dengan Professor.     

Memikirkannya, Lucien merasa tidak aman. Dia menyesal karena sembarangan menggunakan nama aslinya saat mendaftarkan naskah itu, karena dia tak pernah menyangka kalau naskah pertamanya akan dikutip oleh seorang arcanis agung, sehingga mendapatkan banyak perhatian yang tak perlu. Sekarang, dia merasa sedang berdiri di bawah lampu sorot raksasa.     

Dia sadar kalau dirinya terlalu santai dan tidak waspada sejak tiba di Allyn. Lagi-lagi, Lucien mendapat pelajaran penting dari sana.     

"Hei ... hei!" Rock mengguncang tubuh Lucien pelan. "Apa kau kelewat semangat?"     

Penyihir tingkat junior terakhir yang naskahnya dikutip oleh arcanis agung adalah Ulysses, ketika umurnya masih 20 tahunan. Meski naskah Felipe yang membahas tentang hubungan antara sel memori dan mantra suci penyembuh memenangkan Penghargaan Immortal Throne—penghargaan selain Holm Crown Prize yang diadakan oleh Colette Royal Magic Academy dan Hand of Paleness—saat itu dia sudah menjadi arcanis level dua dan penyihir tingkat lingkaran ketiga. Sebagai penyihir yang tidak punya level arcana, pencapaian Lucien jelas sangat luar biasa.     

"Ah ... ya, sedikit..." Lucien memaksa diri untuk tersenyum. "Agak kaget..."     

Kemudian, Lucien buru-buru membaca naskah dari Lord of Storm, dan dia sangat terkejut dengan kecerdasan luar biasa sang arcanis agung.     

'Dengan menyimpulkan seluruh eksperimen dan statistik, kami dapat menuliskan kesimpulan bahwa gelombang elektromagnetik jelas bisa digunakan dalam pencarian dan penyisiran lokasi, dan itu lebih cepat daripada gelombang suara frekuensi tinggi. Namun, karena feedback-nya tak terlalu jelas, sebuah struktur sihir spesial harus dibuat untuk menyaring dan menegaskan informasi yang didapatkan. Struktur itu membutuhkan banyak perhitungan. Sehingga aku akan menganggap sihir masa depan ini sebagai mantra tingkat lingkaran kelima, dan kunamakan 'Eye of Thunder'.     

'Disaat bersamaan, kami juga bisa melihat, saat getaran gelombang elektromagnetik mencapai frekuensi yang lebih tinggi, dengan kekuatan dan energi yang cukup, molekular internal dari target eksperimen mulai bertabrakan satu sama lain, lantas menghasilkan suhu panas yang tinggi. Fenomena eksperimen itu bisa diubah menjadi mantra kuat untuk mengalahkan seseorang yang ahli pertahanan dari dalam. Saya mengira-ngira itu adalah sihir tingkat lingkaran kelima atau keenam. Lalu dengan mengikuti tradisi, kunamakan mantra itu 'Fernando's Lightning Smelter'.     

'Jika menaikkan frekuensi ke level selanjutnya menggunakan panas suhu tinggi yang dihasilkan dari reaksi, bisa tercipta sihir kuat lainnya, yang juga menjadi sihir tingkat lingkaran kelima atau keenam. Kunamakan itu 'Invisible Crematory'.     

'Kalau kita ingin menaikkan frekuensinya ke tingkat yang lebih tinggi, kita akan memasuki ruangan cahaya.'     

Lucien sangat terkesan, karena arcanis agung itu menemukan seluruh aplikasi major gelombang elektromagnetik dalam frekuensi yang berbeda-beda. Jika arcanis agung tak berhenti di depan ruangan cahaya, Lucien yakin kalau Fernando akan menciptakan lebih banyak mantra!     

Jelas bahwa arcanis agung adalah orang yang sangat jenius. Bahkan saat mereka membuat kesalahan, itu bukan karena kurangnya kecerdasan mereka, tapi seringnya mereka tertipu oleh pengalaman mereka sebelumnya. Selama mereka mendapatkan inspirasi, mereka punya kemampuan mengubah dunia!     

'Selamat tinggal ... kredit dan poin arcana masa depanku.' Lucien menghela napas. 'Arcanis agung ini tak memberiku banyak kesempatan untuk menjelajahi aplikasi gelombang elektromagnetik yang lain.'     

Lucien mengembalikan jurnal itu pada Rock.     

Ketika guru lain mulai membaca artikel itu dengan teliti, di pojok ruangan, Lucien masih kepikiran soal identitasnya yang sudah ketahuan.     

Namun, merasa gelisah saja tak bisa membantunya. Saat ini, solusi terbaik yang bisa diambil Lucien adalah mendapatkan perhatian dari Will of Elements. Jika Will of Elements bisa melihat kemampuan yang dimiliki Lucien, mereka pasti melindunginya saat melawan Hand of Paleness.     

Saat Lucien tersadar, dia melihat Rock, Jerome, Vilnia, dan orang lain yang ada di sana sedang melihatnya dengan emosi yang campur aduk. Cuma K yang masih membaca naskah itu.     

"Ada apa?" tanya Lucien bingung.     

Vilnia sedikit merengut dan tersenyum masam. "Aku bisa membayangkan apa yang akan dikatakan Beate dan penyihir lain di bidang Elektromagnetisme. Mereka akan mengumumkan dengan bangga kalau masa depan dunia ada di tangan Elektromagnetisme. Tapi, kaulah yang menginspirasi Tuan Fernando Brastar, penulis naskah penelitian luar biasa yang mendukung kebanggaan mereka..."     

Lucien paham apa yang ingin dia katakan. Rasanya Lucien lah yang menyerahkan senjata untuk memenangkan pertarungan pada musuh mereka, tapi Lucien juga tidak bersalah.     

Guru lain juga merasakan hal yang sama.     

"Aku tak terlalu mempermasalahkannya," kata K dengan suara pelan, berusaha untuk menghibur rekannya. "Lucien melakukan pekerjaannya dengan baik, dan perkembangan itu tidak menjadi milik perguruan tertentu, tapi seluruh kongres. Kebenaran dunia ini tidak akan berubah karena arogansi tak bermakna dari beberapa orang."     

Jerome tersenyum. "Maaf, kami tidak suka orang-orang seperti Beate, itu juga sama sekali bukan salahmu, Lucien."     

"Ayolah, Lucien bisa menerbitkan lebih banyak naskah luar biasa tentang eksplorasi dunia elemen juga!" Rock mengayunkan tangannya dan mencoba membuat suasana kembali ceria.     

Para guru di sana mulai kembali rileks, dan mereka mulai berdiskusi sesuatu yang berhubungan dengan topik akademik dengan semangat. Para murid mendengarkan mereka dengan saksama, seolah mereka sedang menikmati dongeng yang seru.     

Ketika sudah mulai sore, beberapa guru meninggalkan kediaman Lucien, diikuti oleh para murid kemudian. Hanya Chely yang tampak melamun sendiri.     

"Hey, Chely. Waktunya pulang." Heidi menepuk bahunya.     

Chely tiba-tiba tersadar dan berujar malu, "Melihat diskusi Tuan Evans dan guru lain mengingatkanku pada hari-hari di mana ayah sedang berdiskusi dengan kesatrianya di kediaman kami. Pembicaraan para guru sangat bersemangat dan berwawasan luas, dan tidak seperti bagaimana orang-orang di Sturk mendeskripsikan penyihir. Sejak pertama kali aku tiba di Allyn, aku sangat tersentuh dengan apa yang kulihat. Tempat ini seperti mimpi, tapi aku juga takut..."     

"Komunikasi..." sahut Lucien. "Komunikasi selalu jadi hal paling penting saat seseorang menghadapi masalah."     

Lucien percaya kalau Natasha dan Silvia berkomunikasi lebih baik lagi, mereka tidak akan berakhir seperti itu.     

Chely mengangguk tapi masih merasa agak putus asa.     

Melihatnya, Lucien berjalan ke arah piano yang ada di ruang tengah. Piano itu diberikan oleh sekolah, karena Lucien juga mengajar musik.     

Musik yang dimainkan Lucien sangat familiar bagi kebanyakan anak-anak China – Dua Harimau.     

"Semangatlah; semangatlah, Chely kecil, Chely kecil! Belnya bunyi, belnya bunyi; jangan terlambat, jangan terlambat."     

Lucien menyanyikan lagu yang lucu untuk gadis itu. Chely kemudian tersenyum. Heidi, Layria, dan Annick pun turut tersenyum. Semua murid di sana tertawa.     

"Terima kasih, Tuan Evans. Permainan Anda luar biasa." Chely berdiri dan berujar dengan tulus.     

Setelah para murid meninggalkan kediaman Lucien dengan senang, Lucien berjalan ke ruang belajarnya sambil tersenyum. Namun dia merasa agak stress.     

Karena beberapa elemen di dunia ini berbeda dengan yang dia pelajari di dunia asal, Lucien kini kesusahan mengelompokkannya secara berurutan. Karena dia tak bisa mengidentifikasi beberapa elemen, Lucien sementara hanya bisa menganggap mereka sebagai isotop aneh. Tapi sekarang dia tak bisa melanjutkan lebih jauh.     

Dia harus bergegas. Dia harus mendapatkan cukup perhatian dari Will of Elements.     

Sambil duduk di depan tumpukan kartu yang mewakilkan bermacam-macam elemen, saat Lucien akan melanjutkan penelitian, dia tiba-tiba merasakan hawa panas di depan dadanya.     

Hawa panas itu berasal dari Sun's Corona! Benda itu memberitahu Lucien bahwa ada makhluk undead sedang mendekatinya!     

Ekspresi Lucien bahkan tak berubah sedikit pun. Tapi dia cepat-cepat membatin, 'Pasti ada beberapa makhluk undead yang ada di sampingku, tapi kenapa dia belum melakukan serangan? Apa dia mencoba melihat apa yang kulakukan?'     

Sun's Corona adalah lawan undead yang tak terkalahkan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.