Singgasana Magis Arcana

Tugas



Tugas

0"Umm ... nama itu terdengar seperti orang brengsek yang misterius dan jahat, haha." Karena hubungan mereka semakin dekat, Lazar bisa bercanda.     

Lucien berkata sambil menyunggingkan senyum jahat palsu di wajahnya, "Suatu hari nanti, saat aku melakukan hal besar yang bisa mengguncang dunia sihir, aku akan meninggalkan tulisan X dengan darah di tempat kejadian."     

"Kedengarannya keren!" Lazar mengayunkan tinjunya sesaat. "Itu mengingatkanku pada Professor misterius yang meninggalkan surat berdarah di tempat kejadian saat dia membunuh si pengkhianat."     

Wajah Lucien menegang karena gugup. Dia kemudian cepat-cepat mengalihkan topik, membicarakan toko-toko terkenal di Allyn.     

Kali ini, di Departemen Administrasi Penyihir, Lucien berhasil mengaktifkan lencana arcana miliknya. Ada tujuh titik perak yang bersinar di lencana hitam, membuatnya tampak misterius.     

Saat ini, lencana itu tak punya efek sihir. Namun Lucien diberitahu jika saat dia menjadi arcanis tingkat menengah, lencana arcana-nya akan dilengkapi dengan mantra. Lalu ketika dia naik menjadi level senior, lencana sihirnya juga akan diberi mantra.     

"Jadi menambahkan huruf 'X' di belakang namamu?" tanya Eric sambil melihat Lucien menyematkan lencana arcana di depan dada kirinya.     

Lucien mengangguk dengan serius. "Benar. Apa ada hal lainnya lagi, Tuan Eric?"     

"Tidak ada, tapi aku ingin mengingatkanmu supaya mencari tempat tinggal di Allyn secepatnya dan memberiku informasi untuk menghubungimu. Omong-omong, saat kau membalas undangan Arcana Umum, lebih baik kau menuliskan alamat dan informasi kontakmu supaya mereka bisa menghubungimu lagi," ujar Eric santai. Kemudian, dia berbalik dan berujar pada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya, "Masuk."     

Melihat Eric sedikit sibuk, Lucien dan Lazar buru-buru membungkuk dan meninggalkan ruangan.     

"Tuan Eric punya banyak pekerjaan, ya..." ujar Lucien setelah melihat ke ruangan Eric.     

Seolah Lazar baru saja mendengar lelucon, dia tertawa. "Tentu saja pekerjaannya banyak, soalnya dia hanya bekerja dua hari seminggu selama 14 jam."     

"Hanya dua hari? Lalu bagaimana dengan hari sisanya?" tanya Lucien terkejut.     

"Dia bisa belajar sihir, melakukan eksperimen, atau apapun yang dia mau." Lazar mengedikkan bahu. "Lalu pekerjaan sebagai direktur departemen bisa membuatnya dapat 30 thale atau poin arcana dalam sebulan. Itulah mengapa kami punya 10 direktur di Departemen Administrasi Penyihir, tapi hanya penyihir tingkat menengah yang punya kesempatan mendapatkan pekerjaan itu."     

Jelas Lucien menginginkan pekerjaan itu. "Pekerjaan itu pasti pekerjaan yang enak, karena gajinya tinggi dan pekerjaannya sedikit."     

"Kalau pekerjaannya bukan seperti itu, tidak akan ada penyihir tingkat menengah yang mau melakukan pekerjaan merepotkan dan membosankan. Biar bagaimanapun, target utama bagi setiap penyihir untuk belajar sihir dan arcana adalah untuk mengembangkan kekuatan mereka, daripada mengurusi dokumen kantor. Hanya orang-orang yang tidak mau mengembangkan diri dalam sihir yang akan bergelimang harta." Di usia muda, Lazar sangat ambisius. Sehingga dia memandang rendah para penyihir yang puas dengan hal-hal semacam itu.     

Lazar kemudian tampak lebih serius. "Apa rencanamu setelah ini, Lucien? Belajar arcana atau mengambil misi untuk mendapatkan uang?"     

"Aku ingin menghabiskan sebagian waktuku untuk belajar arcana dan melakukan eksperimen." Beberapa tahun terakhir, Lucien merasa lelah dengan gaya hidup yang berbahaya.     

"Kalau begitu, kusarankan kau memilih bekerja di sekolah sihir." Lazar mengangguk.     

"Kenapa?" tanya Lucien, karena dia berencana tidak bekerja, tapi fokus belajar untuk naik tingkat menjadi penyihir tingkat lingkaran kedua.     

"Yah ... karena tugas mengajarmu baru selesai separuh." Lazar menyeringai, lalu bersandar ke tembok dengan santai. "Nanti kau harus memilih satu dari dua tugas. Antara kau mengajari dua murid sampai menjadi murid senior, atau kau bisa bekerja di sekolah sihir. Bedanya, yang pertama tidak akan membuatmu dapat uang, tapi yang kedua kau bisa dapat gaji. Selain itu, selama—paling tidak—ada enam murid di kelas yang menjadi penyihir tingkat murid senior, misimu selesai."     

"Begitu..." Lucien mengangguk serius. "Sepertinya aku tak punya pilihan."     

"Benar." Lazar melipat tangannya di depan dada dengan santai. "Lalu, apa benar kau cuma punya 6 thale dan 9 poin arcana sekarang?"     

"Yep," jawab Lucien jujur.     

"Meski itu termasuk uang yang banyak bagi orang normal, tapi bagi penyihir seperti kita," Lazar menggoyangkan telunjuknya pada Lucien, "itu tidak ada apa-apanya. Menjadi penyihir berarti membakar uang."     

"Aku tahu banyak material yang sangat mahal." Lucien sependapat.     

"Benar, dan bukan cuma itu. Tahu tidak? Di Allyn, kau butuh uang untuk meminjam buku di perpustakaan, untuk menyewa ruangan meditasi, untuk eksperimen, untuk menganalisis mantra. Semuanya butuh uang. Lalu ketika kau naik ke tingkat yang lebih tinggi, kau pasti akan menghabiskan lebih banyak uang lagi. Katakanlah, mungkin satu kegiatan pemanggilan bisa membuatmu mengeluarkan 60 thale."     

"Dulu pernah ada yang mengatakan, 'Tanpa uang yang cukup, seseorang tak bisa menjadi penyihir yang hebat'." Lucien menyentuh dahinya sejenak, lalu berkata, "Untungnya kita masih bisa cari uang."     

"Benar sekali. Jadi, selain menjalani misi, berpetualang, atau membuat item sihir untuk mendapatkan uang, kongres juga menyediakan dua cara untuk kita. Satu cara untuk mendapatkan poin arcana, yang kau sudah tahu caranya. Semakin tinggi levelmu, semakin murah kau bisa menyewa atau membeli sesuatu." Lazar kemudian menatap dengan sorot kagum. "Kalau yang kedua, beberapa arcanis atau penyihir bisa bersama-sama mengajukan proposal penelitian pada kongres. Kalau topik penelitiannya diterima Dewan Penelitian Sihir, mereka bisa mendapatkan banyak poin arcana. Namun, proyek penelitian itu biasanya dipimpin oleh arcanis tingkat senior."     

Sudut bibir Lucien berkedut, lalu berpikir dalam hati, 'Di sini juga ada pendanaan penelitian?'     

Lazar melanjutkan, "Jadi, bagi penyihir tingkat junior seperti kita, kalau kau tidak mau mengambil terlalu banyak risiko, antara kau mencari mentor yang hebat, atau mencari pekerjaan yang layak. Di antara pekerjaan-pekerjaan yang ada, bekerja di sekolah sihir adalah pilihan terbaik."     

"Gajinya bagaimana?" Lucien bertanya-tanya kenapa Lazar mau memberitahu pekerjaan ini begitu saja.     

"Kau bisa bekerja selama 20 jam selama satu minggu di sekolah sihir sebagai guru dan mengajar 10 kelas. Meski gajinya hanya 10 poin per bulan, kau bebas mengatur sisa waktu yang kau miliki. Apalagi, kau bisa menggunakan laboratorium dan perpustakaan sekolah secara gratis, dan kau juga akan dapat beberapa material eksperimen gratis."     

"Wow..." Sebenarnya Lucien adalah orang yang agak gila uang. Mendengar kalimat Lazar, Lucien sedikit bersemangat. Hal yang membuatnya paling semangat jelas penggunaan laboratorium dan perpustakaan yang gratis.     

"Tapi, yang benar saja ... memang ada orang yang mau memberikan pekerjaan sebagus itu untukku?" kata Lucien agak putus asa.     

"Ayolah, Sobat." Lazar menepuk bahu Lucien. "Kau bukan orang tak dikenal. Kau baru saja mendapatkan tujuh poin arcana di hari pertama kau datang kemari, dan kau punya kata 'inovatif' di naskah penelitianmu! Meski setiap tahun beberapa arcanis dan penyihir akan pergi ke daerah terpencil untuk mengajari murid di sana, aku rasa kau tidak akan pergi dari Allyn secepat itu, 'kan?"     

"Jelas tidak." Lucien menggeleng. "Kau benar, Lazar. Aku harus berusaha keras untuk bisa masuk ke salah satu dari lima sekolah sihir di Allyn. Omong-omong, Lazar, apakah ada tugas wajib untuk kita dari kongres?"     

Lucien berpikir tentang apa yang dia dengar dari Hand of Paleness.     

"Ada, sekali setiap tahunnya," jawab Lazar. "Tapi untuk penyihir tingkat junior seperti kita, hanya ada kewajiban mengajar. Soalnya kongres ingin kita jadi kuat dulu. Bahkan ketika kita naik ke tingkat menengah, kita masih bisa menggantikan tugas yang terlalu berisiko bagi kita dengan tugas lain selama kita bisa bayar."     

Lucien merasa lebih lega sekarang. "Yah, lumayan."     

...     

Zona lima, Zona Tugas.     

Di dalam zona itu terdapat barisan-barisan konter yang terbuat dari besi berwarna perak keabu-abuan. Di belakang setiap konter ada layar berwarna hijau tua yang sedang memperlihatkan tugas-tugas dari kongres, penyihir, bangsawan, atau pedagang.     

Sambil melihat sekitar, hanya ada satu konter yang kosong saat ini. Di belakang konter ada wanita paruh baya yang tampak biasa-biasa saja.     

Melihat Lucien dan Lazar berjalan mendekati konter, wanita itu bertanya dengan suara datar. "Mau cari tugas baru atau ambil bayaran?"     

"Aku sudah menyelesaikan tugasku." Lucien menyerahkan sertifikat dan lencana sihir pada wanita itu.     

Setelah memeriksa sertifikatnya sekilas, wanita itu menulis beberapa kata di atas kertas, kemudian meletakkan lencana Lucien di lingkaran sihir di sebelah kanan.     

Begitu cahayanya menghilang, ada selembar perkamen di dalam lingkaran sihir. Perkamen itu digunakan di dalam kongres, khusus untuk pengiriman menggunakan sihir.     

Setelah melihat sekilas, wanita itu berujar dingin padanya, "Lucien Evans, tugasmu baru selesai setengahnya. Untuk bagian kedua, kau ingin mengajar murid yang dipilih oleh kongres atau mengajar di daerah terpencil?"     

Sambil bicara, dia mengeluarkan tumpukan sihir dasar dan buku arcana, lalu mulai membaca.     

"Aku ingin bekerja di salah satu dari lima sekolah sihir di Allyn, Bu." Lucien tetap bersikap sopan.     

Wanita paruh baya itu memutar matanya dan menjawab tanpa basa-basi. "Jangan membuang waktuku. Silakan pilih dari dua pilihan itu."     

"Apa aku dilarang melamar pekerjaan?" Meski sikapnya sama sekali tidak ramah, Lucien masih ngotot.     

"Tidak." Wanita itu melirik Lucien. "Tapi kau adalah penyihir yang mengikuti sistem sihir kuno, dan kau baru datang kemari kemarin, kau tidak punya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan itu. Silakan pilih, atau aku akan memanggil pihak keamanan."     

"Nyonya Lawette, kau sebaiknya membantu proses aplikasi Lucien, atau aku akan mengajukan komplain ke Komite Pengaduan karena kelakuan burukmu!" Bahkan Lazar pun merasa cukup kesal.     

Mendengar kalimat Lazar, Lawette mendecakkan lidah tak sabaran dan berkata, "Baiklah, kalau kau mau menyia-nyiakan waktumu, silakan."     

Dia kemudian mengambil sebuah formulir dan sebuah pena bulu, lalu menyerahkannya pada Lucien.     

Lucien selesai menulis seluruh informasinya. Tapi setelah dipikir ulang, dia menambahkan komentar spesifik di kertas formulirnya juga.     

Kalau dia mencoba, dia harus mencoba sebaik mungkin.     

Ketika Lucien menulis, Lawette terus mendesaknya agar cepat menyelesaikan kegiatan itu. Setelah dia mengambil formulir Lucien, wajahnya tampak terkejut dengan raut tidak senang. "Lebih baik kau jujur dengan apa yang kau tulis, atau kau akan dihukum berat."     

"Silakan periksa lencana arcana saya," jawab Lucien dengan wajah tanpa ekspresi, lalu menyerahkan lencana arcana miliknya pada Lawette.     

Lawette melihat tujuh titik perak di lencana itu, dan dia terkejut.     

Sepuluh menit kemudian, setelah dia mengirimkan informasi formulir Lucien ke kantor, hasilnya dikembalikan.     

Wajah Lawette berubah ungu karena kecewa dan malu begitu dia selesai membaca dokumennya.     

Lucien mengambil dokumen dari Lawette dan melihat hasilnya. 'Berdasar bidang spesialisasi Anda, Tuan Evans, kami akan merasa terhormat bisa menerima Anda di Douglas."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.