Singgasana Magis Arcana

Janji Lazar



Janji Lazar

0Volume ketiga: Kota di Langit.     

Cahaya matahari yang menyilaukan, lingkungan yang agak lembab, bau amis ikan samar di udara, bangunan tua tapi elegan, kota yang ramai—itu adalah kesan pertama Lucien pada kota pesisir terbesar di Holm, Kota Patray.     

Beberapa kereta kuda melintasi jalanan Patray, yang di dalamnya terdapat Lucien, para murid, dan penyihir yang menjemput mereka—Lazar.     

"Apa kau menyukai Holm, Tuan Evans? Tidak buruk, 'kan?" Lazar masih tersenyum lebar.     

"Panggil saja aku Evans, Lazar. Ya, para perempuannya memang cantik," jawab Lucien bercanda tapi santai. "Gaya berpakaian di sini cukup berbeda, ya. Beberapa gaun yang dipakai para perempuan sangat bagus, dan beberapa desainnya sederhana. Beberapa warnanya cerah, dan beberapa coraknya bagus. Satu-satunya yang mengecewakanku adalah para wanita di sini semuanya berpakaian dengan gaya kuno, haha."     

"Ha, Evans..." Lazar menepuk tangannya. "Begitu, ya. Kau tidak mengapresiasi kecantikan kuno. Tapi bagiku, itu adalah kata lain dari seksi, yang mana lebih misterius dan bisa memberikan kita lebih banyak ruang untuk berimajinasi."     

Lucien mengangguk singkat. "Hal lain adalah ... kurasa orang-orang di sini, mau laki-laki atau perempuan, semuanya suka pakai topi. Benar?"     

Di Aalto, hanya beberapa klerus dan warga senior yang suka mengenakan topi.     

"Benar, Evans. Kemampuan observasi yang baik sangat penting bagi seorang penyihir. Di Holm, menggunakan topi adalah sopan santun, dan kau juga harus beradaptasi. Wanita senang menggunakan topi capeline dengan pita panjang dengan tassel dan crape bonnet untuk situasi formal, lalu bonnet sederhana yang dihias oleh bunga atau bulu untuk sehari-hari. Pria biasanya menggunakan topi bundar atau capeline untuk laki-laki. Sementara pria bangsawan suka menggunakan bonnet untuk laki-laki atau topi tinggi," jawab Lazar. "Selain topi, dasi, setelan, atau mantel juga merupakan bagian yang penting."     

Setelah semakin dekat dengan Lazar, Lucien mengganti topiknya dengan natural. "Aku penasaran apakah ada batas seorang penyihir menggunakan sihir?"     

"Pada dasarnya, seorang penyihir menggunakan sihir untuk melukai seseorang itu seperti orang biasa memakai pisau atau pedang untuk melukai seseorang, sehingga akan dihukum berdasarkan hukum yang berlaku. Namun, karena penyihir laki-laki di Holm punya gelar bangsawan, kalau kasusnya tidak terlalu serius, mereka hanya didenda. Lihat, Evans." Lazar menunjuk ke arah pria paruh baya yang memakai setelan abu-abu. Lucien melihat pria itu berdiri di samping air mancur di alun-alun dan dikelilingi oleh banyak anak-anak. Sambil memegang topi tingginya di tangan, pria paruh baya itu terus menunjukkan macam-macam barang dari dalam topinya pada anak-anak, seperti bunga, roti, batu, bahkan merpati putih.     

"Apa dia seorang murid?" tanya Lucien.     

"Benar." Lazar tersenyum dan mengangguk. "Karena kongres mulai mengirimkan murid ke sekolah sihir agar mereka dapat pendidikan formal, murid di negara ini semakin banyak. Tapi, itu juga berarti kita punya banyak penyihir murid yang tak bisa menjadi penyihir sejati. Untungnya, para murid itu bisa membaca dan lebih berpengetahuan daripada orang-orang biasa, sehingga mereka masih bisa hidup layak. Orang itu, penyihir murid itu, tampaknya sangat menyukai anak-anak."     

Lucien sudah mendapatkan informasi dari Astar dan Tom, jadi dia tak terlalu terkejut. Dia bertanya santai, "Lalu persentasenya bagaimana? Maksudnya ... berapa banyak murid yang bisa menjadi penyihir sejati?"     

"Yah ... kalau dibandingkan, angkanya naik lebih banyak dibandingkan zaman kerajaan sihir kuno. Murid yang tak punya cukup kekuatan spiritual hanya bisa mengandalkan harapan mereka dalam ramuan sihir yang berharga atau ritual sihir berisiko. Makanya, di antara seribu murid, mungkin hanya ada satu yang bisa menjadi penyihir. Tapi sekarang, karena adanya pembelajaran arcana, kita punya persyaratan yang lebih rendah untuk kekuatan spiritual seseorang. Saat ini, jumlahnya sekitar lima dari seratus orang yang bisa jadi penyihir." Lazar menatap Lucien dengan senyumnya yang khas. "Kau tak perlu mengkhawatirkannya, Evans. Maksudku, karena kau sudah jadi penyihir, selama kau bisa fokus belajar arcana, aku yakin kau bisa berkembang cepat. Omong-omong, bidang apa spesialismu?" tanya Lazar penasaran.     

"Aku lebih ahli dalam Astrologi dan Elemen," jawab Lucien jujur. "Tapi aku masih belum yakin apa yang akan menjadi bidang utamaku."     

"Ha. Dulu aku juga penyihir di bidang Elemen dan juga anggota Will of Elements. Apa kau pernah mendengar nama kelompok itu?" tanya Lazar.     

"Tuan Astar mengatakan itu padaku sebelumnya. Kau ingin aku masuk ke sana, Lazar?" Lucien tersenyum. Dalam hati dia berkata kalau dia mengetahui lebih banyak soal kelompok itu daripada hanya mengetahui namanya. Biar bagaimanapun, dia bahkan membawa cincin itu.     

"Ayolah, Evans! Kita bukan Hand of Paleness," ujar Lazar bercanda. "Hand of Paleness tidak peduli dengan kualitas anggotanya sama sekali. Apa yang kupahami adalah, hal terpenting bagi mereka adalah mayat. Kalau seorang anggota tak benar-benar layak, tubuhnya masih bisa digunakan, 'kan?"     

Jelas bahwa terdapat konflik besar antara Will of Elements dengan Hand of Paleness.     

"Jadi, Lazar ... kutebak kau juga seorang arcanis, 'kan?" tanya Lucien hati-hati.     

Lazar membenarkan posisi duduknya jadi lebih tegak dan mencoba membuat senyumnya tampak lebih santai. "Mantra tingkat lingkaran pertama, Lazar's Burning Hand, yang kukembangkan awal tahun ini telah diterima oleh Dewan Ulasan Arcana, dan aku mendapatkan dua poin arcana dari sana. Bersama dengan 8 poin yang kupunya, sekarang aku adalah arcanis level satu dan penyihir tingkat lingkaran kedua. Itulah mengapa aku adalah anggota Will of Elements."     

Lazar tampak sangat bangga dengan pencapaiannya.     

"Kau umur berapa, Lazar? Kau tampak muda." Meski Lucien tak paham sesulit apa penyihir tingkat junior untuk mendapatkan poin arcana, dia masih cukup terkejut dengan level penyihir Lazar.     

Lazar meraih segelas wine yang ada di atas meja kayu kecil di dalam kereta kuda. "Baru saja umur 22. Dua tahun lebih tua daripada kau, Evans."     

Karena Lucien sering bersikap cukup dewasa, kebanyakan orang mengira dia umur 20 atau semacamnya. Makanya Lucien juga memberitahu orang lain kalau dia umur 20 untuk membedakan dirinya dengan musisi terkenal umur 18 tahun.     

"Kau memang jenius, Lazar." Lucien mengangguk dan memujinya dengan jujur.     

"Aku masih jauh dari kata Jenius, Evans." Lazar melambaikan tangannya singkat. "Contohnya, Tuan Ulysses dari Will of Power. Dia adalah jenius yang sebenarnya di perguruan Elemen. Dia adalah arcanis level dua dan penyihir tingkat menengah saat umurnya 22 tahun. Dia juga seorang arcanis level empat, penyihir elemental tingkat lingkaran kelima saat umur 33 tahun. Lalu masih ada Tuan Larry dan Tuan Timothy dalam grup kami."     

Lazar tidak iri pada para jenius itu, karena pencapaian orang-orang itu sudah berada jauh dari batas iri orang-orang normal.     

"Tapi, orang dari perguruan Elemen yang paling kukagumi—kecuali arcanis agung Hathaway—adalah Nyonya Meredith dari Holm, yang memenangkan penghargaan Holm Crown saat umurnya 23 tahun. Dia adalah salah satu dari orang jenius yang arcana levelnya lebih tinggi daripada level penyihir. Setelah dia memenangkan penghargaan itu, Nyonya Meredith bahkan menjadi arcanis level empat saat dia masih jadi penyihir elemental tingkat lingkaran pertama! Sayangnya..."     

Lazar menghela napas sedih.     

Lucien diam-diam menyentuh cincin bernama Mo di sakunya dengan perasaan yang campur aduk. "Aku juga pernah dengar ceritanya, dan Nyonya Meredith memang sangat mengagumkan."     

Lazar mengangkat gelasnya untuk menunjukkan apresiasi.     

"Meski kita belum berencana mengundangmu bergabung dengan kelompok kami, Evans," kata Lazar, "sebagai pemuda menjanjikan yang sudah menjadi penyihir di awal umur 20 tahun, dengan mempelajari sistem sihir kuno, kau harusnya bisa mendapatkan perhatian banyak kelompok di kongres dalam waktu singkat."     

"Aku tersanjung." Lucien mengangguk sopan.     

Lazard merasa Lucien tidak terlalu mengerti apa maksud kalimatnya, jadi dia menambahkan, "Menjadi anggota kelompok kami bisa membuatmu dapat banyak keuntungan, yaitu dapat bimbingan dari penyihir tingkat menengah dan senior, macam-macam buku arcana dan jurnal, laboratorium yang lengkap, kekayaan, dua ritual rahasia untuk mengembangkan diri—yang satu adalah milik kongres, Royal Magic Academy dan kelompok yang disebut Lord of Elements, satunya bernama Creator, yang hanya tersedia untuk penyihir yang mempelajari Elemen dan Alkemi. Omong-omong, mewakilkan Nyonya Meredith, selama kau bisa mendapatkan tingkatan dalam arcana sampai tanggal 30, Evans, kau bisa bergabung dengan kami!"     

Lucien masih tersenyum, meski dia diam-diam berpikir bahwa dirinya—orang yang memegang cincin Nyonya Meredith saat ini—yang seharusnya menjadi perwakilan wanita berbakat itu daripada Lazar.     

Selain itu, Lucien masih ingat apa yang dikatakan Astar padanya. Saat dia masih merupakan seorang penyihir tingkat menengah, lebih baik dia menjauh dari konflik dan kompetisi grup-grup itu, dan fokus pada pembelajarannya lebih dulu.     

"Aku sangat tertarik dalam Astrologi dan Elemen," ujar Lucien tulus. "Will of Elements pasti kelompok yang cocok untukku."     

Lazar mengangguk puas. "Kalau spesialisasimu dalam Astrologi, kau juga bisa mempertimbangkan Tower."     

Kelihatannya hubungan antara Tower dan Will of Elements tidak buruk.     

Kemudian Lazar melihat keluar sejenak dan bertanya, "Apa kau ingin tinggal di Patray selama beberapa hari lagi atau mau langsung pergi ke Allyn?"     

"Aku tak sabar mau pergi ke Allyn secepatnya," jawab Lucien cepat.     

Lazar menurunkan gelasnya dan menyeringai. Kemudian, dia menyuruh kusir untuk membawa mereka ke dalam rumah yang terdapat kebun di dalamnya, dan tampak tak terlalu spesial.     

Namun, begitu kereta kuda melewati gerbang, pemandangan sekitar tiba-tiba menjadi blur, seolah ada kabut tebal di mana-mana.     

Saat kereta kuda itu keluar dari kabut, apa yang Lucien lihat mengejutkannya.     

Di hadapannya terdapat empat pasang rel kereta dan sebuah kereta dengan 8 gerbong.     

Para murid di dalam kereta yang mengikuti Lucien dan Lazar lebih terkejut lagi.     

"Selamat datang di kereta uap sihir menuju Allyn," kata Lazar.     

Lazar senang melihat wajah terkejut Lucien dan para murid.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.