Singgasana Magis Arcana

Belajar Membantu Kemajuan Seseorang



Belajar Membantu Kemajuan Seseorang

0Melihat Tuan Evans sangat serius, Annick, Layria, dan Heidi mengangguk, meski tak paham apa yang akan mereka lakukan. Namun, mereka jelas merasakan hal yang tidak baik.     

"Tuan Evans, karena ini adalah pertama kalinya Anda membaca buku arcana itu, kami akan membiarkan Anda sendiri dulu sekarang agar tetap fokus. Saat Anda sudah lebih memahaminya, tolong bimbing kami." Annick berdiri dan bicara pada Lucien dengan sopan, "Kita bisa belajar meditasi sekarang."     

Meskipun Lucien sebenarnya bisa mengajari mereka sesuatu tentang sains—atau kalau di dunia ini disebut arcana—sekarang juga, dia memutuskan untuk membuat segalanya lebih masuk akal. Karena akan sangat aneh kalau pengenalan pembelajarannya langsung dimulai setelah dia membolak-balik halaman.     

"Saran yang bagus." Lucien tersenyum dan mengangguk. "Mungkin besok, sekitar jam segini, aku bisa mulai mengajar."     

"Besok? Wow, cepat sekali." Layria sangat terkejut.     

"Aku akan mengajari kalian besok tentang apa saja yang sudah kupahami," jawab Lucien. "Itu adalah caraku mengajar. Aku belajar, kemudian mengajarkan pengetahuan itu pada kalian bertiga. Itu juga menjadi cara yang bagus untuk memberikan sedikit tekanan pada diriku sendiri."     

"Anda baik sekali, Tuan Evans," jawab Heidi riang.     

Saat ketiga murid itu kembali ke ruangan mereka untuk berlatih meditasi, Lucien menuju sudut yang sepi agar fokus belajar.     

Buku yang Lucien baca sekarang adalah Prinsip Matematika dalam Filosofi Sihir, yang cukup mirip dengan prinsip terkenal milik Newton. Berdasarkan daftar isinya, buku itu juga memfokuskan pada diskusi macam-macam kekuatan di dunia ini menggunakan kalkulus. Sementara perbedaan besar pada isi buku adalah, sesuai dugaannya, para peneliti itu menyebutkan tujuan dalam mengembangkan sihir, seperti memecahkan beberapa pertanyaan dalam bidang Astrologi.     

Kemudian, Lucien membalik buku ke halaman pertama dan mulai membaca kalimat yang ditulis oleh pengarang.     

'... Kami semua sudah berusaha melakukan segala macam penelitian untuk mencari jawaban sesungguhnya dari pertanyaan abstrak, seperti: Apakah 'aku'? Apakah esensi dunia? Dari mana dunia datang? Bagaimana seluruh hal di dunia ini terbentuk dan tergabung menjadi sistem yang indah? Apa yang 'aku' lakukan pada dunia? Itulah mengapa aku memutuskan menggunakan nama 'filosofi' untuk menamai buku ini.     

Kami menjelajahi kalimat, mencoba untuk merangkum dan menyimpulkan hukum dari fenomena umum. Kemudian berdasarkan hukum, kami menjelaskan, membentuk, dan menciptakan sihir.     

Rekanmu,     

Douglas'     

Lucien sama sekali tidak terkejut kalau kalkulus diciptakan di dunia ini, karena seluruh struktur sihir yang rumit membutuhkan penghitungan yang akurat.     

Saat Lucien mulai membaca buku itu dengan hati-hati, sebuah pena bulu di meja melompat sendiri dan mulai menulis sesuatu di atas kertas, secara otomatis mengikuti pemikiran Lucien.     

Lucien menyadari kalau, dibandingkan dengan buku-buku yang sama yang ada di dunia asalnya, buku ini lebih sistematik dan jelas, sehingga Lucien lebih mudah memahaminya.     

Waktu berjalan cepat, dan ketika cahaya matahari semakin meredup, Lucien menyadari kalau dia melewatkan makan siang. Dia merasa buku itu sangat memikat karena mahakarya itu mencoba menghubungkan sihir dengan hukum dunia secara bersamaan.     

Kalau bukan karena kurangnya kekuatan dalam jiwa Lucien, dia pasti bisa mulai menganalisis beberapa mantra tingkat lingkaran kedua, atau bahkan lingkaran ketiga, setelah membaca buku-buku itu. Lucien benar-benar berharap dia bisa memahami meditasi yang disebutkan oleh Felipe dengan lebih baik—yang hanya bisa diakses oleh penyihir tingkat tinggi—lebih cepat daripada lebih lambat.     

Setelah meregangkan sedikit badannya di sofa, Lucien berdiri dan melihat sekitar.     

"Selamat sore, Tuan Evans," sapa beberapa murid dengan kagum. Biar bagaimanapun, Tuan Evans adalah penyihir sejati yang harus mereka hormati.     

Lucien membakar draft perhitungannya dengan santai, kemudian mengangguk. "Di mana aku bisa makan malam?"     

"Ruang makan di lantai satu," jawab Katrina hormat. Dia sudah melihat sekeras apa Tuan Evans bekerja, dan dia selalu menghormati orang-orang yang bekerja keras. Dia berharap dirinya akan menjadi penyihir tak lama lagi, jadi dia bisa membantu orang tuanya yang tertimpa masalah sejak cukup lama.     

...     

Ruang makan di lantai satu.     

"Evans, aku sudah mendengar kerja kerasmu. Tak heran kau sudah menjadi penyihir sejati sebelum umur 20 tahun," komentar Astar. "Setelah kau menjadi penyihir level menengah, dan jika kau punya pemahaman yang baik dalam bayangan serta cahaya, aku pasti akan mempertimbangkan dirimu menjadi salah satu asisten penelitianku."     

Walaupun Astar bicara demikian, dia tak terlalu serius. Karena di seluruh kongres, hanya ada beberapa arcanis yang bisa memenuhi persyaratannya sekarang.     

Di sebelah Astar ada Mercedes yang sedang berusaha keras memakan ikan goreng di atas piring dengan saputangan putih melingkari lehernya. Terkadang, Mercedes akan mengeong dan ekornya mengenai Astar.     

Lucien tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Tuan Astar. Arcana masih sangat asing bagi saya, jadi apa yang bisa saya lakukan sekarang adalah bekerja keras."     

"Meski sikapmu baik," Astar mengubah nadanya, "kerja keras tidak bisa menyelesaikan semua masalah. Kau harus terus maju, Evans. Apa yang kumaksud adalah, Prinsip Matematika dalam Filosofi Sihir dan kalkulus mungkin akan terlalu sulit bagimu saat ini. Kusarankan kau mulai belajar beberapa buku dasar arcana, ditambah dengan Ensiklopedi Makhluk Sihir."     

"Sebenarnya ... saya sudah selesai membaca sebagian besar isi buku Prinsip Matematika dalam Filosofi Sihir, dan, tentu saja, seperti yang baru saja Anda katakan, saya akan mulai membaca Geometri Dasar Sihir dan Algebra Umum agar bisa mengajari para murid besok dengan lebih baik," jawab Lucien dengan nada hormat.     

Di dalam benak Lucien, dia masih punya banyak pertanyaan yang belum terpecahkan, tapi dia juga punya perkiraan kalau pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya melibatkan rahasia besar dunia.     

Saat Lucien membandingkan dua buku—Geometri Dasar Sihir dan Algebra Umum—di dalam perpustakaan jiwanya tadi pagi, dia yakin kalau kedua buku itu mengenalkan geometri Auclidean, geometri analisis dan ekuasi. Lalu prinsip dari konsep pada dasarnya sama dengan pengetahuan di Bumi, kecuali pada fakta bahwa geometri Euclidean disebut sebagai geometri Tower di dunia ini.     

Namun, disaat bersamaan, Lucien masih menemukan banyak hal-hal yang tak dapat dijelaskan jika dia mencoba untuk memahami dunia ini berdasarkan pengetahuannya. Sebagai contoh, jiwa, kekuatan spiritual, bintang-bintang yang hilang, dan elemen unik bernama Tai. Lucien menebak bahwa sesuatu yang mikro atau makro di dunia ini cukup berbeda dari pemahamannya.     

Edisi Arcana terbaru, tentu saja, telah disalin dan disimpan di perpustakaan jiwa Lucien. Tiga puluh artikel dalam edisi itu sebagian besar tentang berbagai macam aplikasi fungsi kompleks dalam macam-macam 'bidang'. Contohnya, bagaimana membedakan lingkaran kekuatan spiritual ke dalam macam-macam bidang planar, sementara presentasi kecil dari mereka tentang menemukan elemen baru menggunakan analisis spektrum. Tentu saja, topik itu sangat menarik para arcanis.     

Lucien sangat paham dengan fakta bahwa rahasia terbesar dari dunia masih jauh dari mereka, jadi dia bertanya pada Astar tentang salah satu dari pertanyaannya. "Tuan Astar, saya penasaran apakah saya bisa mempelajari meditasi yang disarankan oleh kongres lebih dulu?"     

Lucien jelas ingin meningkatkan kualitas dirinya.     

"Kurasa aku punya wewenang untuk melakukannya, jadi, ya, sebagai penyihir tingkat tinggi." Astar tersenyum. "Tapi kau harus menunjukkan potensimu, jadi aku tahu kalau tidak akan rugi melanggar aturan demi kau."     

"Apa yang Anda ingin lihat, Tuan Astar?" Lucien tidak terkejut. Dia sudah terbiasa dengan tawar-menawar.     

"Aku tahu kau punya potensi kekuatan spiritual yang cukup bagus." Astar menaruh garpu dan pisaunya dengan elegan. "Kalau kau bisa mengajari para murid dengan baik, atau membuat kemajuan yang bagus dalam pembelajaran arcana-mu, aku bisa mempertimbangkan mengajarimu Meditasi Brook di awal sebelum kau sampai di kongres."     

"Saya yakin saya bisa melakukannya." Lucien tersenyum percaya diri.     

"Kalau begitu, tunjukkan padaku." Astar mengangguk.     

...     

Pukul 10 pagi, hari kedua.     

Di ruangannya, Lucien berkata pada tiga murid itu sambil tersenyum.     

"Apa kalian bertiga paham yang kukatakan?"     

Annick mengangguk semangat. "Ya! Ya, Tuan Evans! Sekarang sudah lebih baik!"     

"Saya juga merasakan hal yang sama, Tuan Evans!" seru Layria dalam nada kagum. "Anda jenius, Tuan Evans!"     

"Sulit dipercaya, padahal Anda baru mulai belajar arcana kemarin!" Heidi setuju dan menyeru dengan suara keras.     

"Baiklah, baiklah. Aku tersanjung. Terima kasih." Lucien mengangguk dan tersenyum lembut. "Ada beberapa latihan untuk pemahaman lebih mendalam."     

Setelah bicara demikian, Lucien mengeluarkan tumpukan kertas ujian dan membagikannya pada para murid.     

Kemudian Lucien mengeluarkan Prinsip Matematika dalam Filosofi Sihir dan mulai membaca sisanya.     

Seiring waktu berjalan, Annick, Layria, dan Heidi terlihat lebih serius saat berusaha keras mengerjakan latihan mereka.     

Saat hampir sore, Annick berdiri duluan dan bicara pada Lucien dengan ekspresi lega, "Tuan Evans, saya sudah menyelesaikan semua pertanyaannya."     

"Bagaimana perasaanmu, Annick?" tanya Lucien.     

"Pertanyaan-pertanyaan itu memang sulit, tapi sekarang saya merasa pemahaman saya tentang hal yang tadi saya pelajari semakin berkembang, seperti kata Anda," jawab Annick cukup senang.     

Kemudian, Layria dan Heidi meletakkan pena bulu mereka nyaris bersamaan dan menyerahkan pekerjaan mereka pada Lucien.     

Mereka berdua setuju dengan komentar Annick.     

Lucien menaruh buku yang dia baca dan memeriksa pekerjaan para murid. Dia memberikan beberapa detail yang harus lebih mereka pikirkan.     

Setelah itu, ketiga murid tersebut bertukar pandangan dan bertanya bersamaan, "Tuan Evans, bagaimana dengan makan siang?"     

"Yep, waktunya makan." Lucien tersenyum.     

Mendengarnya, ketiga murid itu menghela napas panjang bersamaan.     

"Aku juga punya lebih banyak soal untuk kalian setelah makan siang." Lucien mengeluarkan tumpukan kertas lagi. "Belajar membantu perkembangan seseorang.     

Ketiga murid itu, untuk sesaat, merasa sempat melihat senyum jahat di wajah Tuan Evans.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.