Singgasana Magis Arcana

Instruksi



Instruksi

0Menghadapi sikap para murid, Tom menyadari kalau remaja di usia itu bisa sangat memberontak, jadi dia buru-buru mengklarifikasi, "Aku ingin kalian memahami kalau kongres sihir bukan seperti kerajaan sihir kuno yang dulu. Sebagian besar penyihir di kongres masih mau menerima kalian menjadi murid, bahkan jika kalian pernah belajar di bawah bimbingan Tuan Evans, selama kalian bukan murid terdaftarnya."     

Mendengar kalimat Tom, beberapa murid mendongak.     

"Aku tahu sebagian besar dari kalian pernah dengar dari Tuan Astar kalau banyak penyihir—karena mereka tak bisa berpikiran terbuka terhadap arcana—gagal naik tingkat ke level penyihir menengah atau atas. Namun, seperti yang kalian bisa lihat, Tuan Evans adalah penyihir sejati sebelum usianya 20 tahun, dan bakatnya cukup hebat bahkan dalam kongres. Dibandingkan dengan penyihir berpikiran kuno, Tuan Evans mungkin bisa memberi kalian pengetahuan baru, dan mungkin suatu hari nanti Tuan Evans akan menjadi seorang mentor!"     

Gelar itu, mentor, digunakan khusus untuk menghormati penyihir tingkat tinggi. Di seberang benua, penyihir tingkat tinggi sangat jarang, bahkan di Duchy Violet.     

Kalimat Tom menunjukkan kalau dia melihat potensi yang besar dalam diri Lucien, apalagi karena tugas yang Lucien selesaikan sebelum ini.     

Beberapa dari mereka merasa agak malu. Kemudian beberapa murid muda mulai saling berbisik lagi.     

Saat ini, Sprint, yang menganggap dirinya sebagai pemimpin dari para murid, menjawab tegas, "Saya masih lebih senang belajar arcana sendiri."     

"Saya setuju. Kami punya jadwal kami sendiri." Katrina mengangguk.     

Wajah Tom tampak sedikit murung sekarang. Dia merasa tidak enak pada Lucien.     

Saat Tom akan bicara lagi, Lucien akhirnya mulai bicara pada para murid di sana, "Semua orang memang harus menentukan pilihan mereka sendiri, dan aku paham soal itu. Bagaimana dengan yang lain? Apakah ada yang mau belajar arcana denganku?"     

Enam atau tujuh remaja yang berdiri dekat dengan Sprint dan Katrina saling bertukar pandang dan menunduk lagi. Kemudian murid yang lain pun kembali diam.     

Bahkan para remaja yang ingin mencoba merasa agak ragu lagi.     

Saat ini, akhirnya, seorang remaja laki-laki melangkah maju dan berujar dengan hormat, "Tuan Evans, maukah Anda menjadi guru saya?"     

"Annick?!" Murid yang lain sangat terkejut.     

"Kau yakin, Annick?" Lucien tersenyum.     

Annick adalah remaja laki-laki yang terlihat biasa-biasa saja. Namun kali ini, mata birunya bersinar penuh harapan.     

"Iya, Tuan Evans," jawab Annick jujur. "Saya berasal dari keluarga yang mengenal sihir, dan saya telah diceritakan macam-macam legenda menakjubkan para penyihir agung sejak saya kecil. Tapi sudah seratus tahun sejak keluarga kami menghasilkan penyihir terakhir. Saya percaya dengan bakat Anda dalam sihir, Tuan Evans. Anda bisa menjadi penyihir sejati di usia muda membuat saya percaya dengan pengetahuan Anda. Saya harap saya bisa mendapat kehormatan menjadi murid Anda, meski hanya untuk sebentar."     

Keluarga Annick telah jatuh selama beberapa tahun terakhir. Potensi kekuatan spiritual Annick lebih besar daripada sebaya di keluarganya. Sehingga dia terbebani oleh harapan besar dari orang tua dan saudaranya. Namun, bakat arcana Annick tidak sehebat kekuatan spiritualnya, jadi dia paham kalau dia harus memanfaatkan seluruh kesempatan yang ada.     

"Yah, selamat datang, Annick." Lucien mengangguk. "Ayo belajar bersama."     

Kemudian, mengikuti Annick, dua remaja murid lainnya pun mengajukan diri.     

"Tuan Evans, saya juga ingin belajar dari Anda." Suara Layria nyaring. Mata besarnya tampak sangat jujur.     

"Saya juga, Tuan Evans." Heidi bergabung dengan mereka. Wajahnya tembam dan dihiasi beberapa bercak matahari di sana.     

Sambil bicara, keduanya menarik pelan baju Annick dari belakang, seolah menunjukkan dukungan mereka pada pemuda itu.     

Lucien agak tersentuh dengan persahabatan mereka. Dia tersenyum dan berujar pada Annick, Layria, serta Heidi, "Tak masalah. Tiga murid sudah cukup. Aku tak bisa mengajari lebih dari tiga murid."     

Tanpa sadar, Lucien menggunakan kata 'mengajari', karena dia tak pernah merasa kalau pemahaman arcana-nya lebih rendah daripada sebayanya.     

Mendengar itu, beberapa murid yang tidak memanfaatkan kesempatan dengan lebih cepat, mulai merasa agak kecewa.     

"Selamat, kalian bertiga." Tom bertepuk tangan pelan. "Sisanya harus tetap bekerja keras."     

"Tentu saja, Tuan Tom." Sprint melirik ke arah tiga murid Lucien. Dia kemudian berbalik dan melanjutkan belajarnya lagi, begitu pula Katrina.     

Tom mengedikkan bahu pada Lucien. "Dasar anak muda. Yah, pokoknya, Tuan Evans, tolong pilih ruangan di lantai tiga sesukamu untuk tinggal dalam satu minggu ini. Dalam tujuh hari, kita akan pergi ke Allyn. Selama tujuh hari, usahakan jangan keluar."     

Lucien mengangguk. "Aku menanti perjalanan tujuh hari lagi."     

Setelah Tom pergi, Lucien meminta tiga muridnya untuk duduk di sofa setengah lingkaran dan mulai memperkenalkan diri. "Namaku Evans, dari bagian barat benua. Aku lebih mendalami bidang Elemen dan Astrologi, tapi belum menguasainya. Silakan mendiskusikan pertanyaan yang kalian punya denganku."     

"Tuan Evans, senang bertemu dengan Anda," ujar gadis tembam. "Nama saya Heidi, dan saya berasal dari Syracuse. Saya direkomendasi oleh penyihir di negara saya pada Tuan Astar, kemudian saya pergi ke Sturk. Selama beberapa minggu belajar, saya sudah menjadi seorang murid dalam pelatihan. Saya sekarang sedang berada dalam Meditasi Elemen, tapi juga mempelajari bidang sihir yang lain."     

Heidi adalah orang yang paling supel di antara tiga orang itu, jadi dia memperkenalkan dirinya duluan. Sebagai remaja, dia tak bisa menahan diri untuk menunjukkan beberapa bakatnya.     

Mengikuti Heidi, Layria bicara pada Lucien dengan hormat, "Tuan Evans, saya Layria dari keluarga biasa di Gusta. Karena pemberi rekomendasi sata adalah pria dari kongres, saya sekarang sedang belajar Meditasi Resonansi Magnetik. Tuan Astar memberitahu kami kalau tak peduli bida apa yang kami pilih, pengetahuan dasar arcana sangat diperlukan, jadi saya sangat menantikan bimbingan Anda."     

"Saya berasal dari kota kecil di Duchy Violet, Tuan Evans," kata Annick. "Saya belajar Astrologi dan Elemen juga."     

Kemudian, sebelum Lucien menanyakan buku arcana, Heidi sudah membawa semua bukunya pada Lucien. "Tuan Evans, bisakah Anda memahami semuanya? Di kebanyakan buku, saya sama sekali tidak paham."     

"Saya juga." Layria dan Annick setuju.     

Lucien mengambil buku-buku yang disodorkan Heidi, kemudian mulai membolak-baliknya.     

Buku pertama adalah Signifikansi Modeling, dan kata pengantarnya menulis,     

'Dalam zaman kerajaan sihir kuno, kepercayaan yang berlaku yakni, pemahaman arti yang berbeda dari bagian model sihir itu tidak perlu dan tidak layak. Daripada itu, menjiplak model yang ada di dalam makhluk sihir sudah cukup. Namun, selama masih ada mitos, pasti ada jawaban. Selama ada jawaban, pasti ada cara untuk menemukannya. Kalau kita tidak bisa menemukan jalannya, itu karena kita tidak ada dalam jalur yang benar.'     

Lucien sangat setuju dengan pengarang buku itu. Dia percaya kalau prinsip dasar sains harus dibagikan pada orang-orang, baik di Bumi dan di dunia ini. Meskipun pasti ada perbedaan, pasti ada cara untuk mengidentifikasi perbedaannya. Selama seseorang berani membuat hipotesis dan memverifikasinya dengan hati-hati.     

Lucien membalik buku ke halaman depan lagi, dan sangat terkejut melihat nama yang familiar di sana. Pengarang buku itu adalah Yaroran Hathaway, pembuat Thunder milik Natasha.     

Karena tiga muridnya masih menunggu, Lucien tidak membuang waktu dengan mencari tahu siapa Yaroran Hathaway. Dengan kecepatan yang masuk akal, Lucien membaca seluruh buku itu dan menyalinnya dalam perpustakaan jiwa.     

"Tuan Evans, bagaimana menurut Anda?" Melihat Lucien meletakkan buku terakhir, baik Heidi dan Layria bertaya bersamaan.     

Lucien menyadari bahwa, meski fakta seluruh isi bukunya tentang dunia sihir, prinsip dasar sains dan pengetahuan berada dalam tingkat sekitar SMP atau SMA, jadi dia mengangguk singkat dan menjelaskan, "Alasan kalian bertiga tidak bisa memahami adalah karena kurangnya pengetahuan dasar, karena pengetahuan dalam buku-buku ini dibentuk dari buku tentang dasar-dasar yang lain. Di antara buku-buku tentang dasar itu, kalian bertiga harus mempelajari Dasar Geometri Sihir dan Algebra umum dahulu."     

"Apakah dua buku itu juga sulit dipahami?" tanya Layria sedikit penasaran.     

"Aku akan menemani kalian membacanya." Lucien mencoba untuk memberi mereka semangat. "Dua buku lainnya harusnya tak terlalu sulit kalau kita mau terus berlatih."     

"Terus ... berlatih ...?" gumam Layria bingung. Jelas, dia tidak paham dengan 'latihan', begitu pula Annick dan Heidi.     

Sebagai mahasiswa yang pernah merasakan penderitaan ujian masuk universitas di negara atau dunia asalnya, Lucien mulai berdoa pada tiga remaja itu karena simpati.     

Tentu saja, mereka masih tak tahu seberapa besar pekerjaan yang akan mereka kerjakan setelah ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.