Singgasana Magis Arcana

Surat-Surat



Surat-Surat

Tawa Lucien tak menarik perhatian siapapun, karena mereka mulai bersemangat mendiskusikan sonata baru dari sang musisi terkenal, Lucien Evans.     
0

"Tuan Wise, sepertinya Anda sangat menyukai gerakan pertama Moonlight, dan saya sarankan sebaiknya kita pergi ke ruang piano agar Anda dapat mencoba memainkannya. Lagipula, kita sudah berdiri di aula cukup lama." Caspar mengundang Wise untuk naik ke atas.     

Wise mengangguk dan tertawa, "Anda pengertian sekali."     

Para musisi dan pemain instrumen segera pergi ke ruang piano di lantai dua untuk mengikuti Wise dan Caspar.     

Betty berkata kepada Lucien, "Ini adalah kesempatan langka! Pak Evans, ayo kita naik ke atas bersama!"     

"Iya, Pak Evans, ayo pergi." Sambil berpegangan tangan, Joanna dan Simon tampak bersemangat.     

Lucien menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Bagiku, menulis surat-suratku lebih penting."     

"Baiklah kalau begitu ..." kata Betty dengan sedikit kecewa, tetapi kemudian dia semangat kembali, kemudian berkata kepada Joanna dan Simon, "Ayo cepat!"     

Mereka menduga bahwa Pak Evans, sebagai kesatria sang putri, pasti telah bertemu dengan banyak musisi yang bagus di Aalto, sehingga dia tak akan mudah bergairah seperti mereka.     

Mars melihat Betty, Simon, dan Joanna naik ke atas dengan buru-buru, kemudian dia juga meminta maaf kepada Lucien, "Pak Evans, mohon maaf, aku juga tak ingin melewatkan kesempatan berharga ini. Tolong anggap asosiasi ini seperti rumahmu sendiri. Ketika kau sudah selesai menulis surat-surat, berikan saja kepada Christie, dan aku akan membereskan prosedur yang tersisa. "     

"Terima kasih, Pak Mars. Aku akan melakukannya." Lucien sedikit mengangguk dan melihat Mars meninggalkan tempat itu. Karena tidak ada meja di aula ini maka Lucien hanya berdiri di sebelah kasir dan mulai menulis.     

Christie melihat ke arah lantai dua dan menghela napas, "Mengapa saya harus menetap di sini ... Saya akan melewatkan permainan musik Tuan Wise." Kemudian, dia mulai berjalan dengan gelisah di belakang kasir.     

Lucien mengabaikan Christie dan menuliskan pengalaman petualangannya selama dua bulan secara detail, terutama mengenai pemandangan indah di sepanjang jalan yang dia lalui, adat istiadat nasional yang unik, dan semua monster serta perampok yang dia temui. Lucien tak berhenti sampai dia sadar bahwa kata-katanya telah mengisi lebih dari tujuh halaman.     

Lucien memasukkan surat pertama di dalam amplop, dengan hati-hati dia menuliskan alamat Joel di atasnya, kemudian mulai menulis surat keduanya.     

Surat kedua adalah untuk Natasha. Menjadikan surat pertama sebagai dasar, Lucien menambahkan banyak pengetahuan mengenai musik rakyat di berbagai negara yang dia temui selama perjalanannya. Surat kedua itu berisi lebih dari 20 halaman.     

Christie sedikit mengerutkan alisnya dan berkata dalam hati, 'Duh, pria ini sungguh bertele-tele …'     

Pada akhir surat itu, Lucien menulis paragraf terakhir sambil tersenyum lebar. "Hari ulang tahunmu segera tiba, Yang Mulia. Bolehkah saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada Anda dari kejauhan?"     

Setelah amplop kedua selesai, Lucien mendapatkan beberapa kertas untuk menulis surat ketiga, surat untuk Christopher, presiden sebelumnya dari Asosiasi Musisi di Aalto.     

Christie melihat Lucien masih menulis, karena dia merasa sangat bosan, dia menjadi penasaran. Dia berpikir, berapa banyak lagi surat yang akan ditulis oleh pemuda ini dan ke mana surat-surat itu akan dikirim.     

Christie melihat sekilas amplop di sebelahnya, dia melihat ada nama yang menarik:     

'Natasha Orvarit.'     

'Hah ... Apakah ini Natasha Orvarit yang ITU? Tuan putri di Aalto?' Saat memikirkannya, Christie hampir berteriak.     

Nama Natasha sering muncul di Kritik Musik dan Berita Simfoni, jadi nama ini sebenarnya tak asing bagi orang-orang dari negara lain. Akan tetapi, Orvarit adalah nama keluarga yang sangat unik, tak seperti Evans. Oleh karena itu Christie langsung menghubungkan nama itu dengan tuan putri di Aalto.     

'Apa hubungan antara pria ini dengan tuan putri di Aalto, countess dari keluarga Violet?' Christie bertanya-tanya dengan sangat penasaran, lalu terkejut, 'Tunggu ... tadi Tuan Mars memanggilnya Tuan Evans ... Apakah dia Evans yang ITU? Sang musisi terkenal dan berbakat, Lucien Evans?!'     

Evans, bahkan di Korsor, bukanlah nama keluarga yang langka. Sebenarnya, Christie juga punya teman yang nama keluarganya Evans. Namun, hanya ada satu Tuan Evans yang bisa dihubungkan dengan sang putri di Duchy of Orvarit.     

Dia hampir berteriak karena sangat gembira!     

Semua gerakan kecil Christie yang hati-hati tersebut dilihat oleh mata Lucien. Lucien merasa agak geli tetapi dia tak mengatakan apa-apa.     

Pada saat ini, suara Caspar terdengar dari lantai atas saat mereka berjalan keluar dari ruang piano.     

"Sungguh mengesankan!" Puji Caspar, "Tuan Wise, Anda benar-benar berbakat dalam bermain musik. Anda hanya memerlukan latihan beberapa kali untuk menampilkan gerakan pertama Moonlight Sonata yang lengkap kepada kami."     

"Moonlight Sonata sungguh indah." Wise tersenyum. "Saya merasakan hubungan emosional dalam setiap gerakan. Sejujurnya, saya tidak terlalu banyak menggunakan keterampilan yang kumiliki dalam memainkannya. Karena musiknya sendiri sudah indah, 'kan?"     

"Bagaimana kalau Anda mencoba membuat dua gerakan Moonlight Sonata berikutnya, Tuan Wise? Saya yakin banyak orang besar di Korsor yang akan senang membaca karya Anda," saran Caspar. Keluarga Caspar menurun beberapa tahun yang lalu, dengan bakatnya yang relatif terbatas dalam bermain musik, membangkitkan kembali nama keluarganya hanyalah impian belaka. Jadi, Caspar sedang berupaya mengambil setiap kesempatan untuk membangun koneksi dengan keluarga bangsawan besar untuk mendapatkan gelarnya kembali, dan menurutnya musik adalah cara yang terbaik.     

"Terima kasih atas dorongan Anda, Tuan Caspar." Wise tersenyum dan menggelengkan kepalanya dengan lembut, "Tapi saya bahkan tak mendekati kemampuan Tuan Lucien Evans. Saya lebih baik tidak merusak mahakaryanya."     

"Baik. Anda terlalu rendah hati," kata Caspar, dan orang-orang lain pun setuju. Ketika mereka menuruni tangga dan kembali ke aula, Caspar berkata kepada Wise, "Saya telah menemukan villa yang bagus agar Anda dapat beristirahat dan mempersiapkan diri untuk konser."     

"Terima kasih banyak, Tuan Caspar." Wise dan orang-orang yang lain berjalan menuju gerbang bersama.     

"Lucien Evans! Anda adalah Tuan Lucien Evans!" Saat ini, suara bernada tinggi Christie masuk ke telinga mereka.     

Christie yakin bahwa pemuda yang berdiri di depannya adalah sang musisi terbaik, Lucien Evans, ketika dia melihat bahwa Lucien sedang menulis notasi musik dalam surat ketiganya.     

Di aula yang sunyi itu, suara Christie terdengar lantang.     

Orang-orang yang berjalan menuju gerbang berhenti karena terkejut. Di antara mereka, Mars menoleh ke belakang dan bertanya, "Apa yang kau katakan, Christie?"     

Christie hampir melompat dari lantai. Dia menunjuk ke arah pemuda yang berdiri di samping kasir dan berkata kepada Mars dengan hati-hati, "Dia ... dia adalah Lucien Evans yang ITU, dari Aalto."     

Dia berusaha memperkecil suaranya tetapi kata-katanya masih terdengar sangat jelas.     

"Apa? Lucien Evans yang itu …?" Betty bingung.     

"Lucien Evans, sang musisi terhebat. Dia sedang menulis notasi musik sekarang." Christie berusaha keras menjelaskan.     

"Ahhh ...!" Pertama-tama Betty berteriak karena terkejut, kemudian berlari ke arah Lucien. Ketika dia melihat apa yang ditulis Lucien, Betty hampir tak bisa berbicara dengan baik, "Pak Evans ... Anda adalah Lucien?"     

"Iya, benar. Dan sudah kukatakan padamu sebelumnya bahwa aku melayani sang putri." Lucien hanya tersenyum, sementara tangan kanannya masih terus menulis.     

Ketika mendengar jawaban Lucien, dua gadis muda itu, Betty dan Christie, mereka hampir pingsan karena terlalu kegirangan. Sedangkan Joanna dan Simon mereka merasa bahwa mereka sedang bermimpi — mereka tak bisa membayangkan bahwa kesatria yang kuat dan musisi terhebat sebenarnya adalah orang yang sama.     

Wajah Wise memerah. Dia merasa malu bahwa dia memainkan musik Tuan Evans di depannya.     

Caspar berjalan melewati Wise, kemudian dia buru-buru menghampiri Lucien. "Tuan Evans! Jika Anda membutuhkan bantuan di Korsor, katakan saja padaku!"     

"Yah ..." Lucien mengangguk pada Caspar untuk memberi salam dan berkata kepadanya, "Bolehkah saya mendaftarkan notasi musik ini di asosiasi sebelum saya mengirimnya?" Dia menyerahkan surat ketiga kepada Caspar.     

"Siap! Tunggu ... ini adalah ..." Senyum lebar muncul di wajar Caspar. "Bukankah ini gerakan kedua dan ketiga Moonlight Sonata?" Caspar langsung mengenali gaya musik itu.     

"Benar." Lucien menambahkan selembar kertas lain di surat ketiga dan berkata kepada Caspar, "Setelah didaftarkan, saya harus mengirim surat itu kepada Pak Christopher secepat mungkin."     

Kertas terakhir adalah catatan dari Lucien untuk Pak Christopher:     

'Tolong usahakan bahwa sonata yang lain akan diterbitkan pada edisi ketujuh Kritik Musik pada tanggal 30 Juli. Terima kasih banyak, Pak.'     

"Kami akan segera mengurus pendaftarannya." Caspar berusaha sebaik-baiknya untuk menyenangkan Lucien. "Tuan Evans, bila sempat, bersediakah Anda jika kami undang untuk mengadakan konser di Korsor?"     

"Maaf, saya sudah ada janji lain, dan saya akan pergi besok," jawab Lucien.     

Hanya Lucien sendiri yang tahu apa janji itu — Jamuan Kematian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.