Singgasana Magis Arcana

Ketegasan Lucien



Ketegasan Lucien

0Kamar mandi yang didekorasi dengan baik terletak di sudut ruang makan. Lucien mengunci pintu kayu kamar mandi itu dari dalam, lalu mengecek sekitar ruangan tersebut dengan hati-hati dan mengeluarkan bola kristal Morning Light dan Pisau Belati Grimsteel.     

Lucien mengiris jarinya dengan pisau belati itu, menyebabkan setetes darahnya memercik ke permukaan wastafel.     

Kemudian Lucien meneteskan darah di jari telunjuk kanannya. Lalu dia mulai menulis di udara, menggambar simbol berwarna merah tua yang melayang di depannya dalam bentuk struktur sihir yang relatif simpel. Struktur ini sebenarnya digunakan untuk menyembunyikan gelombang sihir dari bola kristal.     

Bola kristal yang bernama Morning Light itu perlahan-lahan bereaksi, dan simbol-simbol aneh kemudian menyelimutinya. Lucien mengulurkan tangannya ke dekat bola kristal dan mulai membaca mantra.     

Bagian tengah bola kristal tersebut menjadi semakin gelap, dan bintang-bintang bermunculan di sekitarnya, bagaikan langit yang dipenuhi oleh bintang-bintang.     

Ini adalah sebuah mantra sihir yang paling unik di perguruan Astrologi, Ramalan.     

Setelah menemukan bola kristal, berdasarkan pengetahuan astrologi yang dimilikinya sebagai seorang penyihir tingkat murid, dan juga pengetahuan dari masa lalunya mengenai astrofisika, Lucien kemudian mempelajari tentang Ramalan Dasar. Hal itu membuat Lucien semakin penasaran mengenai takdir.     

Melihat sebuah bintang jatuh di bola kristal, Lucien mengerutkan keningnya, "Bintang Takdirku tampak … lebih redup dari sebelumnya, hal ini berarti aku masih ada dalam bahaya. Dan … dan bahaya besar yang akan datang … bahaya tersebut membahayakan bintangku."     

Itu adalah semua informasi yang didapatkan oleh Lucien dari bola kristal berdasarkan tingkatan ilmu ramalan yang dimilikinya. Untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik, Lucien harus memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi beserta dengan kekuatan untuk merapal mantra tersebut.     

Bahkan dengan tingkatan ramalan yang lebih tinggi, hasil dari ramalan tidak selalu akurat dan masih dapat diubah.     

Lucien mengembalikan bola kristalnya, kemudian dia mengambil Gelang Fire Weaver dan mengenakannya di pergelangan tangan, beserta dengan Ice Revenger-nya. Tadi Lucien melepas gelang dan cincinnya sebelum dia bertemu dengan baron, untuk berjaga-jaga kalau Habearo dapat mengetahui identitas aslinya.     

Firasat tak enak kembali menyelimuti pikiran Lucien sehingga membuatnya semakin tersiksa. Nyali yang dimiliki Lucien pun semakin menciut.     

Walaupun dia masih tidak yakin mengenai apakah bahaya tersebut berasal dari sang baron, Lucien memutuskan untuk mengambil inisiatif dan menjadi tegas. Dia tidak akan menunggu bahaya melandanya. Karena jika dia mengabaikan bahaya itu, segala tindakan apapun yang dilakukan untuk menangani bahaya tersebut akan tidak membuahkan hasil karena telah terlambat.     

Setelah membuka pintu kayu kamar mandi, Lucien berjalan keluar dari kamar mandi itu seolah tidak terjadi apa-apa.     

Ketika dia kembali ke ruang makan, ternyata Habearo dan Kaelyn sudah tidak ada di ruangan itu.     

"Ke mana sang baron dan Nyonya Kaelyn pergi?" Lucien mencoba untuk bertanya dengan nada biasa.     

"Sang baron merasa tidak enak badan, dan Nyonya Kaelyn mendampinginya untuk kembali ke tempat tidurnya dan mengambil obat. Mereka akan segera kembali," jawab Betty.     

"Kalau begitu aku akan melihat sang baron untuk memastikan dia baik-baik saja." Lucien mengangguk dan berbicara dengan nada tak ramah.     

"Tapi Pak Evans … sang baron akan segera kembali." Betty dan para tamu lain sedikit terkejut mendengar perkataan Lucien.     

Tanpa berpikir panjang, Lucien membalikkan badannya dan berjalan menuju pintu ruang makan.     

"Pak Evans … sang baron ingin agar kita tetap di sini," Joanna berkata di belakangnya.     

"Anda sebaiknya tetap di ruang makan, seperti yang dikatakan wanita itu." Dua orang pengawal di sebelah pintu menyilangkan tombaknya ke arah Lucien dan berkata dengan sopan namun dengan cara yang tak ramah.     

Lucien mengangguk singkat dan tersenyum.     

Tetapi, di detik berikutnya, tiba-tiba Lucien mendorong salah satu pengawal tersebut, mengeluarkan pisau belatinya dan menusuknya ke tangan pengawal itu.     

"Pak Evans!!" Teriak Betty, "Apa yang Anda lakukan!?"     

Setelah pisau belati menusuk tangan pengawal, bukan darah yang keluar dari luka tusukan itu, melainkan sebuah cairan busuk yang menyebarkan bau yang sangat tidak enak di sepanjang ruangan.     

Gerakan Lucien sangatlah lincah. Dia menarik pisau belati itu dan membelah tenggorokan si pengawal itu kemudian dia berguling ke depan di lantai untuk menghindari serangan tombak dari pengawal yang lain.     

"Evans … Pak Evans … membunuh pengawal baron."     

Semua tamu di ruangan makan tersebut mulai panik.     

Akan tetapi, kemudian mereka menemukan bahwa Pak Evans diselimuti oleh lapisan cahaya putih. Setelah Lucien berhasil membunuh pengawal yang lain, tubuh kedua pengawal tersebut mulai membusuk dengan cepat, seolah mereka sudah mati sejak dulu.     

"Ini …" Simon bergumam tanpa dia sadari.     

Lucien mengambil kembali Alertnya dan menjawab dengan tenang, "Ini adalah husk."     

Kemudian dia berbalik ke arah Mars, "Pak Mars, Apakah Anda tahu di mana letak kamar tidur sang baron?"     

Tubuh Mars gemetar setelah menyaksikan kejadian tersebut. Dia tidak mampu merespon Lucien dengan baik sampai Joanna tiba-tiba menepuk punggungnya.     

Setelah Mars menyebutkan di mana letak kamar tidur sang baron, Lucien segera membuat susunan rencana. "Simon, kau mengurus para pengawal di lantai atas. Pastikan kau menjaga Pak Wise dan Pak Mars sebaik-baiknya. Betty dan Joanna, kalian jaga tangga di sisi lain."     

Setelah melihat hal tersebut mereka langsung mengangguk, lalu Lucien bergegas keluar dari pintu dan menghilang dalam bayangan.     

"Pak Evans … Dia memiliki kekuatan seorang kesatria?" teriak Betty.     

"Betty, ambil busurmu dan datanglah ke sini!" perintah Simon.     

…     

Lucien berlari secepat kilat di sepanjang koridor gelap. Setelah membunuh beberapa husk, Lucien berhenti karena dia telah sampai di depan kamar tidur sang baron.     

Sambil menatap pintu, Lucien mengaktifkan Sun's Corona dan mengeluarkan gelombang sihir yang sangat mematikan bagi makhluk undead. Keempat husk yang sedang menjaga kamar tidur secara instan disucikan dan jatuh ke lantai.     

Di saat yang sama, Lucien mendobrak pintu hingga terbuka dengan sekuat tenaga, sambil menggenggam erat Alert dan pisau belati Grimsteel.     

Beberapa lingkaran sihir hitam muncul di depan pintu tetapi segera hancur berkeping-keping.     

Ketika pintu tersebut terbuka, Lucien segera menghentikan kekuatannya untuk mencegah agar dirinya tidak menabrak sesuatu secara tak sengaja. Dia secara serentak dia mengaktifkan struktur sihir dari jiwanya dan memanggil dua misil sihir hitam.     

Di kamar tidur, Baron Habearo, yang wajahnya tertutupi oleh keriput yang mengerikan, sedang duduk di tengah segitiga sihir hitam. Penampilannya menunjukkan bahwa kondisinya semakin memburuk dan dia bisa mati kapan saja.     

Di ujung segitiga, terdapat tiga sosok yang diikat oleh tentakel-tentakel berwarna hitam dan tampak setengah transparan. Seorang bayi, seorang anak berusia tujuh atau delapan tahun, dan anak remaja berusia 13 atau 14 tahun.     

Terdapat cahaya putih keluar dari tubuh mereka, seolah tentakel-tentakel tersebut menyedot energi vital mereka. Cahaya tersebut kemudian masuk ke bola mata putih yang tidak memiliki pupil. Kaelyn berdiri di sebelah baron, sedang mengucapkan mantra sihir aneh. Karena dipengaruhi oleh mantra sihirnya, terdapat dua garis air mata darah yang keluar dari bola mata itu, dan menetes ke cangkir perak di tangan Habearo.     

Akan tetapi, sang baron sangat terkejut karena adanya dua misil sihir yang melesat tepat ke arah cangkir perak miliknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.