Singgasana Magis Arcana

Fogtown



Fogtown

0Walaupun Fogtown berada tidak terlalu jauh dari persimpangan jalan, jalan bergelombang membuat Lucien merasa mual. Ketika Lucien baru mau turun dari kereta kuda untuk jalan kaki sendiri, mereka melihat ada sebuah kota kecil di kejauhan, di mana hanya terdapat dua jalan utama yang saling bersimpangan.     

Para pengawal merasa sedikit takut ketika mereka pergi ke dalam hutan menuju ke Fogtown, demikian pula dengan orang-orang yang berada di kereta kuda. Bahkan Lucien, seorang penyihir yang sudah terbiasa menangani berbagai macam percobaan menyeramkan, dapat dengan mudah melihat perubahan yang terjadi di sekitar mereka. Pohon-pohon ek dan pohon-pohon birch secara bertahap berganti menjadi pohon-pohon cemara berwarna abu-abu kegelapan. Pohon-pohon cemara tersebut tampak sangat tinggi dan rimbun, sehingga Lucien hampir merasa bahwa dia sekarang kembali di Hutan Hitam Melzer.     

Walaupun sekarang mereka tidak jauh dari kota, para pengawal tidak berani mengurangi tingkat kewaspadaan mereka. Terutama karena pohon-pohon di sekitar mereka tebal dan rimbun sehingga memungkinkan terjadinya serangan mendadak.     

Akar-akar dan bagian menonjol dari pohon-pohon yang besar tersebut terlihat seperti wajah-wajah hantu. Tanpa disadari Betty menggenggam busur dan anak panahnya lebih erat, dan bergerak lebih dekat dengan kereta kuda Lucien.     

"Pohon Wilfred …"     

Lucien menatap ke sebuah pohon melalui jendela di kereta kuda, dan dia mengenali pohon ini. Faktanya, tidak ada yang spesial dari pohon ini selain bentuknya, karena sering tampak seram. Pohon itu awalnya tidak bernama Wilfred. Namun sejak necromancer terkenal dengan nama Wilfred menyukai pohon itu dan menanam pohon-pohon tersebut secara luas di Demiplane— tempat Magic Tower miliknya berada—pohon itu kemudian dinamai Wilfred. Karena dinamai dengan nama seorang necromancer, kini pohon itu dijadikan sebagai simbol kejahatan.     

Selain itu, kota ini memperoleh nama Fogtown dikarenakan hutan ini memiliki pohon-pohon berwarna abu-abu tua, hingga kota tampak seperti diselimuti oleh kabut.     

Ketika kereta kuda masuk ke kota, Lucien melihat beberapa tukang kayu yang sedang dalam perjalanan pulang seusai kerja. Wajah-wajah mereka tampak tak berekspresi dan mata mereka tampak redup serta sayu. Seolah-olah semangat mereka hilang akibat bekerja setiap hari.     

"Aku lebih memilih mati jika masa depanku seperti itu." Betty melihat kembali para tukang kayu itu dan bergumam ke dirinya sendiri dengan waspada.     

Tak lama kemudian, kereta kuda berhenti di depan penginapan satu-satunya di Fogtown. Wise, yang dari tadi diam cukup lama, cepat-cepat melompat dari kereta kuda dan mulai muntah-muntah.     

"Apakah Anda baik-baik saja, Pak Wise?" Tanya Betty dengan prihatin, "Mungkin Anda bisa berjalan bersama kami besok. Kalau naik kereta kuda pasti akan membuat perjalanan tidak nyaman karena jalannya bergelombang."     

"Saya baik-baik saja." Wise meregangkan punggungnya sedikit. "Terima kasih atas perhatianmu, Betty."     

Di sisi lain, Joanna sedang membantu Lena dan bayinya turun dari kereta kuda. Dia berpaling ke Lucien dan berkata, "Anda terlihat baik-baik saja, Pak Evans." Joanna tersenyum, "Anda ternyata lebih kuat dari yang saya bayangkan."     

"Aku hanya mencoba tidur." Sebenarnya Lucien juga merasa tidak enak. Dia sedang mencoba untuk menganalisa beberapa struktur sihir untuk menenangkan dirinya.     

Ketika Joanna berjalan melewati Lucien, dia berkata dengan suara rendah yang manis, "Maksud saya bukan tentang perjalanan saja. Terima kasih, Pak Evans, karena Anda mengampuni kelalaian Betty."     

Lucien cukup terkejut, tetapi kemudian dia mengangguk, "Aku tahu Betty sudah berusaha semaksimal mungkin."     

Simon, orang yang berdiri di sebelahnya, juga ikut datang dan berkata kepada Lucien dengan suara rendah, "Kami tak akan mungkin tahu kalau Anda membunuh Chris jika Betty tidak berteriak."     

Lucien mengangkat bahunya dengan santai dan berpikir bahwa Betty pasti akan mendapat pelajaran setelah tugas mereka selesai.     

Lena sambil menggendong bayinya yang sedang tidur, berjalan menuju Lucien dan memberikan dia sebuah koin nar. "Terima kasih, Pak Evans, karena telah memberikan saya tumpangan di kereta kuda."     

"Sama-sama." Lucien menerima koin tersebut.     

Lena tersenyum, "Saya akan mengingat kebaikan Anda, Pak Evans. Sekarang saya pamit dulu karena saya harus mengunjungi sepupu saya, Kaelyn."     

"Semoga Tuhan menyertaimu." Lucien sekarang sudah terbiasa untuk menggunakan frasa yang sering digunakan di dunia itu.     

Lena menekuk lututnya sedikit kemudian berbalik. Lucien tak melihatnya, ketika Lena memunggungi Lucien, wajah Lena tiba-tiba tampak sedikit muram.     

Arah yang dituju oleh Lena dengan bayinya adalah sebuah jembatan batu, dan di belakang jembatan tersebut tampak sebuah istana hitam yang tinggi dan besar. Cross vault, bagian atas bangunan, dan gaya arsitektur kuno di tempat terpencil yang digunakan, menyebabkan istana itu tampak seperti istana yang dibangun pada periode akhir Perang Fajar.     

"Itu adalah istana Baron Habearo. Dia adalah bangsawan di Fogtown, beberapa desa, dan kota lain di daerah ini." Simon menunjuk ke arah istana dan menjelaskan kepada Lucien, tanpa mengetahui bahwa Lucien mungkin lebih tahu banyak tentang latar belakang istana itu. "Baron Habearo adalah seorang kesatria yang luar biasa ketika masih muda, dan dia dikenang karena perbuatan kepahlawanannya, yaitu menyapu bersih para perampok yang terkenal jahat dan bergabung di perang sipil antara para bangsawan di Kekaisaran Gusta. Banyak sekali cerita yang diceritakan oleh para bard berdasarkan kisah nyatanya, kisah mengenai seorang pahlawan yang sesungguhnya.     

"Sayangnya, Baron Habearo gagal naik level untuk menjadi seorang kesatria agung, dan kondisi kesehatannya memburuk di awal usianya yang ke-enam puluh. Setelah anaknya meninggalkan kota untuk berpetualang, Baron Habearo sekarang jarang keluar dari istananya. Terkadang dia mengundang beberapa musisi untuk berkunjung ke istana karena saya mengetahui bahwa dia cukup tertarik dengan musik."     

"Yah, pahlawan-pahlawan pun bertambah tua." Wise mendesah, "Tak ada satu pun yang bisa bertahan selamanya di dunia ini, kecuali Tuhan."     

"Mungkin musik bisa bertahan lama juga," Lucien berkomentar. Di dalam pikirannya, ketika Betty sedikit kecewa dengan perkataan Wise, Lucien tidak terlalu terpengaruh oleh kenyataan. Lagipula jika dia dapat menjadi seorang penyihir tingkat senior, Lucien dapat hidup lebih lama daripada orang-orang pada umumnya.     

"Yah … Apakah ada yang tahu bahwa Nyonya Kaelyn, sepupu Lena, sebenarnya adalah istri pelayan Baron Habearo? Wow …" Joanna mengubah topik pembicaraan.     

Di mata Joanna dan para petualang yang lain, bahkan pelayan seorang baron masih merupakan orang penting.     

…     

Ketika mereka masuk ke dalam penginapan, ada wanita yang sedang berdiri di belakang kasir yang tampak tidak ramah, dan matanya juga tampak sayu. "Tolong isi daftar nama dan tanggal lahir jika kalian ingin menginap di sini."     

"Nyonya Branka, apa yang terjadi? Kami pernah menginap di sini dulu, beberapa bulan yang lalu. Apakah Anda tidak ingat dengan kami?" tanya Joanna. "Anda tampak kurang sehat."     

Terakhir kali ketika Joanna dan Simon berada di penginapan ini, Betty tidak ikut, karena dia bersembunyi dan menyia-nyiakan pekerjaannya di Korsor.     

"Roy sudah mati, karena penyakit," gumam Branka. "Dia masih berusia sepuluh tahun. Dia telah dipanggil oleh Tuhan."     

"Ini hanya beberapa bulan sejak terakhir kali kami melihat Roy …" Joanna menunduk, kemudian menjelaskan kepada Lucien dengan suara rendah, "Roy adalah anak Nyinya Branka yang paling kecil."     

Wise melipat tangan di dadanya, "Semoga Roy hidup kekal di surga."     

Sesudah berduka atas Roy, Joanna bertanya kepada wanita itu dengan hati-hati, "Nyonya Branka, saya tidak ingat kalau dulu kami diminta untuk mengisi tanggal lahir ketika terakhir kali kami menginap di penginapan ini."     

Lucien tidak pernah mendengar persyaratan seperti itu di negara-negara dan kota-kota yang pernah dia kunjungi.     

"Ini adalah perintah dari baron. Saya tidak tahu alasannya …" jawab Branka perlahan-lahan.     

Meskipun Lucien merasa bahwa hal ini sangat mencurigakan, tetapi para petualang dan Wise tidak terlalu peduli. Apa yang diinginkan oleh mereka adalah tidur dengan tenang.     

"Kau hanya berusia 29 tahun, Simon," canda Lucien. "Kupikir kau sudah berusia 34 atau 35 tahun …"     

Simon memang tampak lebih tua daripada usianya. Dia menggaruk kepalanya dan menoleh ke Joanna, "Saya tahu … Ketika saya menikah dengan Joanna saat saya masih berusia dua puluh tahun, beberapa tamu mengira saya adalah ayahnya …"     

Joanna berusia 27, Betty berusia 16 tahun, dan Wise berusia 22 tahun.     

Lucien tampak terhibur. Kemudian, sesudah Wise, dia hanya menulis nama keluarga di buku kecil itu, 'Evans … Lahir tanggal 26 Juni 798 menurut Kalender Saint.' Lucien berhenti sejenak. Dia tak yakin apakah dia harus menulis tanggal lahir aslinya, dari dunia dia berasal.     

"Oh ya ampun …! Pak Evans, Anda bahkan belum 18 tahun!" Betty sangat terkejut.     

Simon dan Joanna juga ikut terkejut.     

"Sebentar lagi 18 tahun, kurang dua hari lagi," Lucien menjawab dengan santai.     

"Anda adalah idola saya, Pak Evans! Saya berharap bisa menjadi pengawal kesatria tingkat tinggi sekuat diri Anda sebelum saya berusia 18 tahun!" Mata Betty tampak bersinar dengan kegembiraan.     

Betty keceplosan mengungkap kekuatan Lucien di depan orang-orang lain.     

"Jadi, kau harus mendapatkan pelatihan formal kesatria." Memanfaatkan kesempatan itu, Joanna mendidik Betty. Sejak orang tua mereka meninggal, Joanna berperan ganda yaitu sebagai seorang kakak perempuan dan ibu bagi Betty.     

…     

Ketika waktu makan malam, seorang wanita berambut pirang masuk ke penginapan dengan dua orang pengawal mengikutinya di belakang. Dia melihat sekeliling, dan segera melihat Lucien dan orang-orang lain di lobi yang tak terlalu ramai.     

"Permisi, apakah Anda Pak Evans?" Dia berjalan menuju Lucien dan bertanya dengan senyum sopan.     

"Iya, benar. Apa yang bisa saya bantu, Nyonya?" Lucien bisa menebak siapa wanita ini.     

"Senang bertemu dengan Anda, Pak Evans." Wanita itu mengangguk, "Saya adalah sepupu Lena, Kaelyn. Saya ke penginapan ini untuk mengucapkan terima kasih karena Anda telah memulangkan Lena."     

"Sama-sama, Nyonya. Memulangkan Lena tidak merepotkan saya." Jawab Lucien dengan sopan, walaupun dia merasa curiga lagi—seharusnya Lena juga berada di sini, 'kan? Sepupu Lena datang ke penginapan ini dengan para pengawalnya tanpa mengajak Lena untuk mengucapkan terima kasih itu terkesan aneh bagi Lucien.     

Kaelyn menatap Lucien, kemudian Betty, dan kemudian bergerak selangkah lebih dekat dengan Wise. "Baron Habearo bertanya kepada Lena mengenai perjalanannya, dan sepupu saya berkata kepada Tuan bahwa ada seorang bangsawan muda yang sangat bertalenta bahkan bisa memainkan harpa juga. Apakah benar itu Anda? Pak Wise?"     

"Terima kasih atas pujiannya, Nyonya." Wise sedikit membungkukkan badan kepada Kaelyn.     

"Baron Habearo sangat menyukai musik, dia ingin mengundang Pak Wise ke istananya untuk bertukar pikiran mengenai musik. Selain itu, Tuan Habearo juga sangat tertarik dengan pengalaman petualangan Anda, Pak Evans. Apakah kalian berdua bersedia untuk berkunjung ke istana dan menjadi tamu Baron Habearo?"     

Sebelum Lucien menjawab, Wise tersenyum, "Tentu saja. Tuan Habearo adalah idola saya … Dia adalah seorang pahlawan."     

Kaelyn mengangguk dan berpaling ke Lucien, "Bagaimana dengan Anda, Pak?"     

"Saya hanya khawatir dengan para pengawal saya …" Lucien menunjuk ke arah tiga orang pengawalnya.     

Karena baron kelihatannya lebih tertarik dengan permainan musik Wise, Lucien merasa bahwa dia akan baik-baik saja jika dia memutuskan untuk pergi, dan alasan penting lainnya adalah dia mungkin bisa mendapatkan informasi dari baron mengenai istana bernama Carendia.     

"Mereka boleh ikut bersamamu. Tidak masalah." Senyuman Kaelyn tampak sopan dan manis, "Dulu Baron adalah seorang petualang, dan dia ingin mendengarkan tentang cerita petualangan Anda yang luar biasa."     

"Kami boleh ikut juga?" Betty dan Joanna tampak sangat bersemangat, bahkan Simon menunjukkan beberapa emosi.     

…     

"Nyonya Kaelyn, Apakah Lena akan berada di istana juga malam ini?" tanya Betty ketika mereka mendekati istana setelah melalui jembatan batu.     

"Dia tidak akan hadir. Dia harus beristirahat," jawab Kaelyn singkat.     

Betty sedikit kecewa, "Saya agak rindu dengan bayi Lena yang imut."     

Kaelyn tidak merespon, dia terus memimpin Lucien dan orang-orang lain menuju ke istana setelah menyeberangi jembatan gantung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.