Singgasana Magis Arcana

Kebun Sihir



Kebun Sihir

0Tidak ada angin maupun hujan. Langit kelabu dan tidak ada bintang yang terlihat. Lucien merasa dunia magic lock sudah mati.     

Tetapi, ada gelombang di permukaan danau berwarna merah di bawah Salib Besar, seolah danau itu hidup. Kesan mengerikan dan kontras dari warna yang kontras juga membuat Lucien gelisah, meskipun dia adalah penyihir tingkat murid senior yang bisa menjaga ketenangan dan fokusnya setiap saat.     

Dengan hati-hati, Lucien mengamati Salib Besar yang terang dan menyilaukan di langit, lalu membandingkannya dengan peta bintang dari Astrologi dan Elemen Sihir di perpustakaan jiwanya. Dari sana Lucien menemukan bahwa susunan dari magic lock begitu unik. Tidak seperti magic lock biasanya, yang bertujuan untuk melindungi sesuatu, yang ini lebih seperti magic lock yang mengumpulkan energi untuk menyegel sesuatu.     

Jika perasaan Lucien benar, dia tidak ingin berlama-lama di sini. Lucien melihat ke langit dan bergegas mengkalkulasi ulang koordinasi kebun sihir terdekat dengan Salib Besar sebagai patokan. Lalu, tanpa ragu, dia berbalik dan berlari menuju tepi hutan hitam menyusuri pinggiran danau.     

Meskipun Lucien penasaran, dia sangat paham bahwa mendekati magic lock tingkat legendaris ini adalah sesuatu yang bodoh. Dia paham bahwa dia harus mengikuti tujuan awalnya datang ke sini.     

Tubuh Lucien pulih dengan cepat berkat kekuatan Berkah Moonlight. Ketika dia memasuki hutan hitam, rasa sakit di dada yang disebabkan oleh revenant tadi sudah menghilang.     

Hutan hitam juga diselimuti dengan kesunyian yang sama. Bahkan dedaunan di ranting sama sekali tidak bergerak. Semuanya hanya terdiam. Tidak ada kehidupan yang terlihat.     

Lucien mencoba sebisa mungkin untuk tetap tenang ketika dia berjalan melewati pepohonan besar. Sekitar lebih dari 10 menit kemudian, dia melihat bangunan tinggi besar yang tertutup bayangan berada di depannya, masih agak jauh. Kadang-kadang, ada cahaya aneh datang dari dalam bangunan itu dan terbang menuju Danau Elsinore.     

Dia memperlambat langkahnya ketika mendekati bangunan itu sambil menggenggam pedangnya. Lucien sedikit berkeringat.     

Lucien merogoh kantongnya, lalu mengambil sebuah batu hitam kecil. Itu adalah kelenjar otak kelelawar.     

Lucien memegangnya di tangan kiri, bibirnya bergerak tanpa mengeluarkan suara dan gelombang kasatmata mulai menyebar seperti riak air. Dia berdiri di tengahnya, menunggu pantulan balik dari gelombang suara setelah menabrak sesuatu.     

Pohon cemara yang tinggi dan besar muncul di dalam kepala Lucien satu per satu. Macam-macam benda yang berada di radius sekitar beberapa ratus meter menjadi terlihat lebih jelas. Tetapi, beberapa objek yang menghalangi gelombang tetap buram, dan Lucien hanya bisa menebak benda itu dari bagaimana bentuknya.     

Tetap saja, tidak ada kehidupan yang terdeteksi. Lucien tidak yakin dia harus bersyukur atau malah tambah gugup.     

Ketika dia sedang mencoba menemukan jebakan sihir, dia terus berjalan dengan perlahan mendekati tujuannya. Semua penghalang yang tidak bisa dia identifikasi ternyata hanyalah bebatuan besar.     

Saat Lucien menerobos semak belukar, dia melihat batu nisan berwarna abu-abu, yang di belakangnya terdapat peti mati kecil.     

Dia sedikit mendekati batu nisan, kemudian melihat kata-kata putih yang terukir di situ, 'Di sini telah beristirahat Walikota Bonn, Tuan David Terrian, yang memiliki pencapaian terbesar dengan membunuh ratusan orang yang tidak mengikuti ajaran God of Truth.     

Lalu pria ini meninggal karena dia jatuh cinta dengan pria lain, yang sangat kuat.'     

Muka Lucien berkedut ketika melihat ukiran tersebut, bukan karena terlalu aneh, tapi karena dia pernah melihat batu nisan ini sebelumnya, ketika dia pertama kali menyelinap ke Bonn. Dia sangat ingat bahwa batu nisan ini ada di kuburan kota itu, bukan di hutan.     

"Kuburannya pindah ke hutan hitam di dunia magic lock ini?" Lucien berpikir.     

Dia melihat ke sekelilingnya dan melihat lebih banyak makam. Di dunia hitam putih, hal itu terlihat lebih menyeramkan.     

Tentu saja, sebuah pemakaman bukan tempat yang menyenangkan untuk tinggal. Jadi, Lucien memutuskan untuk pergi dan mencari jalan lain untuk sampai ke kebun sihir, meskipun akan membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama.     

Tetapi, ketika dia akan berbalik, kulit ubun-ubun Lucien terasa kaku karena sensasi dingin, seperti ketika dia bertemu dengan gadis kecil sebelumnya.     

Tanpa ragu-ragu, Lucien melontarkan serangan dengan pedangnya.     

Meskipun terasa seperti dia memotong sepotong kayu lapuk, kekuatan aneh menggetarkan tangan Lucien bersamaan dengan pedang di tangannya. Lucien berubah menjadi bayangan abu-abu, lalu menghindar dengan cepat ke samping dan berlutut dengan satu kaki, sementara punggungnya bersandar ke sebuah batu nisan.     

Di sudut matanya, terlihat kalimat pendek di batu nisan itu.     

'Tadinya aku gendut, tapi sekarang aku kurus.'     

Lucien terhibur sesaat. Namun, dalam waktu sesaat itu, tangan busuk keluar dari gundukan tanah di sebelahnya.     

Mayat yang ada di dalam kuburan hidup kembali!     

Sebagian besar kulitnya sudah busuk, meskipun sebagian kulitnya masih menggantung di tulang-tulang putih. Bau dari mayat itu begitu menyengat.     

Lucien berbalik, kemudian melihat satu lagi zombie berdiri di belakangnya, dan penutup peti David Terrian terbuka!     

Lucien mengubah dirinya menjadi bayangan lagi untuk menjaga jarak dari dua makhluk undead menjijikan itu. Dari gigi mereka yang tajam dan cara mereka berjalan, Lucien menyadari bahwa mereka bukanlah zombie atau tengkorak hidup biasa, melainkan, mereka adalah ghoul.     

Di dunia magic lock yang aneh ini, kekuatan mereka bertambah. Lucien bisa melihat bahwa mereka hampir secepat dan selincah dia, dan sepertinya lebih kuat.     

Dengan karakteristik undead, ghoul dipenuhi dengan penyakit dan aura yang membuat depresi. Seseorang yang dilukai ghoul akan menjadi sangat lemah dan mati rasa, kemudian akan mati karena wabah penyakit.     

Jika seseorang dibunuh oleh ghoul, maka dia akan berubah menjadi ghoul.     

Setelah menyadari makhluk apa mereka, Lucien mengubah strategi. Dia mencoba untuk menghindari pertarungan jarak dekat dan berhadap-hadapan dengan para ghoul, lantas berencana melakukan serangan dari belakang.     

Untungnya, ghoul tidak mempunyai kecerdasan, dan ghoul kedua terlihat lebih lemah dari yang satunya. Perlahan-lahan, Lucien unggul di pertarungan ini dan pedangnya menebas ghoul-ghoul itu beberapa kali. Tetapi, tulang dari para ghoul lebih keras dari yang dia duga. Para ghoul itu masih bergerak, dan mereka menjadi lebih marah ketika kulit dan daging busuk mereka lepas karena serangan Lucien.     

Ketika Lucien menyiapkan Sulphur-fire Wall, dia melihat lebih banyak ghoul bangkit dari kubur. Tangan busuk mereka seperti dahan pohon kering.     

Tanpa ragu-ragu, Lucien merapal mantra. Segera setelah fire wall muncul di hadapannya, dia berbalik dan berlari kabur secepat yang dia bisa.     

Bau menyengat dari belerang yang terbakar tercium oleh Lucien. Mengetahui bahwa ini mungkin kesempatan satu-satunya dia bisa kabur, dia sama sekali tidak menoleh ke belakang.     

Salah satu ghoul mencoba menghalangi Lucien dari sisi lain fire wall. Lucien menggunakan pedangnya dan langsung menebas ke arah ghoul itu.     

Bau menyengat dari daging busuk menjadi semakin kuat, dan Lucien melihat lebih banyak ghoul yang bangkit dari kubur.     

Lucien memegang pedang di tangan kanannya, kemudian menembakkan tiga frost blades yang bersinar karena cahaya dingin dari tangan kirinya. Dia merapal Palmeira's Frost Blades.     

Pedang itu memotong tenggorokan ghoul dalam-dalam, ya, kalau kombinasi daging busuk dan tulang leher masih bisa disebut 'tenggorokan'. Lucien tidak mengira Frost Blades dapat membunuh makhluk menjijikan itu, tapi hanya untuk membekukan makhluk itu sebentar.     

Seperti perkiraannya, angin dingin yang keluar dari Frost Blades dengan cepat menutupi ghoul itu dengan lapisan es, dan ghoul itu langsung membeku di tempat.     

Pada saat yang bersamaan, Lucien mengaktifkan Disarming Loop dan mengubah gravitasi di area sekitar ghoul itu berada. Ghoul yang membeku itu kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah.     

Lalu, Lucien dengan cepat melewati ghoul itu secepat bayangan dan melihat bahwa es nya sudah mulai retak.     

Lucien berlari dengan sekuat tenaga, dan sekelompok ghoul yang baunya menyengat mengejarnya dari belakang. Tapi, dia masih tahu jelas ke mana dia harus pergi.     

Ketika Lucien sudah sedikit jauh dari para ghoul, dia mengubah arah dan berlari menuju kebun sihir.     

Beberapa ghoul lebih kuat dan beberapa lebih lemah. Ketika Lucien sudah dapat melihat gerbang hitam dari kebun sihir, hanya dua ghoul yang masih mengikutinya.     

Seluruh kebun ditutupi dengan bayangan kelabu, dan hanya gerbang hitam yang dapat terlihat jelas. Di belakang gerbang ada bangunan pendek dan lancip. Bangunan itu terlihat begitu menyeramkan.     

Saat Lucien mendekat, dia menyadari bahwa lingkaran sihir yang terukir pada gerbang itu sangat dikenalinya, tapi polanya masih belum lengkap.     

Pemikiran bahwa kebun sihir ini sebenarnya peninggalan dari seorang archmage untuk penerusnya, sekilas muncul di kepalanya, karena dia mengingat pola tersebut ketika dia membaca Astrologi dan Elemen Sihir.     

Lucien mengeluarkan tabung berisi air raksa dari jubahnya dan memegangnya di tangan. Segera setelah dia sampai di depan lingkaran sihir dan membuka tabungnya, tetesan air raksa melesat keluar dari tabung ke gerbang itu dengan sendirinya.     

Dia menarik napas dalam-dalam untuk menjaga fokusnya. Lucien menggunakan kekuatan spiritualnya untuk mengendalikan aliran tipis air raksa demi menyelesaikan pola lingkaran sihir tersebut.     

Dia tahu dia sangat beruntung di sini. Meskipun ini sangat di luar dugaan bahwa kebun sihir ternyata menggunakan teka-teki sebagai kunci, untungnya dia membaca dengan saksama buku peninggalan archmage yang menciptakan dimensi ini.     

Ketika pola pada lingkaran sihir selesa, dua ghoul yang mengejarnya juga telah sampai. Bau busuk yang menyengat membuat Lucien merasa lemah dan pusing.     

Lingkaran sihir di gerbang seketika bersinar. Dengan seluruh tenaganya, Lucien dengan penuh keyakinan meloncat ke portal sihir dengan pusaran badai di dalamnya.     

Pada saat dia memasuki portal, Lucien bisa merasakan udara dingin dari para ghoul yang mencoba mencakar punggungnya dengan cakar tajam mereka dari belakang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.