Singgasana Magis Arcana

Seni Memimpin Konser



Seni Memimpin Konser

0Apa yang ada di luar dugaan adalah musiknya tidak langsung dimulai saat Lucien mengayunkan baton. Lucien berdiri di bagian depan panggung, lalu dia mengangkat kedua tangannya tinggi. Seluruh tubuhnya sedikit bergetar, seperti ada momentum yang dahsyat keluar dari tubuhnya.     

Sebelum penonton menyadari apa yang terjadi, Lucien dengan cepat mengayunkan tangannya ke belakang dan mengangkat batonnya lagi. Kemudian dimulailah Serenade for strings in G major.     

Alunan musik itu singkat dan padat, lalu merasuk ke dalam pikiran semua pendengar. Keheranan dan kegugupan para penonton seketika menghilang, dan sekarang mereka merasakan kebahagiaan yang dibawa oleh serenade ini.     

Lucien tersenyum. Seluruh tubuhnya bergerak mengikuti alunan musik. Rasa senang yang diberikan kepada para penonton sangat menular sampai kebanyakan dari mereka mulai mengangguk-anggukan kepala dan menggoyangkan badan, seiringan dengan irama musik yang dibawakan.     

Christopher dan Natasha tidak pernah melihat latihan Lucien. Sekarang, mereka berdua sangat terkejut dengan cara baru memimpin konser milik Lucien, yang sangat berbeda dengan cara tradisional.     

Biasanya fungsi sederhana dari dirigen, karena gaya musik yang terlalu kaku, hanyalah untuk memimpin pertunjukan musik untuk memastikan para pemain memainkan lagu dengan tepat, karena itu, emosi dari pencipta lagu maupun sang dirigen tidak tersampaikan. Sebagai contoh, meskipun pergerakan Victor dan Christopher saat menjadi dirigen cukup luas, mereka tidak pernah mencoba untuk menunjukan perasaan mereka yang berhubungan dengan anggota orkestra, atau untuk membangkitkan emosi penonton.     

Mengikuti perkembangan musik bertema, Lucien juga mengubah caranya memimpin untuk menyesuaikan dengan tren yang bergerak dari klasisisme ke romantisme. Lucien sering belajar dari para dirigen hebat dari dunia asalnya, seperti Arturo Toscanini dan Herbert Von Karajan, untuk menciptakan gaya memimpinnya sendiri.     

Mengikuti arahan Lucien, orkestra dengan sempurna menunjukkan rasa senang dan jiwa semangat dari gerakan pertama serenade.     

Lalu, ayunan baton Lucien menjadi lebih tenang ketika serenade memasuki gerakan kedua. Melodi itu seperti sehelai tudung berwarna merah mawar, melayang di udara, kemudian perlahan jatuh ke pikiran semua orang.     

Mimpi itu tentang cinta dan kasih sayang, tentang gadis-gadis cantik bersama pemuda-pemuda tampan, tentang lapangan bunga liar dan embusan angin sejuk di musim panas, tentang masa muda, masa-masa terindah di dalam kehidupan seseorang.     

Berpindah dengan halus, bentuk rondo dari gerakan ketiga membuat banyak pendengar merasa ingin berdansa. Mereka bahkan berharap ini adalah sebuah pesta di malam hari, dan bukan sebuah konser formal.     

Di bagian akhir, musik itu kembali dengan gaya yang ceria, segar, dan nyaman. Ketika Lucien selesai memimpin dan berbalik, para penonton berhenti sejenak lalu seketika pecah dengan tepuk tangan hangat selama istirahat singkat itu, karena mereka baru menyadari bahwa serenade itu telah selesai.     

"Serenade di dalam Aula Pemujaan!" Piola berteriak ke teman-temannya. Dia sangat terkejut.     

Tadinya, serenade, sebuah aliran musik informal, tidak layak untuk dimainkan pada panggung yang elegan dan resmi. Sangat jarang serenade dibawakan pada acara seperti ini sebelumnya, dan orang-orang tidak pernah menyukainya. Hari ini, Lucien mengubah pandangan itu dan membuat serenade yang sama mengesankannya dengan sebuah simfoni.     

"Anggun dan indah, sempurna dan imbang," Sharon berkomentar. Bahkan perasaan setelah mendengarkan serenade itu mengesankan.     

Di kursi penonton, Christopher tersenyum dan berkata ke Grand Duke dan Kardinal Saint, "Lagi-lagi kejutan dari Lucien."     

Grand Duke mengangguk. "Gaya memimpinnya sungguh suatu nilai tambahan untuk serenade itu."     

Sebelum konser dimulai, meskipun Natasha terlihat sangat percaya diri, dia masih sedikit khawatir terhadap Lucien. Sekarang, dia sangat tenang. Natasha bersandar di sandaran kursi sambil mendengarkan ayahnya dan Kardinal Saint membicarakan gaya baru Lucien memimpin pertunjukan. Dia masih penasaran tentang kejutan apa yang akan diberikan Lucien selanjutnya, begitu pun para pendengar.     

...     

Setelah istirahat sejenak, ketika Lucien kembali ke panggung dan melewati anggota konser, Rhine tersenyum dan berkata kepadanya dengan pelan, "Sepertinya gaya memimpinmu mendapatkan respon yang cukup baik, dan aku yakin Simfoni Takdir akan mengejutkan mereka."     

Lucien tersenyum dan mengangguk ke Rhine, terlihat cukup percaya diri. Lalu, dia berdiri di depan orkestra dan menutup matanya.     

Seluruh Aula Pemujaan dan alun-alun berubah sunyi.     

Lucien sedikit menundukan kepalanya, lalu mengangkat tangannya lagi, tapi dia tidak langsung mengayunkan tangannya.     

Para penonton menahan napasnya, menunggu.     

Lucien berdiri seperti patung dengan mata tertutup. Dia memikirkan tentang wajah orang tuanya, sangat akrab namun sangat jauh darinya. Hari-hari biasa di dunia asalnya kembali ke ingatannya, tapi, sayangnya, Lucien tidak pernah menyadari betapa berharganya hari-hari tersebut dan dia tidak pernah menghargainya.     

Sekarang, dia di sini, di dunia yang tidak dia kenal, sendirian. Dia harus hidup dengan bahaya besar nyaris setiap harinya. Dia bisa mati begitu saja karena mimpinya untuk mempelajari sihir. Muka para penjahat, penjaga malam, dan pengikut ajaran sesat muncul di benak Lucien. Mereka mengejeknya, mengancamnya, memberitahu dirinya bahwa semua sudah ditakdirkan.     

Apakah dia harus menerima takdir?     

Apakah dia harus menyerah?     

Apakah dia harus melepaskan angannya dan mengalah kepada semua kesulitan?     

Tidak! Tidak akan pernah!     

Dia akan bertarung melawan apa yang disebut takdir sampai napas terakhirnya!     

Wajah Lucien berubah dengan tekad kuatnya. Dia Menggertakkan giginya, lalu dia mengayunkan kedua tangannya ke bawah dengan kencang.     

Pembukaan Simfoni Takdir yang sudah biasa terdengar, sekali lagi menyentuh hati para pendengar.     

Badan Lucien terlihat hampir kehilangan keseimbangan dari ayunan kencangnya. Setiap otot di dalam tubuh Lucien gemetar karena semangat kuatnya!     

Para pendengar merasa jantungnya seolah digenggam oleh tangan besar yang kuat, sehingga kebanyakan penonton merasa susah bernapas.     

Bahkan Sard membuka matanya. Dia melihat Lucien, yang sedang memimpin orkestra dengan gaya yang terlihat hampir gila.     

Dengan baton ditangan kanannya, tangan kiri Lucien terkadang mengepal, terkadang merapat seperti cakar elang. Tangannya terkadang terbentang lebar dan terkadang terdiam menempel ketat di badannya.     

Wajah Lucien berubah dengan rasa benci dan kemarahan, seperti sedang mencabik-cabik musuhnya hidup-hidup. Terkadang, otot di wajahnya menjadi tenang, tapi dalam sekejap mukanya terlihat lebih gila lagi, seperti dia dapat serangan jantung.     

Dibandingkan dengan gaya Victor memimpin Simfoni Takdir, versi Lucien terlihat lebih mencolok dan intensif. Setiap anggota orkestra terpengaruh dan termotivasi oleh Lucien, sehingga seluruh anggota orkestra terasa lebih menggila!     

Energi dan momentum dari simfoni ini tidak terbandingkan!     

Natasha mencengkeram lengan kursi dan punggungnya menegak, sedangkan beberapa dari bangsawan tua terlihat seperti akan pingsan sesaat kapan saja karena intensitas dari permainan musik ini.     

Akhirnya, dengan seluruh kekuatan, baik fisik dan mentalnya, Lucien mengeluarkan gerakan terakhir Simfoni Takdir. Kegembiraan dari kemenangan dan kejayaan seketika pecah dan memberikan inspirasi kepada semua orang!     

Ketika simfoni selesai, bahkan dengan kekuatan Berkah, Lucien masih merasa begitu lelah.     

Seluruh Aula Pemujaan begitu sunyi.     

Lalu Lucien berbalik dan membungkuk kepada penonton. Pada saat dia menegakkan punggungnya, Lucien mendengar tepuk tangan terhangat yang pernah dia dengar selama hidupnya.     

Seluruh kota bertepuk tangan padanya untuk Simfoni Takdir, untuk seni memimpin konser Lucien!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.