Singgasana Magis Arcana

Repertoar Lucien



Repertoar Lucien

0"Mereka sudah kembali?" Lucien sangat terkejut. Dia tidak pernah menyangka Argent Horn, setelah kekalahan besar, dapat pulih dengan sangat cepat.     

"Ya. Gereja telah mengirimkan sebuah regu Penjaga Malam, serta beberapa pastor, bahkan beberapa uskup." Natasha mengangguk. "Aku berharap dapat ikut serta. Pengikut ajaran sesat itu gila..."     

Lucien tidak menjawab. Dia merasa bahwa beberapa pengikut fanatik ajaran God of Truth juga gila.     

Natasha duduk di sofa. "Sekarang Aalto sangat ramai. Pemeriksaan keamanan kita tidak akan sempurna, apalagi di saat kita kekurangan orang. Tolong hati-hati, Lucien. Aku masih sangat ingin mendatangi konsermu."     

"Baiklah. Terima kasih sudah mengingatkan saya, Tuan Putri," jawab Lucien. "Lagipula, saya punya Alert. Kecuali mereka mengirimkan seseorang di tingkat kesatria agung atau di atasnya, mereka tidak akan dapat menyerang saya begitu saja. Selain itu, saya bukanlah siapa-siapa."     

"Ayolah, kau adalah seseorang yang dikenal." Natasha melambaikan tangannya. "Konsermu menarik perhatian banyak orang. Kami semua menantikan itu."     

"Saya tersanjung, Tuan Putri." Lucien berhenti sebentar, "Sepertinya saya akan baik-baik saja. Tapi paman Joel dan keluarganya..."     

"Tenang saja. Aku bisa mengurus mereka." Natasha langsung paham.     

"Terima kasih banyak, Tuan Putri," ucap Lucien penuh rasa terima kasih.     

"Bagaimana dengan persiapan konsermu, Lucien?" Natasha mengganti pokok pembicaraan dan bertanya kepada Lucien, seperti teman akrab, "Aku ingin tahu."     

"Um ... lumayan," jawab Lucien dengan jujur. "Saya hanya membutuhkan waktu lebih untuk berlatih bersama orkestra. Bagaimanapun, itu pertama kalinya saya akan menjadi konduktor. Saya merasa sedikit risau dengan hal itu, tapi hanya itu kekhawatiran saya."     

"Kau mempunyai pemahaman musik yang sangat baik, dan kekuatan Berkahmu sudah dibangkitkan. Sepertinya itu tidak akan menjadi masalah." Natasha melihat Lucien dengan mata ungu indahnya. "Bagaimana dengan repertoar konsernya?"     

Lucien tadinya ingin bertemu Tuan Othello untuk mendaftarkan repertoar konsernya, jadi dia langsung menjawab, "Simfoni Takdir. Serenade for strings in G major. Piano Canon in D major. Sebuah piano solo yang disusun ulang dari Viloin Sonata in G minor. Sebuah piano sonata in C minor bernama Pathetique, yang merupakan musik bertema."     

"Agak berbeda dari yang aku bayangkan," ucap Natasha agak ragu. "Keseluruhan konsernya didominasi oleh piano dan hanya piano. Aku khawatir kalau kurangnya simfoni bisa membuat konsermu kurang khidmat dan sempurna."     

Tetapi, sebelum Lucien menjelaskan, Natasha tersenyum dan berkata ke Lucien, "Bagaimanapun, ini adalah konsermu. Kau tahu apa yang kau lakukan, Lucien. Aku mempercayaimu."     

Lucien diberikan semangat. Dengan dukungan dari sang putri, dia percaya bahkan Tuan Othello tidak akan bisa banyak bicara tentang daftar lagunya.     

"Ngomong-ngomong, Tuan Putri," entah mengapa Lucien kembali memikirkan pembicaraan sebelumnya, "keberadaan Argent Horn terdeteksi pada saat Festival Musik Aalto ... Sepertinya tidak mungkin hanya kebetulan."     

"Aku paham akan kekhawatiranmu." Natasha tidak terlihat resah. "Kami akan mengurus hal ini."     

Lucien hanya mengangguk dan tidak lanjut berbicara. Dia paham betul bahwa dia bukanlah satu-satunya orang cerdas di Aalto.     

...     

Setelah Natasha dan Camil pergi, Lucien berpapasan dengan Othello, direktur asosiasi, di tangga.     

Kali ini murid Othello, Mekanzi, tidak bersamanya. Dia mendapatkan banyak celaan sejak pesta dansa Felicia, ketika dia menuduh Lucien sebagai seorang pengikut iblis dan gagal. Karena itu, akhir-akhir ini Mekanzi jarang terlihat di asosiasi.     

"Lucien, apakah kau siap dengan konsernya?" Othello terlihat sedikit lelah. "Apakah repertoarmu sudah siap?"     

"Tentu saja, Tuan Othello. Sebenarnya, Saya baru saja akan menyerahkan repertoar kepadamu nanti," ucap Lucien. Lalu, dia mengambil daftar itu dan memberikannya kepada Othello.     

Othello membaca daftar itu sambil mengerutkan kening. "Terlalu banyak piano solo. Semua ini tidak cukup untuk konser megah, kalau kataku. Aku paham bahwa seorang jenius selalu mempunyai ide-ide baru, tapi Lucien, apakah kau yakin dengan ini?"     

Lucien mengangguk, "Saya sangat yakin, dan Tuan Putri juga sudah setuju dengan repertoar ini."     

"Jadi begitu ... Aku harap kau tidak merasa terlalu tertekan." Othello masih sedikit cemas. Di dalam hatinya, keputusan Natasha untuk menyerahkan tanggung jawab dari konser penutup yang begitu penting ke Lucien tidak terlalu bijaksana. Othello mempercayai kalau konser penutup dari festival musik memerlukan musisi yang lebih berwibawa dan berpengalaman daripada Lucien.     

Lalu, ketika Lucien sedang menaiki tangga ke ruang latihan, dia bertemu dengan beberapa temannya, yang menyapanya dengan prihatin. Mereka juga khawatir Lucien mendapatkan terlalu banyak tekanan karena harus membawakan konser penutup.     

Setelah Lucien sampai ke lantai empat, dia melihat seorang wanita berlari ke arahnya. Untungnya, dia cukup lincah dan berhasil menghindar ke samping.     

"Silvia? Kenapa kau terburu-buru?" Lucien sedikit terkejut.     

"Oh hai, Lucien! Bukan hal penting, sebenarnya." Silvia mengenakan gaun kuning muda, dan pipinya sedikit memerah karena berlari. "Aku mendengar bahwa konsermu diadakan pada hari penutupan. Selamat, ya dan ... jangan merasa terlalu tertekan."     

"Aku baik-baik saja. Terima kasih, Silvia." Lucien mengangguk. "Kau bukanlah orang pertama yang mengatakan untuk jangan terlalu merasa tertekan. Aku tetap menghargainya."     

"Tentu saja." Silvia tersenyum. "Kau bisa menata emosimu dengan baik. Natasha juga sangat percaya padamu."     

...     

Rhine dan orkestra sudah menunggu ketika Lucien sampai.     

Lucien mengambil baton—tongkat konduktor, dia mengatakan pada mereka, "Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, mari kita mulai."     

Pada ronde pertama latihan, Lucien merasa cukup baik. Ketika dia akan lanjut, Othello bersama dua orang pemuda memasuki ruang latihan.     

Lucien mengenali salah satu pemuda tersebut, yaitu Count Verdi. Lucien sudah dua kali melihatnya di Istana Ratacia. Pemuda satunya adalah lelaki berambut abu-abu yang mengenakan jaket merah terang, Lucien sama sekali tidak mengenalinya.     

"Ini adalah pangeran dari Kerajaan Syracuse, Pangeran Michelle. Pangeran sangat tertarik dengan asosiasi kita." Othello memperkenalkan dengan sopan.     

Setelah Lucien dan musisi lain memberi hormat, Pangeran Michelle berkata ke mereka dengan sedikit malu, "Apakah aku mengganggu kalian? Tidak usah hiraukan aku. Aku hanya melihat-lihat." Ketika dia diperkenalkan dengan Lucien, Michelle terlihat sangat senang. "Tuan Lucien Evans! Aku sangat senang bertemu denganmu." Lalu, sang pangeran mengulurkan kedua tangannya dan menjabat tangan Lucien, menghiraukan etika kerajaan.     

Lucien dapat merasakan tenaga dari pangeran muda ini ketika mereka berjabat tangan. Tentu saja, Michelle sudah membangkitkan kekuatan Berkahnya. Lucien membungkuk sedikit kepadanya dan berkata dengan sopan, "Suatu kehormatan bagi saya, Yang Mulia."     

...     

Di perjalanan pulang, Lucien bertemu dengan ayah Silvia, Tuan Deroni, yang sedang berbincang dengan pria paruh baya yang Lucien tidak kenal.     

Pria itu berumur empat puluh tahun. Dia memiliki hidung yang mancung, rambut coklat dan mata biru gelap. Pria itu mengenakan jas, dan terlihat sopan.     

Deroni mengangguk ke Lucien dan mengenalkan, "Ini adalah Rogerio, saudara dan juga rekan bisnisku. Dan ini Tuan Lucien Evans."     

"Senang bertemu denganmu, Tuan Rogerio," sapa Lucien dengan sopan seraya mengulurkan tangan.     

"Senang bertemu denganmu, Tuan Evans." Rogerio menjabat tangan Lucien. "Kau terkenal bahkan di Sturk. Aku sering mendengar namamu."     

"Saya baru saja bertemu dengan band dari sturk hari ini." Lucien tersenyum dan membagikan cerita menarik yang dia dengar dari band itu.     

...     

Beberapa hari kemudian, Acara musik yang paling ditunggu-tunggu, Festival Musik Aalto, akhirnya dimulai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.