Singgasana Magis Arcana

Kelas Legendaris



Kelas Legendaris

0Dengan membandingkan terjemahan dengan versi aslinya, Lucien lebih memahami bagaimana cara membaca bahasa Sylvanas dan sekarang dapat mengerti sebagian besar dari Astrologi dan Elemen Sihir, meskipun masih merasa kesulitan.     

Beberapa metode tingkat tinggi untuk bermeditasi dapat ditemukan dalam Astrologi dan Elemen Sihir. Belajar dari kejadian yang terjadi pada seorang penyihir, Lucien memutuskan untuk tetap menggunakan metode meditasinya yang sekarang sementara ini, sebelum dia bisa benar-benar memahami bagaimana metode meditasi yang lain bekerja.     

Satu hal di dalam buku ada yang menarik perhatian Lucien. Sejak dulu, Lucien dihantui oleh sebuah pertanyaan: Jika prinsip dari perapalan nonverbal bisa dijelaskan dengan perubahan frekuensi getaran dari kekuatan spiritual, lalu kenapa, menurut yang ada di buku, seseorang bisa merapal mantra tanpa menggunakan reagen sihir apapun setelah berhasil menciptakan struktur sihir yang sesuai di dalam jiwanya, dengan menggunakan empat elemen dasar, yaitu Tanah, Api, Udara, dan Air?     

Lucien mengambil Acid Splash sebagai contoh. Darimana asam itu datang jika tidak ada belerang yang digunakan ketika merapal mantra?     

Terinspirasi oleh buku itu, Lucien membuat hipotesis bahwa keempat elemen dasar didunia ini bisa dipahami sebagai empat elemen dasar energi di Bumi. Ada alasan mengapa Tanah, Api, Udara, dan Air dihormati sebagai elemen yang paling penting, karena kemungkinan mereka bisa membangun semua struktur sihir dengan saling bekerja sama. Semua sifat fisik dan kimiawi di dunia ini adalah perwujudan luar dari elemen dasar atau dari interaksi yang terjadi oleh sesama elemen dasar. Karena itu, merapal mantra tanpa menggunakan material atau reagen masih masuk akal.     

Jika hipotesisnya benar, dunia ini mungkin sangat mirip dengan Bumi dalam tingkat mikro. Jika begitu, para 'peri sihir' yang ada di dunia ini yang pernah dibaca oleh Lucien mungkin sebenarnya adalah 'partikel sihir'.     

Tetapi, semua itu hanyalah hipotesis Lucien. Dia paham bahwa dia membutuhkan lebih banyak eksperimen untuk membuktikan hipotesis itu benar atau tidak.     

Astrologi dan Elemen Sihir memperkenalkan sebagian besar mantra di perguruan Astrologi dan Elemen, dan beberapa mantra dasar dari perguruan lain, dari level lingkaran satu hingga lima.     

Pada kekaisaran sihir kuno, semua mantra sihir dapat dibagi menjadi dua kategori: sebagian besar dari itu adalah mantra dasar, di mana struktur sihir diakui oleh kekaisaran dan mereka dapat dikuasai oleh semua orang. Sisanya adalah mantra unik, yang diciptakan oleh para penyihir hebat di dalam sejarah, oleh mereka sendiri.     

Untungnya, beberapa dari mantra unik itu diperkenalkan di buku ini.     

Lucien membalik halaman dan melihat bab yang berjudul 'Dua Kelas Legendaris', dan dia seketika merasa bersemangat.     

Tetapi, setelah dia baca lebih jauh, Lucien menyadari bahwa chapter tersebut melebihi pemahamannya. Kebanyakan kata-kata yang digunakan bukan dari bahasa Sylvanas, dan dua struktur sihir yang sangat rumit itu mengacaukan otaknya.     

Meskipun begitu, Lucien masih punya gambaran kasar tentang dua kelas legendaris tersebut. Salah satunya adalah Elements Dominator dan satunya lagi adalah the Prophet. Untuk naik ke salah satu dari kedua kelas tersebut membutuhkan banyak material sihir yang sangat berharga dan juga lingkaran sihir yang sangat besar. Lagipula, setiap perguruan sihir mempunyai lebih dari satu kelas legendaris.     

Bab terakhir dari buku itu memberikan resep untuk beberapa jenis ramuan.     

Setelah membaca, Lucien menarik kekuatan spiritualnya dari buku di dalam perpustakaan jiwanya untuk beristirahat.     

Setelah membaca-baca Astrologi dan Elemen Sihir, Lucien memilih untuk menganalisa mantra Star Shield agar dia dapat lanjut untuk menjadi seorang penyihir tingkat lingkaran pertama.     

...     

Berbeda dengan mantra tingkat dasar lainnya yang punya struktur dalamnya dua dimensi, mantra-mantra lingkaran pertama lebih rumit karena bentuknya tiga dimensi. Lucien berkembang dengan sangat lambat, mencoba untuk memahami susunan mantra tersebut berdasarkan hipotesis yang dibuatnya.     

Membaca dan berpikir terlalu banyak membuat otak Lucien lelah. Pada malam hari, dia berbaring di kasurnya yang nyaman. Dia tidak bisa tidur sama sekali.     

Jadi dia bangun dan berjalan ke ruang latihannya. Lucien duduk di depan pianonya, lalu meletakkan tangannya diatas keyboard.     

Dia telah belajar musik selama lebih dari empat bulan sekarang, dan sudah terbiasa untuk bersantai dengan bantuan musik. Di dunia musik, Lucien tidak perlu memikirkan apapun. Di dunia musik, dia merasa aman.     

Tangan Lucien bergerak dengan bebas di atas keyboard. Setelah dia menekan tuts terakhir, sebuah tepuk tangan tiba-tiba datang dari jendela.     

Lucien langsung berbalik dengan penuh waspada. Itu adalah Natasha, berdiri di teras sambil mengenakan jas hitam.     

Tuan Putri," ujar Lucien. "Maaf, tapi itu bukan pintu masuk."     

Natasha melambaikan tangannya santai dan tertawa. "Ayolah, Sejarawanku. Tidakkah kau ingat bahwa kebanyakan dari kesatria yang kau baca di buku-buku itu mendatangi kekasih mereka dengan menyelinap lewat jendela? Tuan Bake memberitahuku kalau kau mempunyai ingatan yang bagus."     

"Itu hanyalah novel romantis..." Lucien mempersilahkan Natasha untuk masuk. "Jadi, kenapa Anda datang semalam ini, Tuan Putri?"     

"Ya ... Cuma mampir. Aku mengunjungi Silvia barusan dan dia tinggal di dekat sini juga." Natasha berjalan ke ruang latihan Lucien. "Permainan yang bagus, Lucien. Apakah itu sebuah impromptu? Terasa menyedihkan."     

"Ya, itu adalah sebuah improvisasi," jawab Lucien. "Saya hanya ... memikirkan masa lalu saya."     

"Aku paham. Aku tahu kau sangat menderita sebelumnya, Lucien." Natasha mengangguk dengan serius. "Apa yang baru saja kau mainkan sangat indah, indah seperti cahaya bulan. Aku berpikir aku harus mencatatnya, jadi kau bisa mengembangkan itu menjadi sebuah sonata yang komplit nantinya."     

Lucien merasa sedikit malu, karena bagian dari apa yang baru saja dia mainkan datang dari Moonlight Sonata yang terkenal ciptaan Ludwig van beethoven. Dia juga sangat terkesan dengan wawasan musik Natasha yang begitu tajam.     

"Bagaimana dengan penulisan karya Anda, Tuan Putri? Serenade untuk Nona Silvia?" Lucien mengalihkan topik.     

"Um ... Kau tahu ..." Natasha memutar mata dengan imut, mencoba untuk menutupi rasa malunya, "Aku rasa aku tidak akan sempat. Aku sudah mencoba ... aku bersumpah."     

Lucien mengangkat alisnya dan memiringkan kepala, menunggu tujuan sebenarnya Natasha datang ke sini saat larut malam.     

"Aku mampir untuk melihat apakah kau masih bangun," Natasha melanjutkan. "Karena aku ingin tahu bagaimana hasil dari serenade-mu. Serenade yang sudah kau namakan, Untuk Silvia."     

"Sekarang saya paham maksud Anda, Tuan Putri." Lucien tersenyum. "Sudah hampir selesai."     

...     

Melodi dari serenade itu lembut dan hidup seperti suara aliran anak sungai. Ini benar-benar sebuah serenade yang memuji seorang gadis cantik. Meskipun permainannya tidak memerlukan teknik jari yang rumit, serenade ini langsung menangkap hati Natasha.     

"Rondo, ya ...." Natasha mengangguk sedikit dan menikmati keindahan lagunya.     

Lalu serenade itu memasuki bagian yang lebih ringan di submedian. Setelah bagian itu, lagunya berakhir dengan melodi yang sama seperti awalannya, dengan irama otentik.     

Setelah menurunkan tangannya dari keyboard, Lucien melihat Natasha menyandarkan dagu di tangan kanannya.     

"Bagaimana pendapat Anda tentang serenade ini, Tuan Putri?" tanya Lucien.     

"Sangat indah ... sangat elegan. Sebenarnya yang aku pikirkan adalah..."     

"Ya?" Lucien menatapnya.     

"Bagaimana kau bisa mempunyai pengertian yang mendalam pada serenade, Lucien?" tanya Natasha. "Maksudku ... kau tidak pernah punya pacar. Apakah kau mengandalkan imajinasimu?"     

Lucien tersedak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.