Singgasana Magis Arcana

Keluarga Hunt



Keluarga Hunt

0Hal itu benar-benar di luar dugaan sang baron. Cangkir perak di tangannya hancur lebur karena serangan dari misil sihir tersebut, dan kepingan-kepingan yang hancur jatuh ke karpet yang tebal.     

Sang baron dan Kaelyn sangat terkejut. Mereka tidak paham apa yang sedang terjadi.     

Mengambil kesempatan, Lucien merapal mantra sihir Palmeria's Frost Blade, dan tiga pisau es tersebut ditembakkan ke arah baron.     

Ketika pisau-pisau tersebut hampir mengenai sang baron, Habearo meraung marah dan mengarahkan tangan kanannya yang telah berubah menjadi batu untuk memukul salah satu pisau tersebut. Sementara pada saat yang sama dia meletakkan tangan kirinya di leher untuk melindungi dirinya, karena tangan kirinya juga telah berubah menjadi batu.     

Salah satu dari pisau tersebut dihancurkan oleh tangan batu sang baron, tetapi kemudian dua pisau lain mengenainya — satu di lengan kiri dan yang lain di kakinya. Walaupun serangan tersebut tidak menyebabkan banyak kerusakan, sihir es dari pisau tersebut membekukannya sejenak.     

Ketika Lucien hendak mengucapkan mantra sihir yang lain, tiba-tiba sebuah sinar sihir hitam menyerang Star Shield tak kasatmata yang melindungi dirinya. Setelah perisai tersebut terkena serangan, perisai yang sebelumnya tak kasa mata meradiasikan sinar bintang dan melindungi orang yang berada di dalam perisai tersebut.     

Lucien tak menyangka bahwa Kaelyn ternyata adalah seorang penyihir tingkat murid!     

Walaupun sihir Kaelyn tak cukup kuat untuk melukai Lucien, seorang penyihir sejati, dia setidaknya dapat memberikan kesempatan kepada baron untuk menyingkirkan es yang membekukannya.     

Kemudian, lapisan es yang membekukan Habearo hancur, barulah pria batu itu langsung bergegas ke arah Lucien. Walaupun Habearo ingin mengambil pedangnya di atas meja di samping, dia memutuskan untuk langsung menyerang, agar Lucien tidak sempat untuk merapal mantra sihir apapun.     

Pukulan yang berdebu dan sekeras batu dari Habearo menghantam keras Star Shield Lucien sehingga perisai tersebut retak. Karena berpengalaman dalam pertarungan melawan penyihir, Habearo dapat mengubah sudut serangannya sesuai keinginan.     

Lucien tidak panik. Dia memanfaatkan timing yang pas karena perisainya sebelum hancur berkeping-keping. Lucien mengucapkan mantra sihir tingkat lingkaran pertama, Sleep.     

Mengelilingi Lucien, gelombang cahaya berwarna hijau mengembang ke luar lingkaran sihir.     

Setelah gelombang cahaya tersebut menyentuh Kaelyn, matanya menjadi ngantuk, kemudian waktu di tengah pertempuran, dia menguap dan jatuh di lantai, mulai tidur.     

Meskipun tubuh Habearo sekuat batu, dia masih bisa merasakan lelah, seolah-olah dia tiba-tiba mengalami proses penuaan, dan gerakannya juga berhenti sejenak.     

Dalam jeda ini, sebuah cahaya terang muncul di atas tangan kiri Lucien, kemudian dia melempar bola api seukuran kepala ke sang baron.     

Walaupun insting Habearo membebaskannya dari rasa lelah secara instan, dia masih terlambat untuk sepenuhnya menghindari serangan bola api Lucien.     

Bersamaan dengan ledakan bola api, lengan kanan Habearo dilahap oleh api. Ledakan itu sangat keras hingga melemparkan ketiga mayat; bayi, anak laki-laki, dan remaja itu ke sisi lain ruangan.     

Darah yang busuk dan bau keluar dari tubuh batu sang baron, dan yang paling mengejutkan adalah wajah Habearo mulai mengalami proses penuaan dengan sangat cepat.     

Habearo benar-benar marah. Dia berteriak dan bergegas ke arah Lucien lagi, hanya dengan anggota tubuhnya yang tersisa.     

Lucien menggunakan Alert untuk menangkis serangan dari baron. Dia melihat pedangnya yang diselimuti oleh debu batu. Seolah-olah pedang tersebut akan segera berubah menjadi batu.     

Sebelum kekuatan Habearo merusak pedangnya, Lucien mengaktifkan Sun's Corona.     

Sorotan cahaya suci muncul dan langsung menyambar sang baron.     

"Cahaya suci?!" teriak Habearo.     

Cahaya itu membakar kulit baron dan akhirnya mengupas batu-batu yang melindungi tubuhnya. Melihat tubuhnya membusuk dengan cepat, sang baron terlihat ketakutan, tetapi kemudian dia merasa tenang dan lega.     

Dimandikan oleh cahaya suci, menua dan menemui ajal di dalam cahaya suci, sang baron bergumam seolah-olah dia sedang bermimpi, "Kulitku telah kehilangan kelembutannya, bagaikan buah-buahan yang telah mengering …"     

"Wajahku dipenuhi oleh keriput, demikian pula tubuhku …"     

"Kekuatanku dan kecepatanku menurun dratis dan tak akan pernah kembali seperti dulu …"     

"Aku tak dapat melihat pemandangan indah, aku tak dapat merasakan rasa masakan …"     

"Nafsuku pun memudar … bahkan jika ada seorang gadis cantik berada di pelukanku …"     

Mendengar perkataannya, Lucien mengerutkan kening, tetapi sang baron melanjutkan perkataannya, "Mengapa orang-orang bertambah tua?"     

"Mengapa ketika orang-orang bertambah tua, semua kebahagiaannya akan hilang?"     

"Di mana Surga Tuhan berada?"     

Walaupun Lucien tak terlalu memahami betapa sakitnya perasaan ketika bertambah tua, dia masih terkejut. Dia merasa bersyukur karena dia telah memilih jalannya untuk menjadi seorang penyihir, jadi dia dapat hidup lebih lama dibandingkan dengan orang-orang biasa.     

Setelah seseorang menjadi penyihir tingkat senior, usianya dapat mencapai lebih dari dua ratus tahun, dan penyihir masih dapat menggunakan ritual sihir dan membuat ramuan obat-obatan untuk memperpanjang usianya, seperti Lich Conversion, walaupun banyak dari mereka yang mati dalam prosesnya.     

Bahkan penyihir tingkat menengah atau rendah bisa mencari cara untuk dapat hidup lebih lama.     

Mata sang baron perlahan-lahan menutup. Hidupnya yang penuh dengan dosa akhirnya berakhir.     

Lucien merasa agak beruntung karena dia telah membuat keputusan dan mengambil tindakan tepat pada waktunya, karena jika sang baron telah menyelesaikan ritualnya dan kekuatannya kembali setara dengan pada kesatria level dua, mungkin Lucien akan mati.     

Namun, setelah membunuh sang baron, firasat tak enak masih menyelimuti pikiran Lucien. Hal yang membuatnya curiga adalah alasan sang baron bahkan menjelang akhir pertarungan, dia tak pernah mengucapkan mantra necromantic.     

Lucien mengerutkan alisnya, karena dia tahu bahwa hanya ada satu kemungkinan: sang baron bukanlah necromancer, ada orang lain yang menghasut dan menarik Habearo untuk menggunakan jiwa anak-anak muda demi membuatnya awet muda melalui sihir hitam.     

Setelah mengikat lengan Kaelyn, Lucien membangunkannya.     

Setelah Kaelyn membuka matanya, dia melihat sepasang pupil mata berwarna hitam. Di dalam pupil mata itu terdapat langit berbintang. Lucien menghipnotisnya.     

"Pak Evans, apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?" tanya Kaelyn, seperti seorang gadis kecil yang berbicara dengan idolanya. Dia benar-benar mengabaikan suara pertarungan yang keras di sisi lain istana.     

Secara spesifik, mantra sihir yang saat ini digunakan oleh Lucien adalah mantra sihir lingkaran pertama yang disebut Charm Person. Mantra ini dapat mengontrol pikiran seseorang yang kekuatan jiwanya lebih lemah daripada sang perapal mantra. Kecuali jika perintah yang diberikan sangat bertentangan dengan kehendak orang yang dikontrol, maka dalam banyak kasus, orang yang dikontrol hanya akan mengikuti perintah pengucap mantra.     

"Beritahu aku, siapa yang mengajarimu sihir, dan siapa yang mengajari baron mengenai ritual gelap itu?" tanya Lucien secara langsung.     

"Suami saya, Hunt, atau, kepala pelayan sang baron, Pak Cork." Kaelyn tersenyum, sepertinya dia sangat senang bahwa dia dapat memberikan informasi yang berguna bagi Lucien. "Beberapa tahun yang lalu, ketika dia diundang untuk menjadi pejabat sipil sang baron, Hunt mulai mengajari Habearo cara menggunakan kekuatan kematian kepada jiwa anak muda untuk memperpanjang usianya, dan pada saat yang sama, selanjutnya dia bisa menggunakan mayat tersebut untuk kegiatan eksperimennya. Untuk menutupi kegiatan yang mereka lakukan, Hunt menjadi kepala pelayan sang baron."     

"Cork … Hunt … Kaelyn Hunt …?!" Lucien sangat terkejut, "Apakah kau adalah Hunt dari Bonn?"     

Kaelyn Cork ternyata adalah Nyonya Hunt, seseorang yang dicari oleh Lucien untuk memenuhi janjinya kepada gadis revenant.     

'Apa yang terjadi kepada mereka?' pikir Lucien.     

Setelah Lucien menyebut Bonn, suasana hati Kaelyn mulai tidak stabil, dan rasa sakit batinnya yang luar biasa membebaskannya dari mantra Lucien. "Bagaimana Anda tahu kami berasal dari Bonn?! Siapa Anda!"     

"Orang-orang dari Bonn memberitahu saya bahwa Nyonya Hunt adalah wanita yang baik dan cantik, yang selalu bersedia membantu, terutama merawat anak-anak. Mengapa Anda menjadi seperti ini? Mengapa Anda membantu suamimu untuk membunuh anak-anak kecil?" Lucien tak langsung menjawab pertanyaannya.     

Kaelyn terkejut, seolah-olah kalimat Lucien menusuk jantungnya, dan beberapa detik kemudian dia mulai tertawa gila. "Aku … Aku dulu baik dan cantik? Aku dulu bersedia membantu orang-orang? Hahahaha … Apa yang kau lihat dari kebaikanku? Putriku diculik dan telah menghilang selama sepuluh tahun, lalu suamiku berubah menjadi monster. Kini, ketika kulihat betapa sakit hatinya para orang tua ketika mereka kehilangan anaknya, aku merasa bahwa aku memiliki rekan yang memahami rasa sakitku!"     

"Kalau begitu, di mana Hunt?" Lucien tetap tenang.     

"Dia sedang bereksperimen di kuburan." Kaelyn mengejek, "Hunt terlalu sibuk, dan pedangmu membuat sang baron memutuskan untuk lebih siaga kepadamu, atau kami seharusnya membunuhmu, daripada menyiapkan makan malam yang bodoh."     

"Eksperimen …" Mendengar hal itu, Lucien jadi memiliki firasat yang sangat buruk.     

"Kini Hunt adalah seorang monster. Dia masih misterius dan sekuat dulu, tetapi dia bukan pria yang baik, seperti di Bonn sebelumnya," gumam Kaelyn, seolah-olah dia berkata kepada dirinya sendiri.     

"Misterius dan kuat …" Lucien tiba-tiba sadar bahwa sebelumnya dia telah membuat asumsi yang salah. Dia mengira bahwa Hunt berubah menjadi seorang necromancer ketika dia tiba di negeri ini. Negeri ini dikenal sejak prevalensi yang disebabkan oleh necromancer di masa lalu. Namun, sepertinya Hunt sudah menjadi seorang necromancer sejak dia berada di Bonn!     

"Tok, tok, tok …" Sesuatu mengetuk jendela dengan pelan.     

Ketika Lucien melihat ke belakang, apa yang dia lihat mengejutkannya. Ada seekor burung hantu berwarna abu-abu berdiri di luar jendela kamar tidur. Atau kalau disebutkan lebih spesifik, sebenarnya itu adalah burung hantu yang sudah mati, karena seluruh tubuhnya telah membusuk, bahkan tulang putihnya terlihat di udara.     

Saat Lucien melihat burung hantu itu, burung hantu itu juga melihat Lucien dan Kaelyn dengan mata dingin, tetapi dia terus mengetuk jendela dengan paruhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.