Singgasana Magis Arcana

Dragon Tooth Tavern



Dragon Tooth Tavern

0Volume Kedua: Jamuan Kematian     

"Brakk!" Pintu berat dari kedai bernama Dragon Tooth mengenai tembok saat tiba-tiba didobrak oleh seseorang dengan paksa. Pemabuk yang mengoceh, petualang sombong, dan tentara bayaran yang sedang berteriak yang sedang menikmati daging sapi panggang menu andalan kedai tersebut, seketika terdiam.     

Pemuda berambut hitam berjalan masuk. Pemuda itu memakai pakaian biru muda, dengan pedang bagus di sampingnya. Sinar matahari di siang hari bersinar di belakangnya dan memperjelas sosok pemuda itu.     

"Wow ... wow! Seorang bangsawan muda! Apakah pedang bagusmu bisa membunuh anjing liar?" Seorang pemabuk berteriak dan bersiul-siul.     

"Lagi-lagi pemuda tertipu dengan novel-novel kesatria populer." Seorang petualang berbisik ke telinga temannya, " ... Pasti dia ingin menemukan kisah-kisah mendebarkan itu dengan pedang ritual."     

Akan tetapi, dia tidak berani mengatakannya keras-keras. Bagaimana jika pemuda ini adalah orang penting? Apalagi, dia berpakaian dengan sangat rapi.     

Lucien tidak peduli. Dengan langkah yang tenang, dia berjalan langsung ke konter kedai tersebut.     

Setelah dua bulan mengembara, Lucien sampai ke kota kecil di pinggiran bernama Dragon Tooth di duchy Djibouti, berlokasi di selatan tengah benua.     

"Lihat tangannya! Ototnya tidak kelihatan!" Seorang petualang berotot mengangkat dan menekuk tangan kanannya. Tanpa lemak dan otot-otot besarnya terlihat di permukaan kulit. "Lihat badannya! Aku yakin dia bahkan bukan orang di level pengawal kesatria! Bocah yang masih muda dan bodoh!"     

"Kau pikir semua orang bisa membangkitkan Berkahnya? Kau bercanda ..." Pria gemuk, sepertinya keturunan dwarf, berkata dengan arogan, "Aku sudah mengembara melintasi benua selama lebih dari 10 tahun, dan aku masih sekitar ... tingkat pengawal kesatria level tinggi. Tapi, tapi ... jika pemuda ini memiliki kesempatan untuk mendapatkan ajaranku, mungkin dia masih bisa membangkitkan Berkahnya. Bagaimanapun, karena latihan dariku, Lord Newville di Eero akhirnya bisa membangkitkan berkahnya ..."     

Orang-orang di sekitarnya melihatnya dengan takjub, meskipun Chris sudah sering menceritakan ini dari dulu, dan itu membuatnya lebih senang.     

Lucien mengabaikan mereka. Dia menghampiri konter lalu duduk di bangku konter.     

Pemilik kedai tidak terlihat muda. Walaupun ada pemuda yang memakai pakaian bagus di kedai kecil ini, sang pemilik tidak memberikan perlakuan khusus.     

"Sobat, kau menginginkan beli apa hari ini? Anggur atau daging? Atau keduanya?" Sang pemilik bertanya dengan ramah.     

"Air putih, sapi panggang, dan salad." Lucien sedikit mengangguk untuk menyapanya balik. "Dan aku ingin menanyakan beberapa pertanyaan."     

Selatan tengah benua dikelilingi oleh pegunungan dan ngarai. Daratan yang terisolasi ini tidak memproduksi bahan apapun kecuali kayu, dan daratan ini merupakan wilayah termiskin serta paling terbelakang di seluruh benua. Biasanya, tidak ada satu pun orang yang bisa membaca di dalam sebuah desa.     

Untuk orang-orang yang ingin membangkitkan Berkahnya di sana, usaha yang perlu mereka lakukan lebih keras dari orang-orang di Aalto. Sudah bertahun-tahun lamanya sejak perang terjadi di sini, karena itu, bahkan jika seseorang berhasil membangkitkan Berkahnya, orang itu tetap tidak akan mendapatkan gelar atau diberikan tempat dan tanah, kecuali mereka bisa menabung cukup uang untuk membeli tanah mereka sendiri.     

"Hahaha! Air putih. Kau dengar itu? Air putih!" Seorang pemabuk di sekitar tertawa terbahak-bahak. "Bocah yang polos!"     

Semua orang di dalam kedai mulai tertawa.     

Lucien tetap sangat tenang seperti tidak ada yang terjadi. Dia hanya melihat ke pemilik kedai.     

"Tidak masalah, Sobat. Tapi Informasi tidak gratis." Pemilik kedai menuangkan segelas air untuk Lucien, dan meminta bagian dapur untuk menyiapkan makanan.     

"Aku tahu, tenang saja." Lucien meneguk air putih.     

Sebelum dia masuk ke sini, Lucien sudah mengetahui bahwa Asosiasi Petualang ada di kedai ini, dan sang pemilik juga orang yang bertanggung jawab di sini.     

"Kalau begitu, silakan." Sang pemilik mengangguk.     

"Aku ingin tahu di mana Tuan Taylor Hunt tinggal sekarang. Dia adalah pejabat di Bonn dari Duchy Orvarit. Sembilan tahun lalu, dia diundang oleh Baron Eric untuk datang ke Djibouti untuk menjadi pegawai negeri di sini."     

Taylor Hunt adalah ayah gadis kecil revenant yang ditemui Lucien di Dunia Arwah. Lucien mengubah rute perjalanannya untuk menepati janjinya, dan juga, karena dia tidak terburu-buru, dia juga menyempatkan diri untuk menikmati kota-kota unik dan eksotik yang dia kunjungi di rute barunya.     

"Kami tidak mengenakan biaya untuk sesuatu seperti ini. Seperti ini bukan berita rahasia ..." Sang pemilik melambaikan tangannya sedikit. "Aku akan memberitahumu secara gratis. Pegawai negeri di wilayah Baron Eric bukanlah Tuan Hunt. Aku merasa orang yang kau cari mungkin telah menerima penawaran lain. Jika kau mau, kau bisa pergi ke kota terdekat, Korsor, untuk melihat apakah ada catatan tentang itu di balai kota. Karena Kota Korsor milik lord dari Baron Eric, yaitu Viscount Stanley. Dan jika kau tidak bisa menemukannya di sana, kau mungkin perlu pergi ke wilayah Baron Eric untuk menanyakan informasi lokal."     

"Terima kasih. Ada berita lintas benua baru-baru ini?" Lucien butuh sepuluh hari dengan duduk di kereta kuda dan melewati pegunungan serta bukit-bukit untuk sampai kesini. Dia merasa terisolasi, sama seperti tempat ini sekarang, bahkan lebih.     

"Satu nar satu berita. Bagaimana?" Pemilik kedai tersenyum.     

"Kalau begitu 10." Lucien langsung mengeluarkan satu thale dan menaruhnya di atas konter.     

Para petualang dan tentara bayaran sangat terkejut, dan mata mereka melihat koin yang bersinar itu. Bagaimanapun, mereka perlu dua atau tiga bulan untuk mendapatkan satu thale, dan bangsawan muda ini menggunakannya hanya untuk membeli beberapa berita!     

Beberapa dari mereka memikirkan apakah mereka harus merampok pemuda ini.     

Daging sapinya sudah siap. Lucien mengambil garpu dan memakannya. Dagingnya segar dan empuk. Hal yang mengejutkannya adalah, daging seenak makanan yang dibuat di restoran-restoran mewah di Aalto.     

Pemilik kedai itu mengambil selembar kertas kusut dan membacanya secara perlahan pada Lucien. "Dua bulan yang lalu, Aalto ..." Sang pemilik berhenti sejenak dan melihat ke Lucien. "Kota kecil di Aalto, Bonn, diserang oleh seorang necromancer. Musisi terkenal, yang dikenal sebagai musisi tercantik, Silvia, dan juga ayahnya, mati dalam peperangan, di mana sang putri dari duchy, Natasha, akhirnya mengalahkan necromancer jahat dengan segala usahanya. Sayangnya, sang putri terluka parah dari pertarungan itu dan sekarang sedang dalam pemulihan di sebuah biara. Di sini juga disebutkan bahwa Natasha berhasil naik level di pertarungan ini dan menjadi seorang kesatria cahaya."     

Lucien tidak menunjukan emosi apa-apa setelah mendengarkan berita itu, meskipun di dalam hati dia senang atas pencapaian Natasha. Pantas saja efek samping vampire's blood tidak langsung mempengaruhinya saat di hutan.     

Jika naik level dari pengawal menjadi kesatria level satu itu sulit, naik dari kesatria agung menjadi kesatria cahaya akan lebih sulit. Kekuatan dahsyat dari kesatria agung datang dari kekuatan fisiknya. Dengan kata lain, seorang kesatria agung harus mendorong atau sangat menstimulasi tubuhnya untuk mendapatkan kekuatan, dan itulah mengapa beberapa kesatria agung hidup lebih sebentar dibandingkan kesatria dari tingkat yang lebih rendah. Bahkan dengan bantuan tanaman obat dan ramuan, kebanyakan dari mereka hanya dapat hidup sampai sekitar seratus tahun. Sementara menjadi kesatria cahaya, berarti orang itu sudah melewati batas tubuh manusia, dan dia bisa hidup setidaknya lebih dari dua ratus tahun.     

Berita sisanya tidak ada yang spesial. Bila dirangkum, bagian utara dan pengikut ajaran sesat lagi-lagi memiliki konflik baru; beberapa penguasa besar di Gusta di bagian selatan mengumpulkan tentara bayaran untuk bersiap akan perang sipil yang dapat terjadi kapan saja; dan beberapa petualang menemukan beberapa reruntuhan di perbatasan baian selatan Pegunungan Kegelapan, di mana mereka mendapatkan keuntungan melimpah ....     

Setelah mendengarkan berita-berita tersebut dan menghabiskan makanannya, Lucien mengusap mulutnya dengan saputangan putih dan berkata ke sang pemilik, "Pak, bisakah Anda mencarikanku beberapa pengawal dan sebuah kereta kuda? Aku ingin pergi ke Korsor."     

Meskipun Lucien sudah cukup kuat untuk mengembara di bagian timur benua, dia tidak ingin mengurusi para antek-antek, goblin, dan binatang buas lain, yang bahkan tidak setara dengan pengawal kesatria. Lucien lebih memilih menghabiskan waktu di dalam kereta kudanya sambil belajar mantra-mantra sihir tingka lingkaran pertama.     

Dalam dua bulan dia mengembara, Lucien membangun lima mantra sihir tingkat lingkaran pertama di jiwanya dan sekarang jiwanya sudah sampai di batas untuk level tersebut. Untuk mantra sihir tingkat lingkaran pertama lainnya, jika Lucien ingin menggunakannya, dia membutuhkan reagen sihir dan bahan sihir, atau rune spesial dari masing-masing mantra.     

Kelima mantra tingkat lingkaran pertama itu adalah: Magic Missile, Sleep, Grease, Feather Fall, dan Color Spray.     

Karena kebanyakan petualang dan tentara bayaran tidak ingin meninggalkan pangkalan operasi mereka terlalu lama, mereka akan mengawal klien mereka sampai jarak tertentu, yang juga berlaku ke kusir kereta kuda. Karena itu, Lucien perlu menyewa orang baru untuk sekarang dan lain kali.     

"Pilihan yang cerdas, Kita mempunyai banyak kisah mengerikan tentang vampir dan penyihir jahat." Sang pemilik menaruh beberapa gelas ke atas konter. "Aku bisa mengurus kereta kuda dan kusirmu, Sobat. Untuk sampai ke Korsor akan membutuhkan 11 hari. Untuk pengawal, aku menyarankan tiga petualang yang duduk di seberang. Dua dari mereka adalah petarung setingkat pengawal kesatria level tinggi, dan satunya adalah pemanah yang juga sekitar level pengawal kesatria. Mereka semua memiliki reputasi yang baik. Kau bisa bicara kepada mereka."     

Mengikuti arahan pemilik kedai, Lucien melihat ke seberang. Ada dua wanita dan seorang pria duduk di sebelah sana. Tangan pria berambut pendek itu begitu maskulin. Dua wanita itu terlihat sedikit mirip, meskipun satunya terlihat dewasa dan memesona, sementara satunya terlihat muda dan cantik. Dari penampilan mereka, khususnya telinga yang lancip, Lucien menebak mereka adalah dua bersaudara dari ras setengah elf.     

Ketiga petualang itu mendengarkan dengan khidmat pada bard yang bermain di pojok. Sesekali, mereka berjoget mengikuti irama lagu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.