Singgasana Magis Arcana

Penyergapan



Penyergapan

0Orang-orang di lantai bawah perlahan menjadi tenang, yang akhirnya memberikan kedua bersaudara itu waktu untuk bernapas.     

"Pamer dan pamer ... dasar petualang tak berguna ..." ucap Lilith kesal. "Yang mereka punya hanyalah otot tapi sayangnya tidak memiliki otak."     

"Jangan meremehkan mereka." Sala menggelengkan kepala, "Banyak dari mereka pernah melawan banyak monster menyeramkan di hutan hitam dan Pegunungan Kegelapan sejak lama. Mereka tidak bisa dianggap enteng."     

Ketika dia berbicara, matanya tiba-tiba terbuka lebar. Warna lilin perlahan menghilang, begitu juga warna dari dinding. Perlahan, semuanya mulai kehilangan warna. Kabut tipis perlahan turun.     

Tangan Sala menyentuh meja di dalam ruangan ketika dia melangkah ke belakang satu langkah, dan dia merasakan kelembapan kayu, seolah meja itu sudah berada di situ lebih dari seribu tahun.     

"Lari!" Sala meraih tangan adik perempuannya dan berteriak, "Ada yang aneh!"     

Tetapi, suaranya terdengar begitu jauh, seperti datang dari dunia lain. Lilith terlihat sangat takut dan juga bingung. Sambil memegang tangan Sala, dia mengikutinya dan mereka mulai berlari ke bawah.     

Ketika kedua penyihir tingkat murid sedang berlari, mereka mengeluarkan beberapa reagen sihir mereka dan memegangnya dengan erat agar dapat merapal mantra untuk melindungi diri, jika diperlukan.     

Disaat mereka tiba di lantai dasar, kedai itu sudah dalam keadaan kacau. Orang-orang itu, termasuk petualang yang pamer tentang seberapa kuat mereka sepanjang malam, saling dorong-mendorong dengan kasar untuk meninggalkan tempat ini secepat mungkin.     

Melihat jika mereka tak ada kesempatan untuk langsung menggunakan pintu, Sala menarik tangan adiknya dan mereka lari bersama ke arah pintu belakang kedai.     

Dengan langsung menendang pintu belakang sampai terbuka, Sala dan Lilith menemukan bahwa seluruh kota diselimuti kabut dan berubah menjadi abu-abu. Tetapi, kebanyakan warga yang tinggal di sini sudah tidur di rumah mereka masing-masing, jadi mereka tidak mengetahui ada yang janggal, dan kota ini memang sangat sunyi.     

Sala dan Lilith mulai berlari keluar ke arah Massawa, kota yang dekat dengan Bonn. Mereka tidak mengetahui apa yang sedang terjadi disana.     

Ketika mereka akan meninggalkan kota, Sala dan Lilith bertemu dengan beberapa petualang yang berlari ke arah yang sama.     

"Ada yang aneh dengan Danau Elsinore!" Seorang petualang bicara dengan kencang ke orang lain, "Itu pasti magic lock ... magic lock itu ... runtuh!"     

Sebelum orang-orang menanggapi, Lilith menangis dan menunjuk ke arah petualang-petualang dengan tangannya yang gemetar. "Kalian ..."     

Kulit mereka mulai berubah menjadi abu-abu, dan beberapa bagian terlihat sudah busuk. Tetapi, para petualang itu sendiri terlihat sangat kebingungan, seolah mereka tidak mengerti apa yang terjadi pada tubuh mereka.     

Melihat mata mereka mulai tidak fokus, Sala menarik tangan adiknya dan berteriak, "Lari! Jangan melihat ke belakang!"     

Sala dan Lilith berlari begitu kencang sampai mereka hampir kehabisan napas. Sedikit rasa darah timbul dari tenggorokan mereka.     

Kota di belakang mereka telah berubah menjadi neraka.     

Akhirnya, Sala dan Lilith merasa sedikit lebih hangat setelah berlari melalui tirai tebal yang terasa aneh. Tetapi, mereka tidak berani beristirahat. Mereka tetap berlari menuju Massawa untuk menjauhi kota menyeramkan bernama Bonn.     

...     

"Magic Lock itu ...?!" Ilia, pastor agung berjubah perak, langsung menyadari perubahan yang tidak biasa ketika warna semuanya mulai memudar. "Ini bukan hal yang Tuan Besar katakan pada kami!"     

Lalu, dia dengan yakin memerintahkan pastor senior dan pastor tingkat biasa, serta para kesatria kegelapan, "Tidak ada waktu untuk melakukan pengorbanan darah! Magic Lock itu berubah. Batalkan pengorbanan darah dan kumpulkan semua orang! Kita akan mengaktifkan lingkaran pemanggilan sekarang untuk bertemu dengan Tuhan sejati kita!"     

Mendapatkan perintah, enam pastor tinggi terbang ke langit, melingkari Bonn dan Danau Elsinore, kemudian 12 pastor dan kesatria hitam berdiri di tanah dengan saling berhadapan. Orang-orang ini adalah semua pengikut Argent Horn di duchy Orvarit, dan beberapa dari mereka, mengikuti perintah Tuhan, datang jauh-jauh dari negara lain atau bahkan Pegunungan Kegelapan untuk membantu mereka.     

Ilia juga terbang di atas Danau Elsinore dan apa yang dilihatnya membuatnya terdiam.     

Permukaan danau berubah menjadi padat dalam waktu beberapa detik dan tiba-tiba hancur menjadi kepingan, seperti kaca yang hancur karena kekuatan besar. Salib Besar bersinar dengan terang di dasar danau, dikelilingi cairan seperti darah yang bergerak-gerak seolah hidup.     

Banyak hantu, revenant, dan bayangan hitam saling melolong dan menjerit ketika mereka terbang mondar-mandir di atas danau. Seolah mereka berteriak ke arah yang sama, gelombang suara yang tercipta berkumpul dan membentuk sosok hantu besar tembus pandang, yang mengenakan jubah hitam dengan sabit besar di tangannya. Hantu itu berdiri di atas cairan berwarna darah. Di bawah tudungnya, dua lubang hitam bisa terlihat di wajahnya yang seperti tengkorak.     

Meskipun Ilia dilindungi dengan mantranya yang banyak, Ilia masih merinding melihat kejadian ini. Seolah jiwanya pergi meninggalkan raga.     

Salib Besar perlahan runtuh. Dunia asli dan dunia hitam-putih menyatu.     

Ilia mengeluarkan tangan pucat yang besar, dan setiap buku jari mempunyai tulang berbentuk taji yang tajam, bersinar dengan cahaya redup.     

Ilia mengangkat tangan itu tinggi di udara. Dia mulai merapal mantra panjang yang bisa membuat orang menjadi gila. Banyak garis perak keluar dari para pastor dan kesatria kegelapan, baik yang berada di udara atau di tanah, dan berkumpul di sekitar ilia untuk membentuk lingkaran sihir yang rumit.     

Ketika Ilia selesai merapal, dia langsung melempar tangan besar ke tengah-tengah lingkaran sihir. Garis-garis perak yang tak terhitung jumlahnya melompat dan memakan tangan itu seperti mulut monster yang besar.     

Disaat sebuah Gerbang Perak muncul di langit, Salib Besar di bawahnya hampir menghilang.     

Seketika, sebuah pilar cahaya yang terang dan membara menembak Gerbang Perak tepat di tengah, dari posisi lebih tinggi di langit.     

Warna hitam dan abu-abu seketika menghilang, dan seluruh wilayah itu dipenuhi dengan cahaya suci.     

Ketika para hantu, revenant, dan bayangan menyentuh cahaya, mereka seketika hilang seperti uap, dan bahan makhluk undead di kota semua berubah menjadi abu dalam sekejap.     

Ini adalah mantra tingkat lingkaran ke 8 mantra Ilahi, Sunburst!     

"Amelton ... Gossett!?" Ilia terkejut, "Bagaimana bisa ..."     

Vila Amelton melayang tinggi di udara. Dia memegang lencana berbentuk salib yang diukir dengan pola matahari di tengahnya, dan Gossett berada tepat di sebelahnya.     

Count Hart Rafati, Count Hayward, yang merupakan wakil komandan Kesatria Violet dan juga seorang Kesatria Emas, serta dua kesatria cahaya lainnya juga ada di sana.     

Di sisi lain, Salvador dan Clown sedang memimpin para penjaga malam lainnya untuk menutupi seluruh wilayah.     

Setengah dari orang-orang terkuat di duchy hadir di sini malam ini.     

"Bagaimana bisa?" Menaruh kembali Divine Badge level 8, Vila berkata pada Ilia dengan dingin, "Kami telah menunggumu di sini sejak lama."     

Meskipun Ilia tau bahwa Gereja pasti akan mengirimkan beberapa orang ke sini untuk menginvestigasi perubahan yang biasa terjadi di sekitar danau akhir-akhir ini, dia tidak pernah mengira bahwa penyergapan mereka akan begini kuat.     

"Siapa yang mengkhianati kami!?" Ilia mengepalkan tangannya dengan erat, tapi beberapa saat kemudian senyuman jahat terlihat di wajahnya. "Jika Tuhan sejati tidak bisa datang, kita semua akan mati di sini malam ini, di tangan yang tersegel, atau bahkan lebih buruk, kita semua akan menjadi budaknya."     

...     

Di alam liar persimpangan Hutan Hitam Melzer dan Pegunungan Kegelapan.     

"Lucien, kenapa kau ada di sini?" Natasha bertanya ke Lucien dengan rasa bingung. Suaranya sedikit bergetar.     

Lucien melihat ke jubah hitam yang dia kenakan dan dia menyadari bahwa dia harus memberitahu Natasha, setidaknya sebagian kebenaran, "Saya menemukan rahasia dari magic lock di dalam puisi yang diceritakan oleh Tuan Deroni, dan gulungan naskah yang dibawa ke tempatku oleh dua orang tak dikenal yang menemuiku waktu itu." Lucien berhenti sebentar dan melanjutkan, "Anda tahu saya, Tuan Putri. Saya selalu ingin menjadi lebih kuat untuk melindungi kerabat dan keluargaku, jadi aku memutuskan mengambil risiko untuk mencari tahu apakah aku bisa menemukan ramuan yang bermanfaat di dalam magic lock ini."     

Alis Natasha mengerut sedikit.     

"Setelah saya sampai ke Bonn, saya ditarik ke dalam lubang mengerikan. Dunia di dalam lubang itu hanya hitam dan putih saya hampir mati di sana. Ketika saya dikejar segerombolan makhluk undead dan tumbuhan yang menyeramkan, saya menemukan celah dan lompat ke dalamnya. Sekarang saya di sini ... itu sangat aneh."     

"Jadi begitu ... keuntungan menjadi seorang sejarawan, uh?" Natasha memasang senyum lelah. Meskipun dia tidak begitu mempercayai perkataan Lucien, pikirannya memberitahu bahwa bertanya terlalu banyak tidak akan menguntungkan siapapun di situasi seperti ini.     

"Apa yang terjadi padamu, Tuan Putri? Dan dimana Nona Camil?" tanya Lucien.     

Mata Natasha meredup dan dia terlihat frustrasi. "Aku mendapatkan beberapa informasi tentang magic lock kemarin lusa. Karena penasaran, aku memutuskan pergi ke Danau Elsinore untuk melihat-lihat. Tapi kami disergap. Rasa penasaran membuat timku terjebak dalam perangkap mengerikan ..."     

"Apa?!" Lucien terkejut.     

"Agar aku bisa kabur, Camil tetap di sana untuk melindungiku. Dia menghadapi seorang kesatria cahaya dan seorang penyihir tingkat senior ..."     

Suara Natasha semakin pelan.     

"Siapa yang menyerangmu?" Mata Lucien terbuka lebar.     

Natasha terlihat sangat depresi, dan pada saat dia bisa menjawab pertanyaan Lucien, sebuah pasukan datang dan mengelilingi orang-orang Natasha serta Lucien.     

Lucien melihat ke atas dan melihat Verdi menunggangi kuda aneh dengan dua tanduk kambing. Silvia berada disamping Verdi, terlihat begitu sedih. Tetapi, ayah Silvia tidak di situ.     

"Sepupuku, menyerahlah." Verdi ditutupi dengan armor berwarna ungu gelap. "Sudah terlalu terlambat untuk Gereja dan Kesatria Violet untuk datang dan menyelamatkanmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.