Singgasana Magis Arcana

Undangan



Undangan

0"Apa kau punya sesuatu yang menarik untukku?" tanya Lucien dengan tawa yang lembut.     

"Tuanku … Jika Anda tertarik dengan informasi yang saya miliki, saya mohon Anda mengampuni saya, tolong." Chris hampir menangis.     

"Itu tergantung dari seberapa pentingnya informasi yang kau punya." Lucien menggenggam pedangnya dengan kuat.     

"Saya … Saya mendapatkan undangan beberapa hari lalu," jawab Chris dengan gagap.     

"Kau dapat undangan?" Lucien memiringkan kepalanya sedikit.     

"Saya mencuri … Saya mencuri undangan itu," Chris mengoreksi dengan mengulang kalimatnya, tetapi dia kemudian menjelaskan dengan buru-buru, "Itu sepertinya undangan untuk perkumpulan penyihir kegelapan."     

"…" Lucien tidak merespon, walaupun jantungnya sempat berhenti berdetak.     

"Tuanku … Itu adalah perkumpulan penyihir kegelapan tingkat rendah, dan ini adalah kesempatan yang bagus bagi kesatria agar dapat membuktikan prestasi kepahlawanan mereka yang besar."     

"Tunjukkan padaku undangan itu." Lucien menyembunyikan kegembiraannya dan memerintahkan dengan tegas.     

Karena diperhatikan oleh Lucien, Chris mengambil sebuah kertas kecil yang terlipat dengan rapi dari sakunya.     

"Ini kertas undangannya, Tuanku. Beberapa hari lalu, seorang pengembara misterius datang ke kota dan cara dia menggunakan uangnya sangat boros. Jadi saya mengikutinya ketika dia meninggalkan kota, kemudian saya melihat dia membunuh sekelompok petualang yang mencoba menyerangnya dengan sihir kegelapan yang ganas dan mengerikan!"     

Lucien mengambil kertas tersebut dan membuka lipatan kertas dengan tangan kirinya. Hanya dengan melihat kertas tersebut sekilas, dia menyalin undangan itu di perpustakaan jiwanya:     

'Hari Jumat kedua di Bulan Api, ketika bulan silver muncul di langit, kami akan mengundangmu, para penyihir dan penyihir tingkat murid, untuk datang ke negeri yang sebelumnya dimiliki oleh Wilfred. Kalian akan menghadiri Jamuan Kematian yang akan diadakan di Istana Carendia untuk menyambut seorang pria dari markas besar Kongres Sihir.'     

Tanpa adanya salam dan tanpa adanya tanda tangan, undangan itu terlihat aneh. Akan tetapi, undangan itu memicu rasa ketertarikan yang besar bagi Lucien sebagai seorang penyihir.     

Mengetahui bahwa Lucien tidak langsung memotong pembicaraannya, Chris melanjutkan kalimatnya untuk memberikan informasi lebih kepada Lucien agar senang, "Ketika saya membuntutinya, saya tidak menyadari bahwa dia juga merupakan sasaran para petualang yang lain. Sesudah beberapa ronde pertarungan dengan para makhluk buas, mereka menyerang pengembara itu. Pada mulanya pengembara itu berada di posisi yang menguntungkan, karena sihir hitamnya lebih kuat dari yang para petualang bayangkan. Sampai akhirnya mereka semua dikepung oleh sekelompok perampok ketika mereka kecapekan, kemudian pengembara itu dan para petualang sama-sama dibunuh oleh para perampok."     

Mendengar perkataan Chris, Lucien cukup yakin bahwa pengembara itu adalah seorang penyihir tingkat murid.     

"Jadi kau mengambil keuntungan dari kejadian itu dan mendapatkan undangan ini?" tanya Lucien.     

"Iya … Benar, Tuanku," jawab Chris dengan jujur.     

"Terus, mengapa kau tidak laporkan ke gereja?" Nama itu, Wilfred, tidak asing bagi Lucien. Wilfred adalah salah satu dari beberapa necromancer level legendaris dalam sejarah, akan tetapi, dia terbunuh dalam kepungan gereja yang dipimpin oleh para kardinal besar, dan bahkan Magic Tower yang dibentuk dari demiplane pun hancur. "Lalu apakah kau tahu sesuatu mengenai Istana Carendia?"     

"Saya adalah seorang pencuri yang berjalan di kegelapan dan bayangan. Jika gereja menemukanku, saya akan dihukum mati di tiang gantungan," jawab Chris dengan jujur. "Saya tak tahu apapun mengenai istana ini. Faktanya, saya menyebut nama istana itu kepada orang-orang beberapa kali di Korsor, di Asosiasi Petualang dan Perkumpulan Pencuri, tetapi tak satu pun yang pernah mendengar mengenai tempat ini sebelumnya. Perkiraan saya adalah itu merupakan sebuah kode di antara para penyihir kegelapan. Yah … itu adalah cara kerja kami, para pencuri."     

Lucien agak kecewa, karena hanya terdapat sedikit sekali petunjuk baginya untuk menemukan sebuah tempat di sebuah negara yang sangat tak dikenalinya.     

"Baik. Pernahkah kau memberitahu orang lain mengenai hal ini?" Senyuman lembut Muncul di wajah Lucien.     

"Tidak pernah. Saya sedang mencari seorang pembeli." Chris mendesah lega. Sepertinya tangan-tangannya aman untuk sekarang. "Senang melayani Anda, Tuanku."     

Lucien mengangguk, "Mantap."     

Kemudian, Lucien menusuk pedangnya di tenggorokan Chris tanpa berpikir panjang. Mata Chris terbuka lebar, namun dia tak bisa bersuara. Darahnya keluar dari mulut dan tenggorokannya. Lucien menarik pedangnya kembali dengan tenang, "Kau tahu terlalu banyak."     

Walaupun Lucien tidak berpikir bahwa dia bisa menemukan tempat yang disebut sebagai Istana Carendia, dia tidak mau mengambil risiko untuk dirinya sendiri. Makanya Lucien membunuh Chris untuk berjaga-jaga karena dia tidak percaya dengan Chris sama sekali. Siapa tahu pencuri ini akan menjual informasinya ke orang lain atau tidak nantinya.     

Walaupun awalnya dia merasa jahat, Lucien mengakui bahwa sekarang dia merasa tak terlalu bersalah jika membunuh seseorang yang dapat menjadi ancaman untuk dirinya sendiri, asalkan orang tersebut bukan temannya atau orang yang tidak bersalah.     

Tubuh Chris jatuh di lantai kayu kereta kuda dan menimbulkan suara gedebuk.     

Sebuah rangkaian api kecil muncul di ujung jari Lucien dan secara cepat membakar hangus kertas itu hingga tak bersisa. Kemudian, tanpa berpikir panjang, Lucien membuka jendela kereta kuda dan memanggil nama Betty dengan lembut, "Betty, bisakah kau datang ke sini?"     

Walaupun suaranya sangat pelan, Betty masih terkejut.     

"Pak Evans! Kau membuatku sedikit terkejut!" Walaupun dia mengomel tetapi ada senyum manis di wajahnya.     

Kemudian Betty berdiri dan berjalan menuju kereta kuda. Pada saat itu juga, apa yang pernah dikatakan oleh Joanna dan Simon tiba-tiba terjadi padanya. Umumnya klien suka minta 'jasa tambahan' jika pengawal perempuannya berwajah cantik atau tubuhnya seksi. Jika kliennya cukup murah hati dan tidak bertindak menyebalkan kepada pengawal, beberapa dari para pengawal perempuan yang berpikiran terbuka dengan berhubungan intim, akan bersedia untuk berhubungan intim dengan klien-kliennya. Lagipula para pengawal perempuan tersebut juga memiliki kebutuhan psikologis dan mereka pasti akan mendapatkan sejumlah uang yang cukup memuaskan.     

Akan tetapi Betty menganggap dirinya agak konservatif dan walaupun Pak Evans lumayan tampan dan murah hati, dia masih tidak mau menerima ajakan untuk berhubungan intim.     

Ketika Betty sedang mempertimbangkan cara untuk menolak Pak Evans, tuan muda itu berkata padanya dengan lembut, "Seorang pencuri menyelinap di kereta kuda."     

"Apa?!" Betty menaikkan nada suaranya dan dia langsung menutup mulutnya. Untunglah, para pengawal yang lain tidak terbangun karena teriakannya. Dia segera naik ke kereta kuda dan melihat ada tubuh yang tergeletak di lantai. "Chris …?! Dia seorang pencuri?" Mata Betty terbuka lebar. "Apakah dia … mati?"     

"Sepertinya," Lucien menjawab dengan nada datar.     

"Pak Evans …" Betty membalikkan badan dan menatapnya, "Anda membunuh dia?"     

"Iya." Lucien tersenyum. "Dia mencoba mencuri pedangku dan dia gagal. Aku terbangun ketika dia sedang mencuri pedangku dan aku segera membunuhnya."     

Karena Betty selalu menganggap Lucien sebagai seorang bangsawan muda yang bahkan tidak berani membunuh seekor ayam, reaksi Lucien sesudah membunuh seseorang, dan senyuman di wajahnya membuat Betty takut. Namun tak lama kemudian dia kembali tenang.     

"Pak Evans, kau lebih kuat dari yang kubayangkan," kata Betty. Dia sekarang percaya bahwa bangsawan muda yang duduk di depannya kemungkinan berada di level pengawal kesatria tingkat tinggi.     

"Bisakah kau mengurus mayat ini, Betty?" Lucien tidak merespon komentar Betty tetapi menunjuk ke arah tubuh yang berada di lantai.     

"Siap, ini adalah salahku … Saya seharusnya meminta maaf karena telah membiarkan seorang pencuri menyelinap ke kereta kuda Anda." Betty menundukkan kepalanya, kemudian melihat Lucien lagi dengan matanya yang besar. "… Pak Evans, bisakah Anda merahasiakan kejadian ini kepada kakakku dan Simon? Kakakku akan kecewa dan marah jika dia mengetahui bahwa saya tidak menjalankan tugas dengan baik demi melindungi klien kami."     

Lucien memiringkan kepalanya dan tersenyum, "Aku tak akan memberitahu kakakmu. Hati-hati saja. Jangan sampai membangunkan dia ketika kau mengurus mayat itu."     

"Terima kasih banyak, Pak Evans!" Betty sangat bersyukur, karena kesalahan seperti ini dapat mencoreng catatan baik pekerjaan mereka sebagai pengawal di Asosiasi Petualang selama ini, jika klien tersebut memutuskan untuk komplain ke organisasi.     

"Saya berjanji hal itu tak akan terjadi lagi!" Betty mulai menarik keluar tubuh itu dari kereta kuda. Dia membenci Chris sejak dulu, dan tak ada satu pun pengawal yang bersimpati kepada pencuri yang mencoba menyerang kliennya.     

"Tunggu sebentar, Betty." Lucien bertanya, "Apakah kau pernah mendengar mengenai sebuah istana bernama Carendia?"     

"Umm…" Betty mengerutkan alisnya sedikit sambil dia berpikir, tetapi kemudian dia menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak pernah."     

"Oh." Lucien mengangguk dengan sedikit kecewa.     

Walaupun Betty masih muda, dia relatif berpengalaman sebagai seorang petualang di usia sebayanya. Dengan penuh kewaspadaan, dia melakukan tugasnya dengan baik sesuai yang diperintahkan oleh Lucien.     

Keesokan paginya, meskipun orang-orang lain—termasuk dua orang bard—sangat terkejut karena Chris meninggalkan perkemahan tanpa memberitahu siapa-siapa, tapi tidak ada yang peduli. Di sisi lain, Betty merasa bersyukur kepada Lucien karena menyimpan rahasianya. Kini dia lebih menunjukkan rasa hormat dan antusiasme yang tinggi terhadap Lucien.     

Pada malam hari di hari ketiga, kereta kuda telah sampai di persimpangan jalan, di mana arah utara jalan akan menuju jauh ke dalam hutan ke arah Fogtown, yang dikenal oleh orang-orang sekitar karena potongan kayunya. Sementara arah timur laut menuju ke sebuah kota tambang bernama Neese.     

Kedua jalan tersebut dapat membawa mereka menuju Korsor, walaupun arah yang utara tidak terlalu ramai, namun jalannya lebih bergelombang.     

Karena Lena harus pergi ke Fogtown, maka mereka memilih ke arah utara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.