Singgasana Magis Arcana

Menutup Tirai



Menutup Tirai

0Lucien terus membungkuk ke para penonton. tepuk tangan yang kencang seperti suara petir juga masih bisa terdengar. Orang-orang yang berada di alun-alun juga masih bersorak dengan penuh semangat.     

Bangsawan dan musisi-musisi terkenal yang berada di dalam aula juga tersentuh, apalagi para bangsawan, mereka tidak pernah merasa amat tersentuh seperti ini setelah sekian lama. Mereka terbiasa melupakan perasaan mereka, kesenangan, kesedihan, cinta, amarah, hanya agar tidak menjadi lemah.     

Tetapi, tidak ada yang bisa menentang kekuatan dari sebuah lagu. Bangsawan juga manusia. Meskipun banyak dari mereka sudah membangkitkan Berkahnya, menjadi kuat secara fisik tidak dapat mengubah hati mereka menjadi batu.     

Keindahan musik dirasakan oleh semua orang, tak peduli status sosial, jenis kelamin, maupun umur.     

Hanya beberapa fanatik agama yang tetap begitu tenang.     

Lucien tidak tahu berapa kali dia sudah membungkuk kepada penontonnya. Setelah beberapa lama, mereka perlahan menjadi tenang, merasakan kelelahan serta kedamaian.     

"Ini piano sonata terbaik yang pernah aku dengar!" Piola menatap kubah kristal, lalu berseru, "Sama seperti Simfoni Takdir, tapi berbeda. Emosinya lebih mendalam ... lebih berpusat."     

Sharon mengangguk dan tersenyum, "Aku bisa membayangkan Pathetique akan menjadi sonata klasik dalam hal pengekspresian musik."     

"Festival Musik Aalto sangat setimpal untuk menggantikan perjalanan tujuh bulan yang kita lalui." Grace terlihat serius. "Setelah melihat permainan Tuan Evans, aku ingin menetap di Aalto dan belajar piano."     

"Yang benar saja, Grace." Green berkata kepadanya. "Tuan Evans sudah memberikan saran untuk fantasia kita. Pulang bersama kami dan ayo fokus ke karya musik kita sendiri. Kita akan menjadi terkenal di Sturk tidak lama lagi, aku yakin."     

"Aku setuju. Jika kau tetap tinggal, Grace," Sharon menambahkan "kau tidak akan mampu membayar pelatih musik di Aalto. Karena Aalto dipenuhi dengan musisi-musisi hebat, kau pikir berapa lama sebelum kau bisa terkenal di sini?"     

Akhirnya Grace mengangguk dan menghela napas. "Kurasa kalian benar. Jangan lupa membeli Kritik Musik dan Berita Simfoni terbaru. Mereka akan sangat bermanfaat untuk masa depan musik kita."     

Anggota Band lainnya mengangguk. Mereka tentu saja akan membeli banyak di Aalto agar mereka bisa membawanya pulang dan mendapatkan uang dari perbedaan harga yang besar.     

Setelah berdiri diam di alun-alun beberapa saat, Lilith dan Sala saling menatap dan berbalik untuk menuju ke gerbang kota.     

"Setelah kita sungguh menjadi..." Sala berhenti sejenak dan menepuk pundak adiknya, "kita akan menjelajah melewati benua dan mencari tempat yang aman dimana kita tidak perlu hidup dengan rasa takut lagi."     

Lilith mengangguk dengan serius. "Ya, lalu kita tidak perlu bersembunyi lagi."     

...     

Di belakang panggung Aula Pemujaan, Lucien melepaskan kancing jas dan memeluk Rhine, "Terima kasih, Tuan Rhine. Konser ini tidak akan sesukses ini tanpa bantuanmu."     

Lalu Lucien bertanya pada Rhine dengan suara pelan, "Dan bisakah anda memberitahuku di mana tempat itu sekarang?"     

Rhine tersenyum dan berbisik, "Kau sangat tidak sabaran, Lucien. Aku akan mengunjungimu besok malam."     

Lalu Rhine meninggikan suaranya, "Selamat ya, Lucien!"     

Setelah bertemu dengan para anggota orkestra, Lucien melihat seorang pengawal kesatria menunggunya untuk mengundangnya ke tempat duduk penonton di bagian depan.     

Lucien sedikit gugup karena takut terlalu dekat dengan Sard. Apalagi, dia tidak tahu seberapa sensitif Kardinal Saint mendeteksi penyihir di sekitarnya.     

"Tenang saja. Berkahmu akan melindungi identitasmu." Sambil berpura-pura sedang merapikan sesuatu, Rhine berketa ke Lucien dengan suara yang sangat pelan dari belakang, "Kecuali dia sudah merasa kau mencurigakan."     

Lucien menjadi lebih tenang mendengarkan perkataan Rhine dan meninggalkan belakang panggung untuk mengikuti pengawal.     

...     

Meskipun Lucien masih berada beberapa langkah dari Sard, Lucien bisa merasakan cahaya suci hangat yang menyelimuti orang tua itu.     

Sejak Lucien membangkitkan Berkahnya, dia bisa merasakan kekuatan dahsyat yang dimiliki Sard dengan lebih baik. Untungnya, Berkah Lucien bukan berkah kegelapan, dan dia tidak mempelajari mantra Nekromansi, atau jiwanya bisa terluka parah hanya dengan berada di dekat Kardinal Saint.     

Setelah memberi hormat kepada para bangsawan, Lucien berjalan ke hadapan grand duke. Orvarit mengangguk ke Lucien, "Kau muda dan berbakat, Lucien. Aku menyukai musikmu yang menyentuh jiwa dan aku sangat menghargai semangatmu yang tidak pernah menyerah dengan penderitaan dalam kehidupan. Tetap berjuang, Lucien, dan kau akan menjadi master musik selanjutnya di Aalto."     

Natasha secara langsung memberikan pelukan ke Lucien sebagai teman dan mengatakan dengan nada bercanda, "Apakah ada lagi yang kau sembunyikan dariku, Lucien? Teman adalah tentang berbagi, tapi kau tidak memberitahuku bahwa sedikit pemindahan posisi piano bisa menghasilkan perubahan yang besar!"     

"Itu saja, sih..." Lucien tersenyum canggung. Sebenarnya, dia memiliki lebih banyak rahasia dari itu.     

"Apa yang ingin aku katakan adalah ... terima kasih untuk permainanmu, Lucien." Senyum Natasha sedikit sedih, "Musikmu mengingatkanku akan masa lalu. Masa lalu menyakitkan, tapi juga berharga."     

Christopher juga memeluk Lucien, "Zamanku sudah habis, tapi zamanmu baru dimulai, Lucien."     

"Terima kasih, Pak Ketua. Saya juga berharap bisa mendapatkan permulaan baru," jawab Lucien dengan penuh arti, karena hidupnya akan melakukan perjalanan baru tidak lama lagi.     

Lalu Lucien akhirnya sampai di hadapan Sard, dan dia berusaha keras untuk tetap tenang.     

"Aku sudah mendengar ceritamu sebelumnya." Sard melihat ke Lucien dengan matanya yang gelap. "Aku memahami kesedihanmu, dan aku juga melihat hatimu yang kuat. Semua kesulitan adalah cobaan dari Tuhan. Jika kau melewatinya, kau akan menjadi lebih kuat."     

Mengikuti Verdi, Michelle memeluk Lucien dengan sedikit malu-malu. "Selamat, Tuan Evans. Atas nama Syracuse, aku ingin mengundangmu ke Tria. Kapan pun kau datang ke negaraku, kau akan mendapatkan sambutan terhangat."     

"Terima kasih, Yang Mulia." Lucien mengangguk.     

Kemudian Lucien mendapatkan banyak undangan lain yang ditawarkan oleh sisa tamu yang datang dari berbagai macam negara di luar benua.     

Lucien menyadari bahwa undangan-undangan ini bisa dia jadikan alasan untuk meninggalkan Aalto ketika dia mengetahui di mana letak Kongres Benua Sihir.     

Ketika Lucien meninggalkan tempat, dia melihat orang-orang terakhir yang meninggalkan Aula Pemujaan.     

Orang-orang yang ada di alun-alun juga mulai pergi.     

Tidak lama, seluruh kota menjadi sangat sunyi.     

Lucien keluar dari Aula Pemujaan dan berkata dalam hati, "Sudah saatnya untuk menutup kisah ini, Lucien."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.