Singgasana Magis Arcana

Lucien, Sang Sejarawan



Lucien, Sang Sejarawan

0"Ya ... meskipun saya tidak tahu apa-apa tentang Astrologi," Lucien berpura-pura dirinya tidak mengetahui apa-apa tentang astrologi. Pada kenyataannya, astrologi adalah keahliannya dan dia mengetahui bahwa ada rasi bintang yang dinamakan Thanos untuk mengenang Raja Matahari. "Saya membaca sebuah puisi yang mirip di ruang belajar putri sebelum ini. Jadi saya menebak itu adalah puisi ramalan."     

"Kurasa bukan begitu. Orang-orang di sana memberitahuku bahwa apa yang digambarkan puisi tersebut sungguh terjadi, bertahun-tahun yang lalu." Deroni menyangkal dugaan awal Lucien.     

"Jadi begitu." Lucien mengangguk. "Meskipun sepertinya dilebih-lebihkan, jika memang bukan sebuah ramalan, bisa jadi puisi tersebut menggambarkan suatu bencana alam atau sejenisnya."     

"Umm... itu lebih masuk akal." Tuan Deroni mengangguk.     

"Perang Fajar berlangsung selama lebih dari 400 tahun, dan sebelumnya, banyak bencana mengerikan dan perang besar yang terjadi di benua ini. Meteorit besar, gempa bumi, tanah longsor, serta pertempuran dapat menciptakan kejadian seperti yang digambarkan. Saya telah membacanya di Kisah Kepahlawanan, Perang Syracuse, Kota Santo, Pengakuan, Kisah Benua Santo, dan banyak lagi."     

"Menarik, Aku rasa Lucien ada benarnya juga." Natasha mengangguk. "Perang atau bencana alam, itulah yang kita tahu. Apa yang bisa aku tambahkan di sini adalah pertarungan di antara dua master legendaris bisa menyebabkan hal yang serupa ke benua ini."     

"Itulah mengapa aku penasaran. Aku ingin tahu apa yang menyebabkan bencana ini terjadi," ujar Deroni.     

"'Air merah sudah mencapai bibir...', bagian ini sangat unik." Lucien masih berpikir. "Pernahkan kalian mendengar tentang perubahan daratan dahsyat yang terjadi ratusan tahun lalu di barat laut Aalto?"     

Silvia dan ayahnya sedikit menggelengkan kepalanya dan menunggu penjelasan lanjut dari Lucien. Di saat itu, Natasha berbicara pada Lucien dengan sedikit ragu, "Apa hal yang kau maksud adalah bagaimana danau yang terletak di barat laut Aalto, Danau Elsinore, terbentuk?"     

"Benar sekali, Tuan Putri. Salah satu buku di ruang belajar Anda yang berjudul Naskah Marius menggambarkan kejadian yang sama." Lucien mengangguk. "Seratus lima belas tahun sebelum adanya Kalender Saint, pada suatu hari langit Aalto menjadi gelap, meskipun waktu itu masih siang, lalu batu-batu besar berjatuhan dari langit. Meteorit-meteorit itu menghancurkan kota Elsinore dan bahkan beberapa bagian dari pegunungan di barat laut. Danau tersebut dinamakan berdasarkan kota yang hancur itu."     

"Ya Tuhan..." seru Silvia. "Apakah itu sebuah bencana alam?"     

"Tidak dijelaskan di buku itu." Lucien mengangkat bahunya sedikit. "Akan tetapi, di buku itu dijelaskan bahwa pada saat itu, terjadi retakan tanah, dan cairan merah yang aneh keluar dari retakan-retakan tersebut."     

"Lahar?" tanya Deroni.     

"Tidak, dijelaskan bahwa cairan itu tidak panas, dan cairan itu menggenangi seluruh wilayah tersebut. Namun surut kembali dengan cepat."     

"Lalu bagaimana dengan Istana Thanos yang digambarkan dalam puisi itu?" tanya Deroni terburu-buru. "Bisakah kau menjelaskannya?"     

"Dikatakan bahwa ketika Thanos, Raja Matahari, mencapai tingkat legendaris, ibu kota dari kekaisaran sihir diselimuti oleh kegelapan selama tiga hari penuh." Natasha memberitahukan apa yang dia ketahui.     

"Jadi begitu..." Deroni sedikit mengangguk. "Ada lagi yang bisa ditemukan dari puisi ini, Tuan Putri? Lucien?"     

Mereka berdua menggelengkan kepala. Hanya itu yang bisa mereka katakan.     

Deroni terlihat sedikit kecewa sesaat, lalu tersenyum, "Sepertinya informasi ini cukup untuk rasa ingin tahuku. Terima kasih, Tuan Putri. Terima kasih, Lucien. Sangat mengagumkan bahwa kau bisa mengetahui begitu banyak tentang sejarah yang jarang diketahui ini. Bahkan Tuan Bake tidak mengetahui hal ini."     

"Apa kataku, Tuan Deroni," ucap Natasha dengan bangga. "Lucien bukan hanya seorang musisi, tapi juga seorang sejarawan."     

Sedangkan Lucien mencoba untuk menjelaskan "Saya tak bisa dipanggil sejarawan. Saya hanya sudah membaca beberapa buku. Itu saja."     

Lalu, makan malam dihidangkan.     

"Kau harus mencicipi semua hidangan yang ada malam ini, Lucien," Natasha berkataka padanya. "Salah seorang dari koki di sini berasal dari Tria, dia membuat hidangan khas Syracuse yang enak. Lebih enak dari makanan yang kita punya di Aalto. Makanan yang biasa kita makan hanyalah daging sapi dan kentang, kentang dan daging sapi..." Sebagai penyuka makanan yang beragam, Natasha mengeluh.     

Seketika, Lucien merasa sangat lapar. Sang putri merasa makanan yang ada di Aalto tidak begitu enak, dan tentu saja, dia juga setuju. Koki yang dimiliki Lucien tidak begitu mengesankan. Seperti apa yang dikatakan Natasha, koki itu selalu menghidangkan makanan yang sama.     

"Apa kau tahu? Makanan di Holm dan Rentate lebih buruk. Aku pernah ke sana ketika aku masih kecil, dan aku tidak pernah ingin kembali kesana." Natasha menjadi sedikit bersemangat.     

Lucien tidak pernah mendengar nama-nama dari negara tersebut, dan dia berpikir apakah kedua negara itu termasuk negara yang berada di seberang selat.     

Makan malam itu memang mengesankan. Setelah makanan pembuka, foie gras, lalu sup yang dibuat dengan ikan khas dari Tria, hidangan utamanya adalah domba panggang dan babat yang direbus dengan anggur putih, disertai dengan sayur-mayur. Ada juga puding spesial Syracuse untuk makanan penutup.     

Natasha dan Lucien makan dengan lahap.     

...     

Angin dingin berembus di luar pada Bulan Es (Desember). Natasha, Lucien, lalu Camil sedang berjalan ke luar setelah makan malam. Silvia ingin ikut dengan mereka, tapi cuacanya sangat dingin untuk seorang gadis yang lemah-lembut seperti dirinya.     

"Jika ini adalah bagian utara, pasti sudah turun salju sekarang." Natasha mengulurkan tangannya yang indah, entah mengapa dia terlihat sedikit sedih.     

"Aalto tidak begitu bersalju." Lucien menatap bulan perak di langit.     

"Lucien, jika kau sudah siap, aku ingin menyarankanmu untuk mengadakan konser di Aula Pemujaan pada Festival Musik Aalto." Natasha berbalik ke Lucien. "Pada saat itu, banyak musisi dari seluruh bagian benua akan datang ke Aalto untuk merayakan festival bersama kita."     

Festival Musik Aalto adalah festival musik yang terbesar di seluruh bagian benua. Pada saat festival, Aula Pemujaan akan mengadakan sebuah konser setiap harinya.     

"Concerto saya hampir siap." Lucien sedikit mempertimbangkan dan menjawab dengan serius. Menghadapi kenyataan bahwa dia akan segera meninggalkan Aalto, Lucien merasa sedikit sedih.     

"Aku mempercayaimu, Lucien. Aku akan mengatakan hal ini kepada Tuan Christopher." Natasha tersenyum, lalu dia mengganti topik. "Kau tahu, setelah aku memainkan serenade yang kau tulis untuk Silvia kemarin malam, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan kepadanya. Aku gugup dan agak malu."     

"Um...?" Pikiran Lucien masih diselimuti dengan perasaan sedih. Dia akan segera meninggalkan Aalto setelah konser, jika semua berjalan lancar.     

"Aku berpikir ... apa yang bisa aku katakan kepada silvia untuk membuatnya terenyuh saat itu," ujar Natasha sambil tersenyum.     

"Ya, anda tahu saya tidak berpengalaman," jawab Lucien.     

"Aku paham ... tapi kau tetap seorang pria, Lucien." Natasha memiringkan kepalanya dan menatapnya.     

"Kalau begitu, mungkin ... Menikahlah denganku." Lucien berpikir.     

"Umm ... Itu masih jadi masalah antara Silvia dan aku, tapi aku akan berusaha mewujudkannya." Natasha berhenti sejenak. "Kau harus mulai mencari seseorang yang kau sukai, Lucien. Kau membutuhkan hal lain selain musik."     

...     

Di hari minggu pertama dari Bulan Awal (Januari), sebuah kabar berita dari Kritik Musik menciptakan kehebohan di Aalto:     

'Sebuah Bagatelle yang Bernilai sebuah Rumah.     

Pada pesta dansa tahun baru, sang putri memainkan sebuah bagatelle berjudul 'Untuk Silvia', yang dibuat oleh seorang musisi muda berbakat, Lucien Evans. Musik yang anggun, suci, lembut, serta riang ini sangat disenangi Tuan Putri. Maka, Putri Natasha menghadiahkan musisi muda, yang belakangan ini menjadi terkenal di Aalto, dengan sebuah rumah mewah yang indah di pinggiran kota.     

Orang-orang mengatakan bahwa 'Untuk Silvia' merupakan bagatelle termahal di dalam sejarah musik.'     

Hal lain tentang Lucien adalah, entah mengapa banyak musisi dari asosiasi mulai memanggilnya 'sejarawan'. Mereka mulai bertanya kepada Lucien tentang sejarah dan puisi, dan Lucien selalu berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.