Singgasana Magis Arcana

Wave Stone



Wave Stone

0Di ujung jalan, para Kuo-toan sedang berteriak dan menangis saat masuk ke dalam kabin, sementara air masih terus masuk.     

Lucien merasa semakin sesak napas saat udara tambah lembab.     

Beberapa murid sudah mulai kehilangan pijakan. Kini mereka duduk di lantai yang tergenang sambil menangis, sementara yang lain gemetar hebat karena takut. Mereka seperti Lucien saat pertama kali masuk ke dalam saluran pembuangan dan menghadapi tikus bermata merah. Tidak mungkin mereka bisa tetap tenang.     

Ada banyak rencana yang melintas di benak Lucien. Namun, tak peduli seberapa keras Lucien ingin melindungi diri dan para murid, kemudian bersembunyi dari pastor serta kesatria di kapal, jelas itu tak mungkin bisa dilakukan.     

Di ujung, para Kuo-toan terbagi menjadi dua kelompok. Sebagian besar dari mereka mengikuti tiga murloc yang paling besar dan lari ke arah kabin kargo utama. Sementara sisanya juga mengikuti pemimpin, untuk mengincar Lucien dan para murid.     

Begitu mereka menyeret trisula dan dengan cepat menghampiri Lucien serta para remaja, Lucien punya banyak tebakan dalam kepalanya.     

'Sepertinya target mereka adalah kargo?     

'Mungkin ada sesuatu yang menarik para Kuo-toan? Itulah mengapa mereka menyerang kapal?     

'Kalau itu niat asli mereka, sebagian besar makhluk itu pasti masuk ke lantai ini, atau kabin kapten, atau kabin viscount...'     

Kemudian tekad Lucien semakin besar. 'Kalau begitu kita masih punya harapan!'     

Lucien dengan cepat berbalik dan berlari ke dalam kabinnya. Sambil berlari, Lucien menekuk lutut dan melompat tinggi menggunakan momentum. Kemudian tinju kanannya memukul langit-langit kayu dengan keras.     

"Brak!"     

Setelah langit-langit kayu jatuh ke lantai, terdapat lubang besar di langit-langit paling rendah.     

"Kalian semua, naik lewat lubang ini dan sembunyi di kabin awak kapal terdekat!" kata Lucien pada para murid yang terkejut.     

Walaupun nadanya serius, Lucien tidak panik.     

Karena Tom menyuruh mereka tinggal di sana, Lucien sangat yakin kalau orang-orang yang tinggal di lantai atas pastilah orang-orang yang dipercaya oleh Tom. Kalau tidak, suara yang ditimbulkan oleh para murid akan mudah membuat mereka ketahuan.     

Kalau tujuan Kuo-toans bukan membunuh namun merampok, bersembunyi di kabin pelaut harusnya jadi pilihan bagus, dan mereka juga bisa sembunyi dari pastor serta kesatria.     

Lucien cepat-cepat mengeluarkan Alert dan bergegas keluar dari kabin untuk menghentikan para makhluk itu, supaya para murid punya lebih banyak waktu untuk naik.     

"Annick, Oimos, kalian yang memimpin. Jangan panik." Di detik-detik terakhir, Lucien memerintah dengan tegas pada para penyihir tanpa menoleh ke belakang.     

Dia harus membunuh para Kuo-toan, atau mereka akan mengikuti para murid ke lantai atas.     

"Baik, Tuan Evans," ujar dua murid itu bersamaan. Walaupun Oimos sangat ketakutan, dia berusaha sebaik mungkin untuk tetap bisa bergerak normal. Sementara Annick, yang sudah dilatih di bawah bimbingan Lucien selama beberapa hari, menjadi percaya diri karena ketenangan Lucien. Dia mulai berpikir bagaimana supaya mereka bisa naik ke atas melewati lubang di langit-langit.     

Kedua murid itu bertukar pandangan dan memiliki strategi yang sama. "Pakai hammock dan ... Mage Hand. Lalu mantra peningkat kelincahan dan keseimbangan..."     

Oimos dan Annick lalu buru-buru mengumpulkan hammock. Katrina, Sprint, Layria, dan Heidi antara membantu mereka atau mencoba menenangkan murid yang lain.     

Di keadaan kritis ini, para murid bersatu di bawah pimpinan Lucien.     

Di luar kabin, saat Lucien—yang memegang pedang kesatrianya dengan dua tangan—hampir berada di depan Kuo-toan, tiba-tiba ada gelombang hijau yang keluar dari tubuhnya.     

Gelombang hijau itu mencapai Kuo-toan dengan cepat. Sebagian besar dari mereka kecepatannya melambat begitu terkena gelombang hijau tersebut, kemudian kehilangan keseimbangan dan jatuh tertidur di lantai. Bahkan pemimpin murloc itu pun terpengaruh. Untuk satu detik, dia merasa sangat lelah dan mengantuk.     

Namun, Sleep, mantra tingkat lingkaran pertama, tidak cukup kuat untuk membuat makhluk yang besar itu tertidur. Saat ini, mantra itu hanya bekerja pada makhluk yang belum setingkat kesatria sejati.     

Seluruh lantai itu tiba-tiba berubah sedikit hening. Hanya ada Lucien, pemimpin Kuo-toa, dan sekumpulan murloc yang tertidur di lantai.     

Saat pemimpin murloc menyadari kalau manusia yang mereka hadapi ternyata penyihir dan bukan kesatria—meski menggunakan pedang—dia langsung merapal sihir mereka, Water Ring.     

Begitu kesadaran pemimpin murloc kembali saat tubuhnya dikelilingi oleh lingkaran ombak, Lucien merasakan sesak napas, seolah dia tenggelam di air. Itu karena udaranya sangat lembab, jadi Lucien merasa menghirup gumpalan air lewat hidung hingga ke paru-paru.     

Tapi Lucien tidak panik. Dia menahan napas dan menembakkan tiga pedang es yang berkilat pada murloc.     

Walaupun pemimpin murloc tampaknya hanya ada di level kesatria biasa, Lucien tetap mengaktifkan item sihirnya, karena dia harus membunuh makhluk itu secepat mungkin.     

Namun, kekuatan dari Gelang Fire Weaver terlalu besar untuk Lucien gunakan.     

Disaat bersamaan, Lucien menghindar ke sisi lain untuk menghindari trisula yang dilemparkan oleh murloc.     

Begitu Lucien bisa berdiri, dia mengaktifkan model sihir dalam jiwanya.     

Air di udara tiba-tiba tidak berefek pada Lucien lagi, karena dia dilapisi oleh lapisan pelindung tak kasatmata yang bisa menyaring air.     

Sihir tingkat lingkaran pertama, Element Endurance.     

Walaupun sihir ini tidak berjalan baik saat seseorang menghadapi serangan elemental secara langsung, namun cukup berguna saat berada dalam lingkungan yang elemennya tak seimbang. Seperti lantai di kapal ini, yang sedang dikendalikan oleh Water Ring.     

Udara dingin yang dihasilkan oleh Palmeira's Frost Blades membekukan gelombang yang mengelilingi murloc, yang juga mengurung mereka. Mereka terluka parah oleh tiga pedang itu.     

Namun, meski ada darah berwarna biru pekat keluar dari kepala, dada, dan lengan mereka, luka itu pulih dengan cepat.     

Kekuatan penyembuh dari Kuo-toan tidak lebih lemah daripada troll, tapi mereka tak bisa menumbuhkan kembali anggota badan yang putus seperti troll.     

Kali ini, cahaya tajam berkedip dari leher pemimpin murloc, kemudian kepalanya jatuh ke lantai setengah detik kemudian.     

Itu adalah pedang kesatria Lucien, Alert, dan Lucien menebaskannya tepat di luka gores karena frost blade.     

Begitu murloc terkena efek mantra, Sleep, Kuo-toan sudah tak bisa melawan. Apalagi saat penyihir yang dihadapi oleh Kuo-toan memiliki item sihir yang lebih kuat daripada kawan-kawannya.     

Tentu saja, hasil itu tergantung pada level item sihir Lucien daripada kelengkapan peralatannya. Lucien masih menggunakan sepatu biasa, yang akan sering aus karena kecepatannya bergerak. Selain itu, dia juga tidak memakai jubah sihir maupun tongkat sihir, yang merupakan simbol dasar seorang penyihir.     

Lucien melompat ke depan beberapa kali dan berhenti di belakang para murloc. Saat dia akan merapal mantra lain, dia merasakan sesuatu dari kabin kargo utama.     

Rasanya seperti gelombang besar di laut.     

'Tidak ada siapa-siapa di kabin kargo utama, berarti sensasi ini bukan dari pertarungan. Mungkin ... mungkin ini sesuatu yang dicari oleh para Kuo-toan...' pikir Lucien dalam hati.     

Perasaan itu aneh tapi juga familiar. Lucien merasa kalau dia pernah membaca yang seperti itu dalam salah satu buku.     

"Wave ... Stone..." gumam Lucien. "Wave Stone!"     

Wave Stone adalah material sihir yang tidak langka namun tetap berharga. Lucien pernah menemukannya dalam buku bernama Ilustrasi Material yang Berkaitan dengan Sihir Umum. Benda itu bisa digunakan untuk membuat item sihir dan senjata di atas level tiga untuk menimbulkan efek sihir pada pengguna, seperti bernapas dalam air, serangan elemen air, dan mantra semacam Storm dan Ice Storm.     

Ditambah lagi, Wave Stone kualitas terbaik bisa digunakan untuk membuat item yang sangat kuat, dan bisa digunakan untuk macam-macam ramuan agar meningkatkan pertumbuhan banyak makhluk air.     

Tebakan Lucien adalah, karena kekuatan yang dia rasakan itu besar, mungkin ada Wave Stone dalam jumlah banyak di dalam kapal, atau batu-batu itu merupakan kualitas terbaik, yang mana harganya bisa laku, paling tidak, 10 ribu thale.     

Berdasar pemahaman Lucien, karena Wave Stone adalah benda semacam material sihir, kemungkinan besar akan dikirim ke Allyn. Tapi dia tak tahu apakah ini pengiriman rahasia oleh Granneuve atau memang dikirim oleh Gereja. Kalau bukan keduanya, pasti kapal ini akan kena masalah karena memuat segitu banyak material sihir. Pasti akan ada risiko besar yang dihadapi Lucien, Tom, dan para murid juga, karena Gereja pasti memeriksa seluruh kapal.     

Hal lain yang Lucien cukup yakin adalah, orang-orang yang datang kemari duluan adalah Tom dan pelaut terpercayanya.     

Sambil berpikir, Lucien tidak berhenti merapal. Dia merapal mantra yang aneh dan hebat, kemudian mendadak mendorong tangannya ke depan.     

Hantaman besar tak kasat mata terjadi. Kemudian, seluruh murloc yang tertidur beserta pemimpin Kuo-toba terdorong oleh hantaman itu kembali ke laut lagi.     

Sihir tingkat lingkaran pertama, Force Wave.     

Lucien belum menciptakan model sihir Force Wave di dalam jiwanya, jadi dia masih harus merapalnya.     

Kali ini, seluruh murid sudah naik ke lantai atas dan bersembunyi di kabin awak kapal terdekat.     

Setelah Lucien buru-buru membersihkan seluruh bekas pertarungan dan akan naik ke lantai dua, dadanya tiba-tiba mencelos saat merasakan bahaya.     

Gelang yang Lucien gunakan memancarkan cahaya merah, kemudian api muncul untuk melindungi Lucien.     

Bola air seukuran kepala langsung mengenai api itu. Kemudian, api dan airnya langsung menghilang disaat bersamaan.     

Di ujung ruangan, satu murloc yang sisiknya bersinar merah sedang menatap Lucien dengan sorot dingin.     

Tak seperti murloc lain yang memegang trident, murloc ini memegang tongkat dari coral yang warna-warni.     

Petir berhenti menggelegar sejenak, dan Lucien mendengar banyak langkah kaki di dek kapal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.