Singgasana Magis Arcana

Kegelapan Setelah Ledakan



Kegelapan Setelah Ledakan

Di dalam museum gelap. Patung lilin yang berdiri di kedua sisi lorong tampak redup di dalam lapisan kaca. Banyak pengunjung yang melihatnya merasa kagum dan agak takut.     
1

"Karya bagus! Satu-satunya perbedaan adalah patung itu punya penampakan yang lebih gelap daripada aku!" Viscount Wright tertawa. "Sungguh kemampuan seni yang luar biasa, Tuan Saugus! Kalau aku berdiri di sebelahnya saat malam, aku yakin tak ada yang bisa membedakan mana yang asli."     

Karena serangan barusan, wajah Saugus terlihat sedikit murung. Mendengar pujian viscount, Saugus sedikit kembali riang. "Tuanku, patung itu dibuat untuk Anda saat Anda baru saja kembali dari Holm. Saat itu kulit Anda terlihat sedikit gelap."     

"Haha, Saugus, kau hanya tak membiarkanku mengatakan kalau pekerjaanmu tidak sempurna, 'kan?" Viscount Wright tertawa lagi, bahkan lebih keras. "Kau mengingatkanku, dan itu benar. Saat aku pulang di bulan Juli, kulitku memang agak gosong."     

"Ya, ya ... saya hampir tidak mengenali Anda saat itu." Granneuve berujar setelah kalimat viscount selesai. Dia tersenyum. Kemudian, dia melirik ke arah Harrison Brown dan berujar pada Wright, "Tuanku, yang jadi target penyerangan adalah Harrison Brown. Apakah saya harus menjauhinya? Apalagi saya bukan kesatria."     

Wright merapikan bajunya dan menjawab, "Tidak usah khawatir. Meskipun para penyihir itu ingin membunuh Brown, mereka tidak mau kehilangan anggota mereka lagi, apalagi anggota penting mereka. Kalau tidak, mereka akan mengirimkan penyihir tingkat menengah kemari untuk membunuh Brown dengan mudah. Namun, kalau keadaannya seperti itu, penyihir itu pasti akan tertangkap nantinya. Jadi, meski masih ada serangan lagi nantinya, mereka tidak akan bisa mendekati kita."     

"Begitu ... Memang masuk akal, Tuanku," jawab Granneuve meski masih merasa agak bingung.     

"Nikmati saja karya seni Tuan Saugus. Kalau terjadi sesuatu, aku akan melindungimu," tambah Viscount Wright.     

"Terima kasih ... terima kasih, Tuanku!" Granneuve, yang selalu mengaku sebagai pelayan viscount paling setia, buru-buru menunjukkan rasa terima kasihnya.     

Mendengar kalimat viscount, para bangsawan yang lain juga merasa sedikit lebih tenang.     

Di sisi lain museum, dengan koper hitam di tangannya, Lucien berjalan tenang menuju ujung lorong.     

Setelah dua kali berbelok, Lucien menemukan sudut yang tidak ada siapa-siapa, kecuali beberapa penutup kaca kosong yang masih menunggu patung lilin.     

Setelah mengkalkulasi jarak antara dirinya dan Brown dengan cepat, Lucien secara hati-hati menyembunyikan koper itu setelah mengambil kepingan thale di dalamnya dan membuka lapisan rahasia.     

Di bawah lapisan itu, terdapat 10 tabung Flame Gel dan satu kotak bubuk mesiu, begitu pula tali tambang yang sangat panjang.     

Ditambah lagi, tabung Flame Gel itu memiliki daya ledak yang lebih kuat daripada versi aslinya. Lucien memiliki belerang, asam nitrat, serta beberapa bahan lain, kemudian menggunakan semua bahan itu menjadi nitrogliserin. Barulah dia menambahkan itu ke dalam Flame Gel yang sudah dibuat sebelumnya.     

Alasan mengapa Lucien tidak langsung menggunakan nitrogliserin adalah karena dia akan membutuhkan kekuatan gelombang yang diproduksi oleh Flame Gel nantinya.     

Malam sebelumnya, Lucien telah memperhitungkan kecepatan tali tambang itu terbakar. Setelah menata tali dan bubuk mesiu dengan benar, Lucien membakar tali tambang dengan pemantik.     

Bahkan tali tambang itu diberi sesuatu lebih dulu oleh Lucien. Dia lebih dulu merendam tali itu di dalam cairan kimia untuk memastikan pembakarannya stabil.     

Setelah menyelesaikan seluruh pekerjaan, Lucien menurunkan topi hitam tingginya dan berjalan kembali ke kerumunan dengan langkah tenang.     

Suara samar dari tali yang terbakar di sudut nyaris tak bisa didengar.     

Prosesnya lambat, tapi berjalan seperti perhitungan.     

Dua menit kemudian, Lucien masuk ke kerumunan. Dia melihat para bangsawan masih mengobrol, berjalan-jalan, dan memuji karya seni.     

'Satu menit lagi,' pikir Lucien dalam hati.     

...     

Brown berharap kalau suatu hari patung lilinnya bisa dipajang di museum kota.     

Tuan Saugus yang ada di dekatnya sedang sibuk mengobrol dengan sepasang bangsawan, mendiskusikan wacana untuk membuat lebih banyak patung lilin untuk mereka.     

Brown juga ingin bicara dengan Saugus. Saat Brown berjalan ke arahnya, dia melihat pemuda berambut dan bermata hitam yang sedang memperhatikan sebuah patung lilin lekat-lekat. Pemuda itu mengenakan topi hitam dan sebuah monocle yang tampak elegan, yang mana merupakan cara berpakaian populer khas Holm.     

'Gaya berpakaian Holm kini merambah ke Sturk,' pikir Brown dalam hati. 'Memang benar, banyak pemuda bangsawan di Sturk sedang mengikuti tren itu.'     

Brown merasa kalau mungkin dia juga harus mencoba gaya pakaian itu suatu hari nanti.     

Sambil berpikir, Brown sudah berada di samping Saugus.     

Penjaga Malam yang menyamar menjadi petualang mengikuti Brown di sebelah kiri, untuk melindunginya dari serangan mendadak.     

Lima belas detik, empat belas detik...     

Lucien meninggalkan ruang pamer dan berjalan ke arah Brown.     

Enam, lima...     

Lucien berjalan melewati Brown.     

Sambil berjalan, Lucien menghitung dalam hati. 'Empat, tiga...'     

"Tuan Saugus, saya penasaran kalau..." Brown bicara pada pemilik museum.     

"Dua, satu..."     

Dhuar! Muncul suara ledakan yang menggelegar!     

Ledakan besar itu membawa serta letusan dahsyat, sehingga seluruh museum terguncang karenanya!     

Suara mengerikan itu terdiri dari beberapa kali ledakan. Kekuatan gelombang sihir yang menyertainya juga sangat kuat.     

Ledakan tersebut terjadi satu detik lebih lambat dari perkiraan Lucien. Mungkin karena perubahan angin atau hal lainnya. Tapi karena Lucien sedang waspada, begitu ledakan terjadi, dia langsung beraksi.     

Mantra tingkat lingkaran pertama, Charm Person.     

Target mantra adalah Brown.     

Setelah mendapatkan Buku Necromancy dan menganalisis cara meditasi a la bidang necromantic, Lucien menyadari kalau prinsip dari sebagian besar mantra necromantic adalah untuk mempengaruhi hormon sekresi manusia dan penilaian sensorik dengan menggunakan semacam gelombang otak spesial.     

Berdasarkan hal itu, Lucien mengembangkan dua versi baru dari mantra Charm Person. Salah satunya menitik beratkan pada pengaruh sihir kepada jiwa individual, yang mana efeknya akan mengurangi kekuatan dari campur tangan gelombang otak. Makanya, mantra itu sangat ampuh jika digunakan pada penyihir. Tapi juga akan menciptakan gelombang sihir yang lebih kuat, sehingga lebih mudah ketahuan atau diidentifikasi. Sementara itu, mantra satunya adalah kebalikannya, diperuntukkan untuk kalangan non penyihir.     

Karena mantra kedua sangat sulit ditemukan, maka akan bekerja sangat baik saat ini. Itu juga karena kekuatan Brown dibangkitkan oleh ramuan, sehingga kekuatan tekadnya tak sekuat para kesatria yang menjadi kuat dengan kerja keras mereka sendiri.     

Saat itu, gelombang sihir kecil yang diciptakan oleh mantra Lucien mustahil bisa ketahuan. Apalagi karena letusannya sangat luar biasa!     

Tak ada yang menyaksikan Lucien sedang merapal mantra.     

Cahaya putih menyembur keluar lagi dari jimat Brown untuk ketiga kalinya, hanya saja satu detik lebih lambat daripada aksi Lucien. Brown tiba-tiba tampak sangat kebingungan selama sesaat sebelum dia diselimuti oleh bulu.     

Ledakan besar itu membuat seluruh museum terguncang hebat. Gelombang sihir yang kuat mengindikasikan bahwa sepertinya itu adalah serangan dari penyihir tingkat menengah. Disaat bersamaan, si Penjaga Malam, Viscount Wright, dan kesatria lainnya langsung beraksi. Beberapa dari mereka melakukan kuda-kuda bertahan, sementara yang lainnya bergegas menuju tempat ledakan.     

Bangsawan wanita berteriak. Sebagian besar orang yang hadir panik. Semua yang ada di sini dalam kekacauan hebat.     

Lalu mereka mulai berlarian keluar dari museum, saling mendorong dan berdesakan.     

Melihat Brown bisa melindungi dirinya sendiri dengan bulu-bulu itu, si Penjaga Malam melihat sekitar dengan waspada. Sementara sebagian besar kesatria agung sedang tidak di sana karena memeriksa tempat ledakan.     

Siapa saja yang berani mendekat ke arah brown sedikit saja, akan langsung dibunuh oleh Penjaga Malam di tempat itu juga.     

Ketika si Penjaga Malam memeriksa sekeliling, dia melihat pemuda yang mengenakan topi hitam juga sedang berdesakan dengan orang lain, buru-buru menuju gerbang untuk melarikan diri. Monocle-nya yang elegan kini menggantung di telinganya, tampak aneh.     

'Tidak ada gunanya,' pikir si Penjaga Malam dengan jijik.     

Kemudian si pemuda berhasil keluar dari museum bersama kerumunan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.