Singgasana Magis Arcana

Menyingkirkan Bahaya



Menyingkirkan Bahaya

0Di mata Felipe, Professor masih berjuang untuk menyelamatkan sisa kehormatannya. Biar bagaimanapun, permintaannya tak bisa melukai Felipe. Felipe bisa menambahkan satu artikel dalam perjanjian yang menyatakan bahwa, para necromancer dan murid yang hadir tidak diperbolehkan memberitahu murid atau teman mereka mengenai identitas liaison di Sturk.     

Karena Felipe telah mendapatkan kemenangannya, dia memilih menjaga hubungan dirinya dengan Professor yang sekarang, daripada memulai pertikaian yang tidak perlu.     

"Baiklah." Felipe mengangguk. "Sesuai permintaanmu, Professor."     

Kemudian dia berbalik dan mengatakan pada seluruh necromancer serta murid yang hadir, "Di Sturk, yang dikenal sebagai Mutiara Laut Berkilau, ada bank yang bernama ShinyGold. Pemiliknya, Tuan Granneuvre, adalah salah satu orang yang bertanggung jawab atas pemerintahan rahasia di kota, juga merupakan liaison dari Kongres Sihir. Dia penanggung jawab dalam hal mengirim penyihir—dan beberapa penyihir murid yang beruntung—ke Allyn melewati jalur yang ditutup oleh Gereja."     

Setelah itu, Felipe melihat ke arah Professor dan mengedikkan bahu. "Sudah kutepati janjiku. Sekarang giliranmu, Tuan Professor."     

Lucien masih berpura-pura marah karena para necromancer dan murid di aula. "Kalian semua pasti akan merasakan penyesalan dari kebodohan kalian. Penderitaan kalian datang dari ketidak mampuan kalian karena tak bisa membedakan mana musuh dan kawan. Penderitaan kalian akan berlangsung selamanya."     

Orang-orang yang bersemangat karena eksperimen Professor tidak bisa meruntuhkan Teori Roh, tiba-tiba merasa takut. Mereka sadar kalau sepertinya mustahil jika ingin menyingkirkan Hand of Paleness saat ini.     

Walaupun banyak necromancer dan murid mulai merasa sangat khawatir pada apa yang akan mereka hadapi nanti, Lucien merasa kegirangan karena tak lama lagi dia akan keluar dari tempat berbahaya ini. Kemudian dia bisa menjauh dari Felipe, si necromancer gila.     

Dengan amarah palsunya, Lucien berjalan turun dari panggung, kemudian melewati kerumunan tanpa melihat ke arah necromancer dan penyihir murid.     

"Viscount Carendia, mohon izinkan saya untuk pergi terlebih dahulu." Lucien sedikit membungkuk pada sang pemilik tempat.     

Carendia mengangkat gelasnya sedikit. "Terima kasih, Tuan Professor, karena telah menunjukkan hasil penelitian terbaru dari Perguruan Elemen. Aku yakin dengan bakatmu, kau akan menjadi salah satu arcanis agung, cepat atau lambat."     

Lucien mengangguk di dalam tudungnya, namun tak mengatakan apapun.     

"Nied, tolong antarkan Tuan Professor," kata viscount.     

Saat Lucien akan pergi, viscount memanggilnya lagi.     

"Tuan Professor, aku punya pertanyaan untukmu," ujar viscount.     

Hati Lucien mencelos—apakah viscount merasakan ada sesuatu yang aneh?     

"Ya?" jawab Lucien setenang mungkin.     

"Aku menyadari ada bau samar yang familiar darimu, Tuan Professor," kata Carendia dengan nada berharap. "Aku penasaran, apakah kau kenal seorang pria yang nama belakangnya juga Carendia?"     

"Carendia bukan nama belakang yang langka," jawab Lucien bingung. "Aku tahu soal duke di Gusta yang nama belakangnya juga Carendia, tapi aku tak pernah bertemu dengannya. Kalau bicara soal Tuan Carendia yang kukenal secara pribadi ... ya, ada. Namanya Rhine Carendia."     

Karena Carendia adalah nama belakang yang sering dijumpai, Lucien tidak pernah menghubung-hubungkan sang viscount dengan musisi yang dikenalnya.     

"Rambut dan matanya perak?" tanya Nied yang biasanya pendiam.     

Lucien mengangguk. "Anda kenal dengan Tuan Rhine?" Dia penasaran apakah Rhine bukan manusia dan masih punya hubungan darah dengan viscount.     

"Ya, tentu saja." Sang viscount menghela napas. Tangannya menyentuh dahi. "Dia ... kalau menggunakan cara penyebutan yang dipakai oleh manusia ... dia adalah kakekku. Seperti yang kau lihat, dia sangat tidak bertanggung jawab, bukan?"     

"..." Tebakan Lucien benar. Tiba-tiba, dia merasa kalau viscount yang berdiri di depannya terlihat seperti cucu Rhine. Biar bagaimanapun, Lucien dan Rhine adalah teman.     

Melihat Professor mengenal kakek viscount, Felipe semakin yakin akan kekuatan besar dan level arcana Professor. Mengenai level kekuatan viscount dan kakeknya, Tuan Rhine, pasti setidaknya merupakan vampir tingkat atas. Sehingga, menjadi teman seorang vampir tingkat atas, orang itu pasti ada di level yang sama.     

"Bisakah kau memberitahuku, di mana kakekku sekarang?" tanya viscount.     

"Terakhir kali aku melihatnya, dia ada di Aalto." Lucien diam sesaat. "Lalu sekarang ... aku tidak tahu."     

"Terima kasih banyak, Tuan Professor. Karena kau mengenal kakekku, akan menjadi sebuah kehormatan besar bagiku kalau kau mau tinggal di kastel ini selama beberapa hari sebagai tamu," undang sang viscount dengan bersemangat.     

Hal terakhir yang ingin Lucien lakukan adalah tinggal di tempat ini. Setelah mengetahui siapa yang menjadi liaison di Sturk, Lucien tak bisa meminta hal lainnya.     

"Terima kasih, Tuan Carendia. Tapi saya tidak ingin tinggal di sini lebih lama. Lagipula saya juga masih ada urusan lain yang harus diselesaikan."     

"Baiklah kalau begitu." Carendia tersenyum. "Kuharap kita bisa bertemu lagi. Semoga bulan perak selalu bersamamu, Tuan Professor."     

Lucien mengangguk, kemudian mengikuti Nied keluar dari aula. Semua otot di punggungnya sangat tegang karena gugup. Lucien merasa sangat lelah, dan dia tak bisa menahan lebih dari ini.     

Melihat Professor pergi, Fatty menghela napas. "Kalau kita berpura-pura mendukung eksperimen Professor, kita mungkin tidak akan dipaksa masuk Hand of Paleness sekarang ..."     

"Kurasa ini hasil yang terbaik." Necromancer di depannya mengatakan, "Kalau Tuan Professor tetap bersikeras, apa yang akan kita hadapi sekarang mungkin pertarungan sihir yang sengit. Lalu jamuan ini akan sungguhan menjadi Jamuan Kematian."     

Para necromancer di atas panggung buru-buru bertukar pandang dan mengangguk. Mereka berencana bernegosiasi dengan Felipe tentang beberapa artikel di perjanjian sihir, untuk melindungi diri mereka sendiri, selagi Felipe sedang ada dalam suasana hati yang baik setelah mengalahkan Professor.     

Dengan senyum kemenangan di wajahnya, Felipe melihat Professor meninggalkan kastel.     

Namun, saat Professor benar-benar menghilang dalam kegelapan kastel, ekspresi Felipe berubah sangat murung dan kecut. Kedua tangannya yang berada di dalam kantong mantel sama-sama menggenggam erat.     

Walaupun dia—begitu juga dengan para necromancer serta murid yang hadir—tidak ingin mengakui bahwa karbamid adalah bagian dari makhluk hidup, penelitian Professor adalah penelitian yang mutakhir. Tidak sulit membayangkan Professor akan mendapatkan reputasi cepat atau lambat dari eksperimennya. Bahkan tren menciptakan bagian tubuh makhluk hidup atau bahan yang bisa menciptakan kehidupan dengan elemen mungkin akan merebak tak lama lagi.     

Felipe merasa kalau badai besar akan menerjang Teori Roh.     

Kemudian di kompetisi besar ini, dibandingkan dengan Professor yang merupakan penyihir muda, Felipe sudah ketinggalan.     

Dia harus mengejar Professor, kemudian menghancurkannya.     

...     

Setelah meninggalkan kastel, Lucien menyadari dirinya ada di gunung yang tak dia kenali. Dia tak bisa melihat bulan perak atau danau. Namun yang dilihatnya hanya pohon-pohon besar dan tinggi.     

"Kastel itu hidup, dan namanya adalah Amores, Tuan Professor," jelas Nied dengan hormat, karena Lucien mengenal count yang pernah dia layani sebelumnya. "Nyawa Amores berasal dari alkemi."     

"Oh..." Lucien mengangguk. "Saat aku menggunakan Oscilating Hand, aku pasti mengusik Amores."     

Sebuah jiwa alkemi dibuat dari jiwa spesifik, revenant, dan material lain, dan itu ditulis dalam Buku Necromancy. Meskipun Lucien mengerti konsepnya, tetap saja dia terkejut kalau ternyata seluruh kastel itu hidup.     

"Tidak masalah, Tuan Professor." Terdengar suara gumaman dari arah kastel. "Hanya sedikit gatal. Itu saja."     

Lucien tidak tahu bagaimana menanggapi kalimat Amores dengan baik. Sehingga dia hanya menaikkan sudut bibirnya, membuat senyum canggung di balik tudung.     

Kemudian dia mengangguk pada sang pelayan, dan berjalan ke hutan dengan langkah lebar yang tenang.     

Saat Lucien merasa dia sudah cukup jauh dari kastel, dan setelah dia menggunakan beberapa mantra Astrologi dan Sihir Elemen untuk memeriksa sekitar, Lucien mengubah dirinya menjadi kilatan sinar bulan, lalu mulai berlari secepat yang dia bisa.     

Lucien terus berlari. Dia tak tahu sudah sejauh apa dia berlari, dan sudah berapa belokan yang telah dilaluinya.     

Hingga subuh, Lucien akhirnya kembali ke tempat di mana dia menyembunyikan barang-barangnya sebelum menghadiri perkumpulan.     

Saat memakai baju dan membakar jubahnya, Lucien tiba-tiba menjadi lumpuh dan terjatuh di bawah pohon. Tangan dan kakinya terasa sangat lemas. Jantungnya masih berdebar kencang. Dia sadar kalau dia baru saja selamat dari salah satu situasi paling berbahaya yang pernah dia alami.     

Lucien berterima kasih pada ketenangan dan pengetahuannya. Tapi dia juga menyalahkan dirinya karena terlalu lengah dan tidak sopan.     

Setelah mendapatkan Sun's Corona dari magic lock dan menjadi penyihir sejati, setelah beruntung bisa mengacaukan rencana Habearo, Lucien tahu dia semakin menjadi petualang yang tidak sopan, dan itu sangat berbahaya di dunia ini.     

Dia benar-benar mendapat pelajaran kali ini.     

Namun, dia juga mendapatkan hal berharga: sekarang Lucien tahu siapa liaison di Sturk.     

Setelah beristirahat singkat, Lucien berdiri dan pergi menuju timur.     

Kali ini tujuannya adalah Sturk, Mutiara Laut Berkilau!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.