Singgasana Magis Arcana

Istana



Istana

0Di dekat danau, terdapat sebuah istana tua yang ditutupi oleh tanaman merambat yang tebal. Istana itu berdiri di sebelah tebing yang terjal. Menara-menara tinggi di istana besar itu sangatlah tinggi, bagaikan pohon-pohon cedar besar tua dalam kegelapan.     

Lucien menatap istana itu dari jauh. Kemudian dia menarik napas dalam-dalam kemudian meletakkan Ice Revenger dan Mo, cincin yang dulunya milik ibu Natasha, di tangan kirinya. Dengan hati-hati dia membalikkan kata 'Mo' yang terukir pada cincin menuju ke arah bagian dalam tangannya.     

Lucien menghadapi bahaya-bahaya yang tak diketahuinya, para penyihir serta necromancer yang kuat dan misterius. Oleh karena itu, dia harus memanfaatkan segala sesuatu yang dia miliki agar dapat melindungi dirinya.     

Lucien berusaha tetap fokus agar siap mengucapkan mantra sihir kapan pun. Jadi, dia perlahan-lahan berjalan keluar dari balik batu besar, tempat dia bersembunyi dan menuju ke istana yang suram.     

Angin malam yang sejuk di bulan Juni mengusir hawa panas di siang hari, dan lingkungan di sekitarnya tampak sunyi, kecuali bunyi kicauan jangkrik.     

Lucien sampai di depan gerbang kayu istana yang tebal dengan selamat. Kemudian dia mengangkat lengannya dengan tenang, lalu mengetuk gerbang itu.     

Setelah beberapa saat, gerbang besar tersebut perlahan-lahan dibuka. Lucien mendengar suara gesekan antara kayu dan tanah. Walaupun gerbang tersebut tampak terlalu berat untuk dibuka oleh dua hingga tiga pria dewasa, seorang pria tua yang mengenakan kemeja putih dan jas hitam itu dapat dengan mudah menarik pintu itu dan berkata kepada Lucien dengan bahasa standar benua, "Siapa Anda, Pak? Untuk apa Anda ke sini?"     

Lucien menjadi setengah lega karena orang yang membuka gerbang tersebut tidak mencoba membunuhnya. Oleh karena itu, dia menundukkan kepalanya dan berkata kepada pria tua itu dengan sopan, "Anda pasti kepala pelayan istana ya, Pak. Senang bertemu dengan Anda. Saya adalah seorang penyihir yang mengembara di Djibouti."     

Lucien berhenti sejenak, kemudian melirik ekspresi wajah pelayan tua itu, lalu melanjutkan perkataannya dengan serius, "Sekelompok perampok mencoba merampokku di luar kota Dragon Tooth, dan aku membunuh mereka semua. Aku terkejut ketika menemukan surat dari salah satu perampok. Surat itu mengundang semua penyihir, necromancer, dan penyihir tingkat murid untuk berkumpul dan bergabung di Festival Kematian juga bertemu dengan seorang penyihir dari markas besar Kongres Sihir. "     

"..." Pelayan tua itu menaikkan alisnya sedikit, tetapi tidak mengatakan apapun sebagai balasan, seolah-olah dia masih menunggu penjelasan Lucien yang selanjutnya.     

"Saya tahu, saya tak sopan karena langsung datang ke istana. Tetapi saya sangat beruntung karena penyihir tingkat murid yang dibunuh oleh para perampok, meninggalkan lokasi Istana Carendia di undangannya, atau saya tak akan pernah bisa menemukan jalan menuju ke istana ini. Mohon maaf atas ketidaksopanan saya," lanjut Lucien dengan sopan.     

"Bolehkah saya tahu, apakah simbol yang ada pada undangan itu?" Pelayan tua itu tetap sopan, seolah-olah dia baru saja berbicara dengan petualang tak dikenal, bukan berbicara dengan seorang penyihir jahat.     

Walaupun Lucien tahu bahwa pelayan tua itu mungkin tak dapat melihat wajahnya di bawah kerudung, dia tetap mempertahankan senyumannya, "Sebuah heksagram berwarna hitam."     

Pelayan tua itu sedikit mengangguk, "Saya akan melapor kepada Tuanku dulu."     

Pria tua itu memegang kandil berwarna putih, kemudian membalikkan badannya dan menghilang secara bertahap dalam kegelapan.     

Lucien terus menunggu dengan sopan di tempat dia berada, tanpa bergerak satu langkah pun. Setelah beberapa saat, ketika pelayan tua itu kembali, dia mengangguk pada Lucien, "Baiklah. Anda sangat sopan, Pak. Anda memahami rasa hormat."     

Lucien meletakkan tangan kirinya di dadanya dan sedikit membungkuk, "Terima kasih telah memaafkan ketidaksopanan saya, Pak."     

"Viscount Carendia ingin bertemu denganmu di ruang kerja. Tolong ikuti saya." Kepala pelayan itu mengingatkan Lucien, "Jangan jauh-jauh dari saya. Jangan sampai tersesat dalam kegelapan. Itu berbahaya."     

Kemudian, dia berbalik lagi untuk menunjukkan jalan kepada Lucien.     

Lucien mengikuti si pelayan tua, tetapi dia berkeringat karena gugup. Induk bintang takdir, intuisinya sendiri, dan juga Alert telah memperingatkannya dengan diam-diam bahwa terdapat banyak 'sesuatu' yang berbahaya dan misterius, sedang bersembunyi di dalam kegelapan, terutama ketika Lucien baru saja melangkah di istana dan ketika gerbang menutup di belakangnya.     

Lucien merasakan bahwa kegelapan di istana itu tampak 'hidup', hingga membuat bulu kuduknya berdiri. Namun, Lucien memutuskan untuk tetap diam dan tidak bertanya tetapi hanya mengikuti si pelayan tua.     

Ketika Lucien mulai merasa sedikit capek karena telah berjalan dalam kegelapan dalam waktu yang relatif lama, pelayan tua itu berhenti dan melongok ke dalam kegelapan. Dia mendorong tangannya ke depan dan membuka pintu.     

Setelah pintu tersebut terbuka, cahaya terang berwarna kuning keluar dari pintu itu dan menerangi kegelapan di area ini.     

"Silakan, Pak." Pelayan tua itu membungkuk sedikit dan dengan sopan mempersilakan Lucien agar masuk ke ruangan itu terlebih dahulu.     

"Terima kasih banyak, Pak." Lucien mengangguk, kemudian memasuki ruangan tersebut tanpa keraguan.     

Karpet berwarna kuning tua di ruang kerja itu tampak tebal dan mewah. Bahkan gantungan topi pun berwarna keemasan. Meja, rak buku, dan kursi-kursi terbuat dari kayu rosewood yang berharga. Berdasarkan macam-macam detail dari dekorasi ruangan, Lucien bisa mengetahui betapa borosnya pemilik tempat ini.     

Di sofa merah, di depan meja kopi, ada seorang pria muda yang sedang duduk. Dia memakai kemeja hitam dan mantel merah. Dia memiliki rambut pirang dan mata cekung, tampak serasi dengan senyumannya yang menarik. Garis dagunya terlihat, dia tampak tampan dan juga gagah.     

"Senang bertemu denganmu, Tuan Penyihir." Pria muda berambut pirang itu menyapanya tanpa berdiri dari sofa.     

"Tuanku, tolong jaga sikap mulia Anda." Pelayan tua yang sangat memperhatikan sopan santun itu berjalan dengan cepat ke bangsawan muda itu dan berbisik untuk mengingatkannya.     

"Senang bertemu denganmu, Viscount Carendia. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk bertemu dengan saya." Lucien membungkuk sedikit.     

"Lihat ... tamu itu tak keberatan aku duduk." Viscount menoleh ke pelayan dan tersenyum, "Tenang, Nied."     

"Jika sang count ada di sini, dia akan menjadi teladan bagi Anda untuk menjadi sosok bangsawan yang elegan dan mulia." Pelayan tua itu bergumam dengan suara rendah, kemudian berdiri di belakang viscount.     

"Ya ampun ... aku bahkan tak terlalu ingat dengan kakek. Bagaimana aku bisa mempelajari sikapnya?" Viscount sedikit menggosok dahinya. Kemudian dia menunjuk ke sofa di sebelahnya dan berkata kepada Lucien, "Silakan duduk. Nied memberitahuku alasanmu untuk datang ke sini, tetapi aku harus memastikan bahwa kau bukan mata-mata dari Gereja. Gereja memiliki banyak penyihir yang tunduk kepada mereka."     

Bahkan ketika dia sedang berbicara tentang kemungkinan identitas Lucien sebagai mata-mata dari Gereja, sang viscount masih terlihat santai.     

"Gereja tak akan pernah menjadikan saya sebagai mata-mata mereka." Lucien memberikan viscount jawaban yang sudah disiapkannya sebelumnya, "Saya memiliki nama samaran yaitu Professor."     

"Professor? Anda adalah Professor dengan peringkat No. 359 di Daftar Pembersihan?" Carendia berdiri tegak dan bertanya dengan serius. Viscount tahu dengan jelas bahwa semua nama yang tertera dalam daftar itu terdiri dari orang-orang yang kuat. Arcanist agung, archmage legendaris, para kardinal besar di utara, naga kuno, leluhur vampir, Pangeran Werewolf, keluarga Kerajaan Kuo-toa, dan para pemuka agama sesat, semuanya termasuk. Alasan dia mengetahui Professor dalam daftar tersebut adalah karena penyihir misterius ini adalah satu-satunya orang yang kekuatannya di bawah seorang kesatria cahaya.     

Lucien menghela napas lega dalam hati, merasa beruntung bahwa viscount benar-benar tahu aliasnya. Hal ini masuk akal juga karena, sebagai bangsawan, dia seharusnya memiliki akses melihat daftar ini.     

"Iya, saya adalah Professor." Lucien mengangguk. "Saya kembali sekarang, dari Aalto."     

"Bagaimana Anda dapat membuktikannya?" Carendia tersenyum licik di wajahnya, "Bahkan saya tidak berada dalam daftar. Kekuatan Anda pasti sangat mengesankan."     

"Bagaimana Anda ingin saya membuktikan kekuatan saya? Menghancurkan satu atau dua vas Anda di ruangan ini?" Lucien duduk di sofa sambil bertanya dengan nada bercanda.     

"Ha ... sebaiknya jangan." Viscount tertawa. "Saya mendengar bahwa Anda menciptakan sihir unik yang dapat langsung menghancurkan sebuah rumah. Saya juga tahu bahwa, bahkan di markas besar Kongres Sihir, tak ada mantra sihir serupa yang terdaftar."     

"Saya bisa menunjukkannya pada Anda." Lucien mengangkat bahunya dan menunjuk ke lantai istana, "Tapi di sini?"     

"Terserah Anda." Viscount duduk kembali di sofa dan matanya sedikit menyipit.     

Lucien berjalan ke dinding dan meletakkan kedua tangannya di atas dinding itu. Setelah menghitung kemungkinan terjadinya rentang frekuensi getaran di istana, Lucien mengirim beberapa gelombang sihir ke dinding dan merasakan umpan balik dari gelombang tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai frekuensi getaran di seluruh tempat ini supaya bisa menyesuaikan dengan kecepatan gelombang yang dia kirim.     

Tak lama kemudian, istana tua itu mulai bergetar. Meskipun getaran tersebut mudah dilihat, namun masih belum bisa menghancurkan seluruh tempat.     

Lucien menduga bahwa istana tua ini dilindungi oleh banyak lingkaran sihir yang kuat, bahkan The Professor's Oscillation Hand tidak dapat benar-benar merusaknya.     

Sebelum Lucien merasa sangat malu, Viscount bertepuk tangan di belakangnya, "Cukup, cukup, Professor. Saat ini saya tidak bisa membeli istana baru seperti ini."     

Mengambil kesempatan itu, Lucien melepaskan tangannya dari dinding dan berbalik, "Jadi, apakah saya lulus?"     

"Tentu saja." Carendia mempersilakan Lucien untuk kembali duduk. "Anda sudah tahu waktu dan lokasi pertemuan kami, Professor. Saya dapat meminta Nied untuk membuat undangan lain untuk Anda."     

"Boleh." Lucien mengangguk. "Bagaimana saya bisa mendapatkan informasi jika ada perubahan waktu atau lokasi?"     

Ketika Nied, yang semula berdiri di belakang viscount, berjalan menuju ke arah meja untuk membuat undangan baru, Viscount Carendia berkata kepada Lucien, "Kami memiliki dua situs rahasia di Korsor bagi para penyihir agar bisa meninggalkan tanda kode dan pesan untuk saling bertukar informasi. Setiap informasi mengenai perubahan pertemuan ini akan tersedia di sana. "     

Setelah memberitahu lokasi dua situs dan arti kode kepada Lucien, Viscount Carendia tersenyum kepadanya, "Saya menantikan kehadiran Anda, Professor. Jika Anda bisa datang satu hari lebih awal, walaupun saya tahu Anda pasti sangat sibuk, Anda dapat memiliki lebih banyak waktu untuk bertukar ide dan pemikiran dengan Pak Felipe, penyihir dari kantor pusat Kongres Sihir. Lagipula, Anda berdua adalah anak-anak muda. Anak-anak muda harus diberi lebih banyak waktu untuk berkumpul dan membuat kemajuan bersama."     

"Kami anak-anak muda?" Melihat viscount, Lucien kebingungan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.