Singgasana Magis Arcana

Di Menara Holm Royal Magic



Di Menara Holm Royal Magic

0Di lantai paling atas menara sihir di Allyn.     

Rogerio menghela napas panjang. "Penghargaan Holm Crown ... sungguh pemuda yang hebat. Pemenang termuda dalam sejarah..."     

Sambil bicara, tangan Rogerio menyentuh lehernya dengan lembut, seolah ada kalung jimat tergantung di sana. Dia sudah berusaha keras mengejar Penghargaan Immortal Throne selama bertahun-tahun, tapi ternyata bakatnya ada di sihir dan bukan arcana.     

"Di bahu raksasa ... bahu raksasa..." Adol, si undead, kini duduk di atas sofa sambil memegang segelas wine. "Mungkin ini bahkan ada di luar ekspektasi Professor, dan mungkin dia masih mengerjakan sintesis anggota makhluk hidup, berharap dia bisa memenangkan Penghargaan Holm Crown dan Immortal Throne. Ha, apa kalian mau mengakui penemuannya?"     

Kalau dilihat dari belakang, tak ada yang bisa mengatakan kalau Adol sebenarnya bukan makhluk hidup.     

Mereka telah menginvestigasi Richardson, penyihir satu-satunya yang masih berada di bawah tingkat senior dari pemenang penghargaan Holm Crown sebelumnya, dan mereka yakin dia bukan Professor.     

"Tergantung apakah saat itu nanti Professor, si raksasa, masih hidup atau tidak." Rogerio mendengus. "Selain itu, Felipe juga sudah mengalami kemajuan besar."     

Kemudian, dia menyuruh seseorang masuk dan berujar, "Awasi terus Lucien Evans X, sama seperti kau mengawasi Larry, Timothy, dan Ulysses. Terus kirim informasi padaku."     

Sekarang, Lucien menarik perhatian Hand of Paleness karena dirinya sendiri, bukan karena Professor. Makanya, dia sebenarnya aman sekarang, karena Hand of Paleness tidak akan membunuh seorang jenius—yang memiliki potensi besar dalam berbagai alasan—begitu saja tanpa alasan yang jelas. Dewan tertinggi juga tidak akan mengizinkan hal seperti itu terjadi.     

"Lalu beritahu orang itu ... untuk terus mencari Professor," tambah Rogerio. "Kami menjanjikan dia ritual sihir Lich Convert, dan kami selalu menepati janji."     

Sambil duduk di sofa, Adol mendengus. "Manusia bodoh..."     

...     

Di musim dingin yang membekukan, lampu di kedua sisi jalan terlihat lebih gelap daripada biasanya.     

Dengan membelah lapisan salju tipis di atas tanah, sebuah kereta kuda perlahan berhenti di depan Menara Holm Royal Magic, gedung paling tinggi di Distrik Bangsawan.     

Kusir itu membuka pintu kereta kuda dan berujar sopan, dengan cahaya kuning redup di tangannya, "Tuan Evans, Tuan Lazar, kita sudah sampai."     

Meski dia adalah orang biasa, sebagai orang yang disewa oleh Holm Royal Magic Academy sejak lama, dia sangat menghormati penyihir.     

Lucien menarik napas dalam dan menenangkan diri.     

Begitu mereka memasuki menara sihir, seorang pria paruh baya yang elegan menyapa mereka, "Selamat malam. Saya adalah pelayan Holm Royal Magic Academy, dan nama saya adalah Rodham. Dari apa yang disampaikan oleh Tuan Morris, saya akan membantu Anda untuk menemukan yang Anda butuhkan di sini, Tuan Evans. Omong-omong, apakah Anda akan menginap di sini?"     

Rambut pirang pria paruh baya itu bergaya pompadour dan dia terlihat sopan.     

Karena dalamnya hubungan hingga mengakar antara Holm Royal Magic Academy dan keluarga kerajaan seperti keluarga Hoffenberg, di tempat ini terdapat kesan hierarki yang kuat.     

"Salam kenal, Tuan Rodham." Lucien mengangguk singkat. "Bisakah Anda menunjukkan bagian di mana item sihir terletak? Saya butuh jubah sihir, dan, ya, kalau ada kamar kosong, saya dan teman saya mau menginap malam ini."     

"Saya tersanjung bisa melayani Anda," balas Rodham sambil tangan kirinya diletakkan di dada. "Sebagai pemenang penghargaan Holm Crown, Tuan Evans, Anda secara otomatis menjadi anggota terhormat di sini. Nanti saya akan memberikan Anda dokumen, dan Anda bebas menikmati apa yang ada di sini."     

Saat itu pukul 8 malam, jadi seluruh menara sihir sudah sangat sunyi. Sehingga suara langkah kaki Rodham, Lucien, dan Lazar terdengar cukup kencang.     

Di jam-jam seperti sekarang, sekelompok orang berjalan turun dari lantai dua. Pria tua yang memimpin di depan memakai jas jenis double-breasted berwarna merah dan jubah berwarna hitam, tampak sangat familiar bagi Lucien. Itu karena mata perak keabu-abuannya mirip dengan mata Natasha, dan dia bahkan tampak seperti versi laki-laki Natasha. Namun, pria itu terlihat kurus, pucat, dan sakit. Penampilannya sangat berbeda dengan tuan putri di Aalto, yang pipinya selalu merona.     

Setengah langkah di belakang pria tua itu terdapat pria paruh baya berambut coklat. Jas panjang elegannya agak kusut karena badannya yang besar. Sambil membawa tas kulit di bawah ketiaknya, terdapat senyum memuji di wajahnya yang tembam.     

"Yang Mulia." Rodham memberi salam pria tua itu dengan hormat.     

Pria tua itu adalah pangeran satu-satunya di Holm, Duke of Edenbo, Patrick Hoffenberg, kakak laki-laki Meredith dan paman Natasha.     

Lazar dan Lucien sedikit membungkuk, tapi tidak sehormat Rodham. Tidak ada sopan santun dan hierarki yang sangat ketat antara bangsawan dengan penyihir, kecuali bagi penyihir yang bekerja untuk bangsawan.     

Patrick mengangguk singkat. Begitu dia akan berjalan menuju gerbang, dia melihat cincin ungu muda yang berkilau di tangan kanan Lucien. Kemudian dia bertanya dengan suara serak, seolah dia sedang sakit, "Cincin Holm Crown? Apa kau Tuan Lucien Evans?"     

Alasan mengapa keluarga Hoffenberg adalah keluarga paling berpengaruh di Holm yang sangat mendukung perkembangan sihir, adalah karena berhubungan langsung pada fakta bahwa banyak anggota keluarga Hoffenberg merupakan penyihir, arcanis, dan bahkan arcanis agung yang berpengaruh. Makanya, Patrick jelas tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengenal pemenang penghargaan Holm Crown terbaru.     

"Benar." Lucien tersenyum. "Suatu kehormatan ketika nama saya diingat oleh Yang mulia."     

Patrick mengangguk puas. "Sepertinya nama itu, Lucien Evans, terdengar di mana-mana beberapa tahun terakhir ini. Salah satunya adalah musisi hebat, dan satunya lagi penyihir jenius, pemenang penghargaan Holm Crown termuda." Setelah terdiam sejenak, dia bertanya, "Apa kau akan bergabung dengan proyek penelitian dengan para druid?"     

"Benar." Lucien tak tahu kenapa Patrick bertanya padanya tentang itu.     

"Bagus," balas Patrick. "Mereka sudah memutuskan untuk menggunakan kota bernama Sariva untuk menjadi pulau utama proyek dan kota kecil milik keluarga kami. Meski di sana adalah daerah miskin, jangan khawatir, aku punya pengurus kota yang bisa menghiburmu."     

Tiba-tiba, kalimat Patrick disela oleh batuk parahnya. Batuknya sangat parah sampai dia kelihatan kehabisan napas. Patrick tidak menunjukkan tanda-tanda membaik sampai dia buru-buru meneguk ramuan sihir berwarna hijau muda dari botol kecil.     

Lucien tidak merasa 100% nyaman dengan antusiasme mendadak Patrick, tapi dia masih membalas dengan sopan, "Terima kasih banyak, Yang Mulia."     

Patrick kini tampak lebih baik. Dia sedikit mengangkat tangannya dan berujar, "Kejayaan keluarga kerajaan juga datang dari bantuan para penyihir."     

Setelah mengobrol santai secara singkat, jelas bahwa Patrick sedang tidak enak badan, jadi dia harus pergi. Sebelum itu, dia berujar pelan, "Natasha mengirimiku surat, dan dalam suratnya ada karya terbaru dari musisi berbakat, Moonlight Sonata..."     

Lucien agak terkejut. Dia bertanya-tanya apakah Patrick sudah tahu siapa dia sebenarnya. Namun, dia cukup bisa menebak hal ini setelah memenangkan penghargaan Holm Crown, karena dia menarik begitu banyak perhatian. Lucien juga tak pernah meremehkan kemampuan Gereja dan Kongres untuk mengumpulkan informasi. Kini dia hanya berharap Natasha mau menepati janjinya dan menjaga keluarga Lucien.     

Lucien merasa bahwa sudah waktunya mengirim surat pada Natasha setelah berhasil menyingkirkan pengawasan ketat dari Hand of Paleness.     

Setelah Patrick pergi, yang mengejutkan, pria paruh baya gendut kembali menghampiri Lucien. Dia berujar pada Lucien sambil tersenyum, "Anda adalah tuan Evans! Sungguh kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan Anda hari ini di sini. Saya yakin Anda pasti akan menjadi penyihir tingkat senior suatu hari nanti. Omong-omong, saya Arthur Doyle, presiden Union Bank of Holm Mining, seorang baron."     

Lucien bisa membayangkan kalau orang ini memiliki bangsawan penting yang menyokongnya di belakang. Kalau tidak, baron biasa tak akan punya kesempatan menjadi presiden Union Bank of Holm Mining.     

Setelah mengobrol singkat, Arthur menghela napas terharu. "Penyihir muda jelas lebih memiliki pemikiran terbuka. Bank kami selalu tertarik mengembangkan rute baru kereta uap sihir, apalagi beberapa kereta yang menuju ke pelabuhan. Tapi proposal kami tak pernah diterima oleh Komite Pengaduan. Saya benar-benar berharap kalau penyihir berbakat seperti Anda bisa bergabung dalam Komite Pengaduan di masa depan nanti, jadi kita bisa bekerja sama untuk mencapai sesuatu."     

Sambil berkata demikian, dia menyerahkan kartu namanya pada Lucien.     

Sikap Lucien terhadap Arthur tidak jelas. Dia tak antusias tapi juga tidak dingin. Setelah Arthur pergi, Lazar menghela napas. "Kau sekarang jadi orang penting, Lucien."     

"Aku tidak penting bagi mereka. Hal yang penting adalah keuntungan yang bisa mereka dapatkan dariku." Lucien tersenyum tapi menggeleng.     

Kemudian, sambil dibimbing oleh Rodham, Lucien dan Lazar naik ke atas.     

...     

Sebuah kereta uap sihir melaju dengan kecepatan penuh di lahan terbuka. Para druid di dalam kereta melihat ke luar jendela dengan mata dan mulut yang terbuka lebar.     

Di antara para druid itu, beberapa dari mereka adalah elf yang tampan, beberapa adalah manusia, dan beberapa adalah kurcaci dari ras lain.     

"Sungguh di luar bayangan! Produk alkemi ini..." ujar banyak druid. Produk alkemi yang mereka bicarakan adalah kereta.     

Namun, pemuda yang tampak seperti elf cantik di antara mereka terlihat kesal dan dia berujar pada temannya dengan suara pelan. "Orang-orang brengsek itu. Rel dan kereta seperti ini menghancurkan keseimbangan alam. Tanahnya menangis dan tanaman matinya mengutuk. Mereka akan tertimpa kesialan!"     

Elf perempuan muda di sana mengangguk. "Benar. Aku tidak paham mengapa para sesepuh bersikeras untuk bekerja dengan orang-orang kejam itu. Dia tidak mau mendengarkan bahkan ketika sesepuh lainnya menentang idenya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.