Singgasana Magis Arcana

Lingkaran Kedua



Lingkaran Kedua

0Ketika pintu lab dibuka, ruangan lab perlahan diterangi oleh cahaya jingga yang redup. Walaupun labnya tak semisterius dan semegah milik Prophet dan Maskelyne yang Lucien gunakan di magic lock, kebersihan, kerapian, dan jumlah peralatan di dalamnya tetap membuat Lucien kagum.     

K menunjuk ke salah satu platform tempat eksperimen. "Kau bisa menggunakan ini, Lucien ... Uh, rasanya aku seperti bicara dengan diriku sendiri. Aku juga akan melakukan eksperimenku."     

"Terima kasih, K." Lucien tidak bertanya apapun tentang eksperimen K, karena eksperimen seseorang selalu rahasia. Dari sanalah eksperimen bisa diplagiat.     

Sulit membuktikan kalau seseorang meniru hasil penelitian orang lain, kecuali isi pikiran orang itu bisa diperiksa dengan mantra tertentu. Namun, jika ada penyihir yang berani meniru, mereka seringnya punya kelompok kuat yang diam-diam mendukungnya dari belakang. Sehingga mereka bisa menghindari saat akan diperiksa ketika barang buktinya tidak mencukupi. Selain itu menemukan alasan untuk membuktikan seseorang tidak bersalah juga mudah.     

Hal yang lebih buruk adalah, beberapa penyihir rela membunuh orang lain yang hasil penelitiannya akan mereka curi dengan segala cara.     

Semua itu Lucien dengar dari Lazar. Ketika Lucien selesai mendengarnya, dia sangat terkejut.     

Batu mudah diciptakan, dan Lucien cukup pandai membuat ramuan. Setelah tiga kali percobaan, sebuah tabung berisi cairan berwarna coklat selesai dibuat.     

Karena masih punya sedikit waktu, Lucien mengeluarkan sebotol material yang sudah dimurnikan, dan akan mengujinya berdasarkan naskah penelitian yang dia baca. Saat itu, K, yang berdiri di belakang Lucien, berkata, "Kau punya eksperimen lain, Lucien?"     

"Ya?" tanya Lucien.     

"Aku tidak mencoba mencuri eksperimenmu, Lucien," ujar K pelan. Suaranya terdengar bisa dipercaya. "Tapi aku bisa memberitahumu cara untuk membuka kunci rahasia di lab ini. Kalau kau punya eksperimen mendesak yang harus dilakukan secepatnya, kau bisa menggunakan lab ini meski aku tak ada di sini."     

"Kau baik sekali, K. Aku masih baru di bidang Elemen, dan aku ingin melihat ciri-ciri semua elemen dulu sebelum melakukan eksperimen. Kau tahu, sebagai penyihir tingkat lingkaran pertama, aku tak bisa menemukan macam-macam karakteristik elemen menggunakan sihir. Makanya, melakukan eksperimen adalah cara paling baik bagiku." Lucien berbalik dan bicara pada K dengan tulus.     

Melihat K masih mengerjakan eksperimennya, Lucien memunggungi K lagi agar tak melihat apa yang dia lakukan.     

"Aku sangat paham hal itu. Aku akan memberitahumu cara memasuki lab ini nanti," ujar K sambil berdiri berpunggungan dengan Lucien. "Tapi, aku akan meninggalkan sekolah ini dalam beberapa bulan lagi. Jadi kau tak akan bisa menggunakan lab ini dalam waktu lama."     

"Kenapa kau pergi?" tanya Lucien bingung. Sambil bertanya, Lucien menyalakan lingkaran alkemi untuk mengubah elemen murni menjadi asap untuk menguji kepadatannya.     

"Tuan Larry dari kelompok kami, Will of Elements, menyukai naskah penelitianku sebelum ini, dan dia memberitahuku kalau aku menjadi penyihir tingkat menengah, dia akan meminta aku membantu beberapa penelitiannya. Akhir-akhir ini aku merasa akan naik tingkat, jadi aku ingin mendapatkan item sihir dengan memenuhi tugas yang diberikan kongres agar bisa membantu diriku naik tingkat." K tidak berniat menunjukkan pencapaiannya dan mencoba tetap rendah diri.     

Di antara generasi Will of Elements yang sekarang, Larry, murid Gaston, adalah orang paling menjanjikan yang akan berkembang menjadi penyihir tingkat senior. Saat ini Larry adalah arcanis level lima, penyihir tingkat lingkaran kelima, yang bahkan lebih kuat daripada Timothy atau Ulysses. Hanya enam atau tujuh penyihir dari kelompok dan organisasi lain yang bisa bersaing dengannya, termasuk Felipe—yang lebih muda darinya tapi sudah mendekati arcana tingkat lima.     

Lucien mengangguk singkat. "Selamat. Boleh aku lihat naskah penelitianmu?"     

"Masih belum diterbitkan. Naskahnya akan muncul di jurnal Elemen edisi depan. Para guru di sekolah bisa membacanya secara gratis." K agak malu. Dia tidak memberitahu Lucien judul naskahnya, tapi malah mengubah topik. "Kuharap kau bisa menyelesaikan eksperimenmu sesegera mungkin, Lucien. Karena saat aku sudah tidak di sini nanti, kau harus mencari tempat lain."     

Lucien terkekeh. "Tidak ada yang pernah bilang kalau ada guru di sekolah ini yang akan menerbitkan karyanya di jurnal Elemen. Kau sangat pintar menyimpan rahasiamu, K. Yah, aku akan berusaha untuk menyelesaikan eksperimenku tepat waktu. Kau orang baik, ya, K."     

"Bukan apa-apa. Kita memang sudah seharusnya saling menolong," jawab K sambil tersenyum.     

Sambil saling memunggungi, Lucien dan K terkadang mengobrol, tapi mereka lebih sering memakai waktu mereka melakukan eksperimen.     

...     

Saat Lucien kembali ke tempat tinggalnya, hari sudah subuh, dan Rock sedang tidur nyenyak.     

Karena dikelilingi dengan aroma bunga, keheningan saat pagi itu menenangkan jiwa Lucien. Lucien yang merasa sudah siap, membuka tabung kaca dan meminum ramuan berwarna coklat bernama Stone.     

Rasanya pedas, asam, dan pahit. Ramuan itu melewati mulut Lucien dan membakar tenggorokan serta kerongkongannya, membuat Lucien ingin muntah. Tapi di dalam tubuhnya, jiwa Lucien terasa tenang dan jadi kokoh.     

Ketika rasa ramuan di mulutnya menghilang, Lucien menutup mata. Dia langsung pergi ke dunia meditasi. Kesadarannya muncul di langit berbintang, di tempat di mana Bintang Induk Takdirnya bersinar. Sementara tiga kekuatan dasar, yaitu api, angin, dan air, muncul di dunia meditasi.     

Kesadaran Lucien terpisah dari jiwanya, dan mulai mengarahkan jiwanya. Garis-garis bercahaya keluar dari kekuatan jiwa Lucien dan mulai membangun model spasial yang cukup rumit.     

Karena modelnya tak mengandung teori matematika yang rumit—seperti kurva—dan dengan beberapa pengetahuan dasar baru dalam arcana, Lucien bisa menjalani seluruh prosesnya dengan lancar.     

Saat modelnya selesai, model tersebut menyemburkan cahaya menyilaukan yang menarik kesadaran Lucien kembali ke jiwanya dan menyelimutinya.     

Kali ini, Lucien menyadari perubahan samar yang terjadi di sekitarnya—di dunia meditasi ini!     

Titik cahaya warna-warni muncul di langit berbintang dengan tata letak yang misterius dan rumit. Setiap titik itu menunjukkan model yang tampak ribet. Kelihatannya model-model itu adalah mantra baru yang tak pernah Lucien temukan sebelumnya! Tapi, struktur model itu sangat kacau, dan ketika Lucien akan melihatnya dari dekat, kesadarannya dibanjiri oleh kekuatan spiritualnya sendiri yang dibawa oleh mantra tingkat lingkaran kedua di dalam jiwa Lucien, Mirror.     

Seperti perahu kecil yang mencoba sekuat tenaga untuk bertahan di amukan gelombang, seperti prajurit yang bertarung untuk harapannya, Lucien berusaha untuk tetap sadar dan mengontrol diri.     

Untungnya, kekuatan spiritual dan tekad Lucien yang luar biasa membuatnya lulus ujian itu. Sebuah kristal bersinar muncul di jiwanya, dan level kekuatan spiritualnya mencapai rekor baru.     

"Akhirnya ... aku jadi penyihir level dua," ujar Lucien pada dirinya sendiri. Setelahnya, Lucien mengaktifkan Mirror, dan sebuah klon muncul di sisinya.     

Mirror, sebuah mantra tingkat lingkaran kedua dari perguruan Ilusi. Sebelum mantra itu retak karena mantra deteksi—seperti beberapa mantra dalam Astrologi—mirror bisa melindungi si perapal sampai klon orang itu dihancurkan.     

Setelah menguji mantranya, Lucien melepas sihirnya dan melihat ke langit berbintang. Partikel warna-warni yang sebelumnya ada kini menghilang seluruhnya, seolah yang barusan hanyalah ilusi Lucien.     

Namun, Lucien yakin kalau itu bukan ilusinya, jadi dia menebak:     

Dunia meditasi diciptakan dan juga berefek pada pengetahuannya sendiri. Saat dia tahu lebih banyak kebenaran yang ada di dunia, maka hal yang muncul di dunia meditasinya pun akan semakin banyak.     

Lucien belajar bagaimana caranya mengatur elemen baru-baru ini. Meskipun beberapa elemen di sini berbeda dengan yang ada di dunia asal Lucien, dia masih bisa melihat urutan yang memungkinkan. Lucien mengira-ngira apakah itu penyebab mengapa dunia meditasinya berubah saat naik tingkat. Mungkin saa Lucien berhasil melengkapi tabel periodik elemen di dunia ini, partikel warna-warni itu akan berubah menjadi hal lain—katakanlah, sebuah sihir baru. Namun, Lucien tak tahu sihir macam apa yang akan muncul nantinya.     

...     

Haidler, menara utama Hand of Paleness, di sebuah ruangan gelap.     

"Tuan Rogerio, selamat sore." Felipe mengeluarkan tangannya dari dalam jaket dan membungkuk dengan meletakkan tangan kanan di dahinya. "Apa yang bisa saya bantu hari ini?"     

Felipe bersikap hormat, karena Rogerio bukan hanya salah satu pemimpin di Hand of Paleness, tapi juga merupakan anggota Komite Pengaduan yang dipimpin oleh dewan tertinggi.     

Rogerio—yang menggunakan jas hitam dan putih, kemeja yang bagian atasnya tak dikancing—tampak mirip dengan saat dia berada di Aalto, tapi sekarang ada tiga lencana di depan dadanya, yaitu lencana arcana level tujuh, lencana penyihir lingkaran kedelapan, dan lencana api hitam yang menandakan posisi sebagai anggota Komite Pengaduan.     

Tak seperti sebagian besar necromancer, Rogerio tampak lebih santai. "Bagaimana kemajuan eksperimenmu, Felipe?"     

"Tidak ada masalah, tapi masih butuh waktu." Felipe duduk di depan Rogerio.     

Rogerio mengangguk singkat, lalu menambahkan, "Aku punya beberapa berita ... tentang Professor."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.