Singgasana Magis Arcana

Keuntungan



Keuntungan

0Serpihan kayu berserakan di mana-mana. Kabin itu separuh hancur dikarenakan api dan petir. Jelas kalau pertarungan sengit telah terjadi di sini.     

Tom sangat terkejut saat menyaksikan pemandangan di bawah. Dia mengira kalau Lucien memiliki item sihir yang sangat kuat. Bahkan jika Lucien sudah menjadi seorang penyihir tingkat lingkaran kedua, sepengetahuannya, tidak mungkin bisa mengalahkan penyihir murloc karena Lucien penyihir yang tak pernah bergabung dengan kongres atau belajar arcana.     

Kemudian, saat Tom tersadar, dia berujar tegas pada Lucien, "Kuberi waktu 20 detik untuk membersihkan kekacauan ini dan periksa anak-anak. Serahkan sisanya padaku."     

Dua detik kemudian, Tom langsung berbalik dan berlari ke arah kabin kargo utama, yang mana terdapat suara kayu dipatahkan dari sana. Tampaknya para Kuo-toan sedang mencoba merampok dengan langsung memaksa masuk ke dalam kapal.     

Lucien mengangguk. Dia memahami perintah Tom.     

Sebagai orang yang harus membereskan kekacauan, dia harus bertanggung jawab membersihkan tempat ini. Dalam 20 detik, dia harus naik ke lantai atas dan bersembunyi dengan para murid juga, agar tidak ketahuan oleh kesatria dan pengawal kesatria yang datang.     

Lalu Tom yang akan menangani sisanya.     

Cahaya merah di sisik penyihir murloc menodai lantai dan kini terlihat semerah darah. Lucien tahu kalau itu adalah bahan yang bagus untuk membuat armor atau jubah sihir, dan untuk meningkatkan level pertahanan si pemakai serta kecepatan bergeraknya di bawah air.     

Namun, karena batasan waktu, Lucien tak punya waktu untuk mengambil sisik atau getah bening murloc.     

Lucien cepat-cepat mengambil tongkat coral dan mengambil dompet kecil yang tersembunyi di balik sisik besar penyihir murloc itu.     

Lucien kemudian merapal Force Wave dan mendorong tubuh murloc keluar dari kapal ke lautan luas.     

Setelah itu, Lucien berlari kembali ke kabinnya dan melihat tempat sempit itu dengan tenang. Karena pertarungan sengit dengan murloc, tidak ada bekas-bekas orang yang pernah tinggal di sana. Jadi dia melompat lagi, memegang sudut langit-langit yang rusak dengan tangannya, lalu memanjat ke lantai dua.     

Kemudian Lucien mulai mengumpulkan beberapa serpihan kayu dan kepingan besi untuk memperbaiki lantainya.     

Mantra tingkat murid, Repair.     

Ketika muncul cahaya redup, celah antara lantai yang rusak mulai menghilang. Sebagai penyihir sejati, Lucien bisa memperbaiki celah yang lebih besar sekarang. Dua puluh detik hampir habis, namun mantranya masih butuh waktu lebih.     

Kali ini, ledakan keras terdengar dari luar kabin, yang mana menutupi suara yang dihasilkan oleh sihir Lucien.     

Bersama dengan keheningan mendadak setelahnya, sekumpulan orang turun ke bawah dan bergegas memeriksa kabin kargo utama di sisi lain, tanpa memeriksa kabin tempat Lucien dan para murid berada.     

Biar bagaimanapun, dibandingkan dengan kabin kargo utama tempat Wave Stone tersimpan, sisi lain kabin tidak ada artinya bagi mereka.     

Di lantai atas, semua celah di lantai sudah diperbaiki. Lucien sudah siap bersembunyi. Dia berpikir pada dirinya sendiri kalau apa yang baru saja terjadi pasti merupakan kerugian besar bagi Granneuve. Sambil berpikir, Lucien melihat pintu kabin awak kapal diam-diam terbuka kecil. Ada beberapa pasang mata di belakang pintu.     

"Tuan Evans, sini!" Annick, Layria, dan Heidi menyeru ke arahnya secara bersamaan. Suara mereka terdengar senang dan lega.     

Lucien buru-buru masuk ke dalam kabin sempit dan mengunci pintu dari dalam.     

"Kerja bagus, kalian bertiga. Terutama kau, Annick." Lucien mengangguk pada mereka.     

Annick sedikit tersipu karena kalimat Lucien.     

"Kami membawa koper Anda juga, Tuan Evans," ujar Heidi bangga. Para remaja itu menunggu pujian dari mulut Lucien.     

Lucien tersenyum. "Terima kasih banyak. Saat ini kita ada dalam bahaya, dan kita semua harus tetap hati-hati. Sekarang aku harus memeriksa tongkat ini, jadi biarkan aku sendirian dulu agar bisa fokus."     

Sambil duduk di kasur yang berantakan, Lucien mulai memeriksa tongkat coral milik penyihir murloc itu.     

Karena tidak tahu apakah viscount dan pastor bisa mengalahkan murloc atau tidak, dan tidak tahu apakah kapal ini akan tenggelam atau tidak, Lucien harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk membuat dirinya jadi semakin kuat. Mungkin tongkat itu akan menjadi benda yang bisa menyelamatkan nyawanya di detik-detik terakhir.     

Ketiga murid itu mengangguk serius. Mereka memiliki rasa tanggung jawab untuk melindungi guru mereka sekarang.     

Perlahan, kilat dan suara petir mulai menghilang, dan tampaknya pertarungan juga berakhir.     

Lucien membuka mata.     

Lucien tak butuh waktu lama untuk menganalisis tongkat itu, karena dia sudah berhasil menganalisis beberapa mantra tingkat lingkaran kedua. Kini tongkat itu jadi miliknya.     

Tongkat coral itu merupakan item sihir level dua tingkat tinggi bernama Amboula. Penggunanya bisa bernapas di bawah air dan merapal Lightning Ball serta Acid Bubble, yang mana keduanya sama-sama mantra tingkat lingkaran kedua, tiga kali dalam sehari. Selain itu, tongkatnya membantu si pemilik untuk berkonsentrasi dan mengakumulasikan kekuatan spiritualnya ketika mantra dirapal. Juga bisa digunakan untuk mencari posisi musuh, apalagi saat dia merapal mantra pengendali pikiran.     

Tongkat itu terbuat dari coral yang tumbuh di dekat altar Penguasa Laut, Amboula, dan merupakan tongkat umum bagi para Kuo-toan.     

"Seseorang yang diberkahi oleh Penguasa Laut punya kekuatan air," Lucien bergumam pada dirinya sendiri saat dia selesai menganalisis item sihir itu. Itu adalah pesan yang ditinggalkan oleh pembuat tongkat.     

Sambil memegang tongkat itu di tangannya, Lucien menyadari kalau kekuatan spiritualnya menjadi semakin terpusat. Dia senang kalau dia akhirnya punya tongkat sebagai penyihir.     

Bahkan jika kapalnya karam, dia bisa bernapas di dalam air.     

Kali ini, sebuah suara kencang datang dari dek.     

"Para murloc sudah dikalahkan. Untuk para kesatria dan prajurit, jangan biarkan satu pun dari mereka kabur. Pastor, perbaiki kapalnya."     

Itu adalah suara Viscount Wright.     

Meski dia berkata demikian untuk menenangkan orang-orang di kapal, hanya dia dan para kardinal yang tahu apakah murloc itu telah dikalahkan atau pergi sendiri setelah mendapatkan batu.     

Ketiga murid menghela napas lega.     

Suasana hati Lucien kini sedang sangat baik. Dia membuka dompet kecil abu-abu yang dia ambil dari penyihir murloc.     

Begitu dompetnya dibuka, kekuatan laut yang sangat kuat keluar dari sana. Lucien melihat enam permata berwarna biru gelap di dalam sana, dan masing-masing dari mereka seukuran ujung jari. Enam permata itu diselimuti oleh riak cahaya.     

Itu adalah Wave Stone kualitas tinggi, sepuluh kali lipat lebih berharga daripada yang biasa. Mereka tidak hanya bisa digunakan sebagai material utama untuk membuat item sihir tingkat menengah, tapi juga untuk membuat item sihir tingkat tinggi. Batu-batu itu merupakan penghargaannya. Lucien sangat senang.     

Kali ini, dia menyadari kalau ada selembar catatan di dasar dompet.     

"Apa ini?" gumam Lucien.     

Setelah menyuruh tiga murid itu untuk mengamankan tempat, Lucien diam-diam membuka catatan itu.     

'Kumpulkan Wave Stone dalam jumlah banyak dan bawa mereka ke area laut yang ternoda. Kita butuh lingkaran sihir yang sangat kuat untuk membukanya.'     

Di bawah kalimat itu terdapat peta sederhana untuk mengarahkan seseorang menuju area 'ternoda'.     

Begitu lembaran catatan tersebut disalin oleh Lucien di perpustakaan jiwanya, dia cepat-cepat menghancurkan catatan itu.     

Lucien tak pernah dengar apapun yang berhubungan dengan area laut ternoda. Tampaknya si penyihir murloc itu pun tak tahu di mana tempatnya berada.     

Berdasarkan peta, tampaknya area itu adalah bagian dari Selat Storm.     

Namun, Lucien tidak yakin, karena catatan itu ditulis dalam bahasa murloc, dan Lucien hanya bisa memahami sebagian saja.     

"Tuan Evans, pertarungannya sudah selesai," ujar Annick.     

Lucien mengambil tongkatnya dan mengangguk. "Kita akan lihat, Tom ingin kita melakukan apa."     

Begitu dia menutup dompetnya, Lucien menyadari kalau kekuatan Wave Stone juga menghilang disaat bersamaan.     

Dia penasaran apakah dompet itu merupakan item sihir juga atau bukan, jadi Lucien diam-diam merapal Identification untuk memeriksanya.     

Dompet itu rupanya item sihir level murid bernama Dompet Kuo-toan, yang mana bisa menyamarkan gelombang sihir.     

Lucien agak kecewa. Dia pikir benda itu adalah sesuatu yang lebih baik.     

Kali ini, suara Tom terdengar, tapi dia tak bicara pada Lucien dan para murid.     

"Apa yang kalian lakukan di sini?"     

Suara Tom keras, sengaja dikeraskan.     

"Para kardinal meminta kami untuk memeriksa kabin di bawah dan memperbaiki lingkaran sihir suci." Seseorang menjawab dengan nada yang sedikit arogan.     

Wajah ketiga murid langsung berubah pucat, dan mereka semua menjadi sangat ketakutan lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.