Singgasana Magis Arcana

Kebencian



Kebencian

0Ketika Lucien mengaktifkan monocle-nya, sebelum dia mencoba menghubungi Tuan Gaston lagi, dia tiba-tiba merasakan kekuatan sihir yang sangat besar dan tanpa sadar merapal Maskelyne's Star. Bola kristal yang baru saja Lucien ambil dari lantai melayang ke udara di atas kepalanya, kemudian dikelilingi dengan 12 bola cahaya.     

Charlie lebih lambat daripada Lucien, tapi tidak terlalu lambat. Tangan raksasa yang terbuat dari medan gaya melingkupinya lagi.     

Namun Susan benar-benar kebingungan. Tanpa perlindungan dari Sandra, dia tidak tahu apa yang bisa dia lakukan. Dia hanya melihat percikan listrik yang ada di depan dada Sandra bertarung melawan gerombolan asap hitam. Dengan sangat cepat, asap hitam itu pergi menjauhi Sandra.     

Begitu asap hitamnya menjauhi tubuh Sandra, beberapa kepingan besi di lantai di depan Sandra berubah gosong.     

"Iblis itu masih ada di sini!" Suara Sandra diliputi ketakutan. "Aku nyaris dikendalikan olehnya!"     

Bagian kerah mantel sihirnya terbakar sebagian oleh kekuatan besar, dan kalung jimat cacat yang dikenakan Sandra jatuh ke lantai dengan suara nyaring.     

Para penyihir telah membunuh iblis itu dua kali, dan mereka telah memperlihatkan mantra terkuat mereka. Tapi iblisnya masih ada di sana! Sandra yang berpengalaman saja, punggungnya masih basah oleh keringat.     

Dengan bola seperti bintang yang berputar di atas kepalanya, Lucien melihat ke sekitar dengan waspada, dan dia mencoba menghubungi Gaston lewat monocle. Namun tetap tidak tersambung.     

Charlie merapal Lesser Mind Connection dan menyambungkan keempatnya bersamaan.     

"Kita harus meninggalkan tempat ini!" Susan berada dalam keadaan syok lagi. "Dia tidak bisa mati!"     

Lucien tetap tenang dan dia membuat analisis cepat. "Kita pikir iblis yang dipanggil oleh Bertren butuh kompor arang sebagai medium untuk terus kembali, dan sekarang kita tahu itu tidak benar. Tuan Bertren memahami arcana, dan arcanis seperti itu tidak akan mencoba ritual semacam itu. Pasti ada orang lain yang memanggil iblisnya!"     

"Bill..?!" Charlie membalas cepat, meski dia merasa sangat lelah. "Dia adalah satu-satunya orang yang masih hidup di kastel ini."     

"Tidak mungkin," ujar Sandra. "Aku sudah memeriksanya dengan Charm Person—tunggu ... kecuali..."     

"Apa?" tanya Charlie.     

"Kecuali iblis itu membantu Bill ... Kecuali iblis itu menghapus sebagian ingatannya!" gumam Sandra.     

Mendengarnya, Susan tiba-tiba berhenti menangis. Dia terkejut.     

"Susan mengatakan bahwa Bill sering ditindas oleh murid lainnya, dan benak anak itu pasti dipenuhi dengan kemarahan serta kebencian. Dia ingin balas dendam, tapi dia tidak tahu banyak tentang arcana, jadi dia memutuskan mencoba melakukan ritual kejam itu—tak peduli sekonyol apa ritualnya di mata murid lain." Lucien mengangguk. Dia kemudian berbalik ke arah Susan dan bertanya padanya lewat hubungan telepati, "Apa Bill pernah baca Fabel Penderitaan?"     

Susan mengernyit, berusaha mencari jawaban dari ingatannya. Kemudian matanya tiba-tiba terbuka lebar. "Ya! Bill ... Bill bilang padaku kalau membaca Fabel Penderitaan membuatnya semakin punya tekad belajar arcana!"     

"Ayo," ujar Lucien tegas. Kali ini, mereka harus benar-benar membunuh iblisnya sebelum dia mendapatkan kekuatan lagi dari Bill.     

Bill hanya berbohong. Dia mengecoh mereka menuju ruangan pemanggilan untuk memberikan waktu pada si iblis!     

Dalam formasi bertarung, ketiga penyihir itu menuju ke aula murid. Susan mengumpulkan seluruh keberaniannya dan mengikuti Sandra.     

Lucien, seperti biasa, masih merasa ada sesuatu yang mencurigakan. Dia bertanya-tanya kenapa saat mereka masuk ke dalam ruangan pemanggilan, mereka memang melihat si iblis keluar dari kompor arang. Tapi dia tidak punya waktu untuk mencari jawabannya sekarang.     

Mereka bergerak sangat cepat agar tidak memberikan iblis itu waktu untuk bangkit kembali. Dalam perjalanan kembali, tidak ada tangan pucat yang mengerikan atau menjijikkan, juga lidah berdarah, yang berarti iblis itu masih memulihkan kekuatan!     

Ketika mereka kembali ke ruangan rahasia, mereka melihat mata patung tembaga itu membengkak. Kemudian banyak mata dengan bola mata hitam tapi pupil putih sedang memenuhi pintu dan tembok terdekat.     

Melihat Dinding Mata Iblis belum terbentuk secara sempurna, ketiga penyihir itu sedikit lega, karena mereka tahu mereka kembali tepat waktu. Saat ini, si iblis pasti sangat lemah!     

Itu adalah kesempatan baik!     

Setelah bertukar pikiran dengan cepat lewat hubungan telepati, mereka menyusun taktik bertarung dalam beberapa detik. Kemudian Lucien melemparkan bola api besar dengan kuat tepat di pintu ruangan rahasia.     

Sebelum Lucien melempar bola api, dalam sekejap, Charlie merapal Staring di depan Dinding Mata Iblis yang mulai terbentuk. Begitu mata-mata itu melihat pantulan mereka di cermin, dinding mata mengerikan itu roboh bersama dengan cermin.     

Jadi, bola api besar milik Lucien langsung mengenai pintu ruangan rahasia.     

Lingkaran sihir pertahanan di dalam ruangan hancur lapis demi lapis karena ledakan yang terjadi. Kemudian pintu batu juga meledak menjadi bongkahan batu dan serpihan. Setelahnya, tongkat sihir ungu milik Sandra menerangi seluruh ruangan dengan Arcana Light.     

Dalam cahaya itu, Bill setengah berlutut di lantai ruangan, di mana debu dan asap ada di mana-mana.     

Mata Bill yang menatap ke arah penyihir itu dipenuhi dengan kebencian dan kemarahan yang besar. Namun ada senyum mengerikan di wajahnya yang terdistorsi. Ototnya terus membesar dan kulit serta seragam muridnya sobek. Seluruh tubuhnya ditutupi dengan otot bengkak dan darah, bahkan nadinya bisa terlihat. Di antara otot dan nadinya, belatung putih sedang menggeliat. Beberapa bahkan keluar dari mulut, hidung, mata, dan telinganya!     

"Bill? Kau.." Susan terkejut. Dia pikir Bill yang memanggil iblisnya. Tapi sekarang, melihat pemandangan di depannya, dia sadar kalau iblis itu adalah Bill sendiri.     

Sebuah dinding transparan muncul di depan Bill. Di dinding itu melayang simbol sihir hitam yang aneh dalam jumlah banyak. Dia tertawa keras. "Mereka menamparku! Mereka mengejekku! Tapi saat aku lihat mereka ketakutan dan putus asa saat aku membunuh mereka, aku sadar mereka hanya tikus kecil kotor menjijikkan yang penakut! Lihat, hanya sebuah tekad kuat bisa memberimu kekuatan, dan kekuatan datang dari penderitaan! Penderitaan telah membangkitkanku!"     

Kalimatnya nyaring.     

Dua tembakan cahaya putih langsung mengenai dinding transparan, dan beberapa simbol sihir mulai menghilang. Mereka tak mau membuang waktu dengan mengobrol tentang hal-hal sepele dengan Bill, tapi langsung menggunakan mantra Medan Gaya tingkat lingkaran ketiga bernama Dispel Magic, yang punya kesempatan untuk menghilangkan sihir buff atau gaya pertahanan dari target.     

Disaat bersamaan, tiga Maskelyne 's Star di atas kepala Lucien bertabrakan dengan tiga bola lainnya. Kemudian cahaya menyilaukan meledak, yang mana meningkatkan keberuntungan Charlie dan Sandra untuk memaksimalkan kekuatan Dispel Magic mereka.     

"Itu bukan kekuatan! Itu iblis!" Susan menangis.     

Bill tertawa. "Bukan, ini bukan iblis. Ini adalah diri kita! Kebencian, cemburu, serakah, kemarahan ... Kita semua memiliki ini!"     

Sambil tertawa, bibirnya jatuh dan memperlihatkan giginya. Sementara matanya berubah merah.     

Dinding tembus pandang itu telah dihancurkan. Tentu saja, kekuatannya belum kembali, bahkan sedikit pun.     

Begitu dindingnya menghilang, Charlie dan Sandra mengaktifkan item sihir mereka dan merapal ulang Dispel Magic!     

Lapisan asap hitam di tubuh Bill menghilang karena mantra Charlie, kemudian kumpulan asap mulai keluar setelah mantra Sandra mengenainya!     

Tangan kanan Lucien kini dilapisi dengan cahaya ungu, seolah dia sedang memegang matahari ungu yang kecil. Dalam sekejap, titik cahaya berwarna emas, perak, hitam, putih, ungu, dan lain-lain mengitari Bill, dan mereka mulai berputar dengan kecepatan tinggi di sekitarnya seperti pusaran tak terkendali. Pusaran itu mencabik-cabik tubuh Bill sampai terpisah!     

Monster itu mungkin memang berasal dari roh murni, tapi Bill tidak! Bill tetap terbuat dari elemen!     

Itu adalah saat yang tepat untuk melancarkan serangan terakhir!     

Pusaran itu semakin besar, dan cahayanya juga semakin terang. Seluruh ruangan dipenuhi dengan cahaya menyilaukan.     

Lucien merasakan sakit yang amat sangat dalam dada dan kepalanya. Jiwanya sangat lemah, dan kekuatan spiritualnya tercerai-berai. Dia bahkan tidak bisa membuka mulut untuk bicara dan hanya menyandarkan tubuhnya di rak.     

Saat itu, Charlie datang membantunya. Dengan menggunakan Mage Hand, Charlie meminumkan ramuan sihir bernama Water Song pada Lucien.     

Sandra yang ada di depan menatap Bill lekat-lekat sambil melindungi Lucien dan Charlie.     

Ketika pusarannya menghilang perlahan, ruangan itu hancur sepenuhnya. Lewat beberapa lubang besar di lantai, mereka bisa melihat aula di lantai bawah.     

Tidak ada yang tersisa dari Bill kecuali bekas terbakar di lantai.     

"Apa kita ... berhasil membunuhnya?" Sandra sedikit ragu. Saat dia melihat ke luar jendela, kabutnya hilang, dan matahari terbenam di sana tampak indah.     

"Entahlah. Tapi setelah kabutnya hilang, kita harus menghubungi Tuan Gaston," ujar Lucien. Dia merasa lebih baik setelah meminum ramuan, meski dia masih bisa merasakan sakit dalam jiwanya. Setelah mencoba sekuat tenaga, Lucien mengaktifkan Electromagnetic Message.     

Water Song jelas ramuan penyembuh paling ampuh bagi penyihir tingkat menengah. Namun saat ini Lucien hanya bisa mengaktifkan item sihir, tapi tak bisa merapal mantra.     

"Tuan Gaston?"     

Setelah beberapa detik, suara kakek-kakek Gaston terdengar lewat monocle, "Ada masalah, Lucien?"     

"Iya. Seorang iblis." Lucien memberitahu Gaston secara singkat apa yang terjadi di sana. Selama itu, dia jadi sedikit tenang.     

Setelah hening beberapa saat, Gaston berujar, "Kalian cari ruangan yang aman. Masuk ke sana dan pasang lingkaran sihir perlindungan di sekitar sana. Tetap di dalam ruangan dan tunggu penyihir tingkat senior terdekat untuk datang ke sana."     

Mendengarnya, mereka merasa semakin lega. Mereka mulai menuju ruangan kendali lewat koridor lain dari aula murid dan menunggu di sana.     

"Ya, Tuan Evans?" Melihat Lucien mengernyit, Charlie bertanya, "Apa ada yang salah lagi?"     

Lucien mengangguk. "Iya, sesuatu ... Aku hanya berpikir, kenapa iblis itu menyerang Sandra dan memperingatkan kita sebelum dia pulih sepenuhnya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.