Singgasana Magis Arcana

Iblis yang Sesungguhnya



Iblis yang Sesungguhnya

0Di hari Jumat minggu itu, setelah para arcanis menyelesaikan sarapan, mereka memasuki aula dengan berkelompok. Berdasarkan kalimat Raventi, mereka akan bisa melihat hasil eksperimen hari ini, atau setidaknya besok, yang mana membuat mereka sangat penasaran.     

Selama tujuh hari, para arcanis memang mengamati reaksi di dalam peralatan itu menggunakan cetakan sihir yang mereka pasang. Namun, tidak ada hal spesial yang terjadi di sana. Tidak ada hal baru selain air murni yang menguap, lalu petir yang menyambar campuran gas, atau uap air yang menjadi air lagi.     

Semuanya sederhana dan biasa.     

"Apa yang akan kita lihat? Sejujurnya, aku sangat penasaran." Seorang necromancer dari Hand of Paleness yang baru saja membangun ulang dunia meditasinya berujar dengan cukup bersemangat.     

Necromancer perempuan lain yang memiliki alis pirang, sedikit menekan kedua bibirnya. "Jason, sebenarnya, aku tidak menantikan apapun. Aku tidak melihat hal istimewa dalam eksperimen itu, dan tidak mungkin eksperimen sederhana seperti itu bisa menciptakan lingkungan di mana bisa melahirkan kehidupan. Kenyataannya adalah, pada saat itu, ada banyak faktor yang terlibat daripada yang bisa kita bayangkan!"     

"Lily, aku tahu ... Aku juga sudah melihat petir itu cukup lama sampai aku merasa kalau petirnya ada di depan mataku sekarang," jawab Jason bercanda. Kalimatnya benar, karena banyak arcanis yang mempelajari eksperimen dengan menggunakan fenomena alam juga mengatakan hal yang sama.     

Lily mengusap matanya sejenak. "Aku tahu, tapi tetap saja tidak berarti itu jadi hal spesial."     

Saat mereka mengobrol, seseorang yang familiar terhadap mereka berdua berjalan ke arah mereka. Pria itu memiliki rambut beruban, wajahnya keriput, dan mata biru yang lembut.     

"Selamat pagi, Jason, Lily," salam si penyihir tua.     

"Pagi, Vern." Lily dan Jason mengangguk sambil tersenyum.     

"Nona Lily, boleh aku minta tolong sesuatu?" ujar Vern dengan nada tulus. "Maukah kau bertukar tempat duduk denganku? Karena aku ingin mengobrol dengan Jason tentang beberapa pemikiranku tentang Teori Vitalitas."     

"Kenapa? Itu teori yang sudah dipatahkan, 'kan?" Lily bingung, dan dia tidak mau duduk di antara kerumunan penyihir elemental.     

"Sebenarnya, aku tidak berpikir demikian," kata Vern serius. "Bisakah kau menyangkal keberadaan vitalitas dan jiwa?"     

"Tentu tidak. Kedua hal itu adalah dasar dalam perguruan Necromancy. Menyangkal keberadaan vitalitas dan jiwa sama saja menyangkal keberadaa dan nilai kita," jawab Jason mantab. "Itu hanya Teori Vitalitas yang dipatahkan, dan itu tak ada hubungannya dengan pembelajaran tentang jiwa dan kehidupan. Kita diarahkan ulang dari pembelajaran yang salah di masa lalu tentang bagaimana cara membuat tubuh manusia. Tapi teori lain di perguruan Necromancy, apalagi yang tentang jiwa, mereka masih baik-baik saja dan kokoh."     

Dalam kepercayaan mereka sebelum ini, necromancer percaya kalau manusia, elf, dan naga itu superior daripada makhluk elemental dan alkimia lain karena makhluk alkimia tak punya vitalitas yang ada dalam tubuh mereka. Makanya, mereka percaya kalau hanya bahan dari makhluk hidup yang bisa digunakan untuk menciptakan tubuh manusia, sampai teori itu dipatahkan oleh Lucien dan Felipe.     

Vern menggeleng. "Apa yang sudah disintesis sejauh ini masih belum bisa disebut 'bahan kehidupan paling mendasar', jadi aku tidak akan bilang kalau Teori Vitalitas benar-benar telah berakhir. Kalian berdua harus melihat kecantikan luar biasa yang tersembunyi di dalam tubuh manusia, dan betapa mengagumkannya struktur tubuh manusia. Kita masih menghadapi banyak rahasia tubuh manusia yang belum dipecahkan. Jika Teori Vitalitas benar-benar salah, bisakah aku menarik kesimpulan kalau seseorang bisa hidup selamanya bahkan tanpa kotak jiwa, atau memisahkan jiwa seseorang, atau mencari tubuh selanjutnya?"     

"Oh ... di atas Arcana. Aku bisa lihat kalau kau sangat mendalami Teori Vitalitas, Vern. Aku bahkan tak sepaham dirimu." Lily mengusap dahinya, karena isi kepalanya mulai berantakan. "Aku butuh waktu sejenak. Aku percaya rahasia tubuh manusia, tapi aku juga percaya pada hasil eksperimen Felipe. Silakan bicara pada Jason, Vern."     

Di atas Arcana adalah sebuah ekspresi yang sering digunakan penyihir untuk menunjukkan kekaguman atas sesuatu atau menunjukkan kesopanan.     

Kemudian Lily berjalan ke kerumunan penyihir elemental dan duduk di antara mereka. Setelah berpikir sendiri selama beberapa saat, Lily menarik kesimpulannya sendiri: jelas bahwa Teori Vitalitas itu salah, tapi bukan berarti kalau semua rahasia tubuh manusia telah terpecahkan, dan dibutuhkan lebih banyak hal yang harus dilakukan untuk menjelajahi bidang itu lebih jauh. Saat ini, Lily hanya ingin tetap berpikir secara terbuka, yang dianggapnya bahwa itu adalah sikap terbaik.     

Vern duduk di kursi Lily. Saat dia bicara dengan Jason, matanya fokus pada Felipe yang duduk tiga deret di sebelah kiri depannya.     

Hari ini atau besok akan menjadi kesempatan terakhirnya. Untuk membela keagungan Tuhan, Vern siap mengorbankan dirinya. Namun, di antara necromancer yang dia kenal, hanya tempat duduk Lily yang paling dekat dengan Felipe. Tapi kursi ini masih belum cukup kalau Nicolay mau mengerahkan serangan ke arah Felipe dan membunuhnya dengan satu serangan. Nicolay harus—saat waktunya tiba—mengemban risiko melangkah lima sampai enam langkah lebih jauh melewati celah sempit di antara tempat duduk untuk membunuh Felipe.     

"Semoga gerbang Mountain Paradise terbuka untukku." Vern membuat tanda salib dalam pikirannya.     

...     

Tak lama kemudian, seluruh arcanis yang diundang telah hadir. Lalu hari ini, Larry lah yang naik ke atas panggung.     

Wajah bulat Larry dipenuhi dengan semangat, kemudian dia bicara pada semua orang di aula dengan nada lebih tinggi daripada biasanya. "Kami menemukan relasi yang luar biasa antara konsentrasi dan daya konduksi larutan dari pertanyaan Lucien. Sehingga aku berpikir: bagaimana kalau kita mempelajari hal lain daripada larutan? Bagaimana kalau kita mempelajari air murni? Kira-kira bagaimana daya konduksi air murni..."     

Karena fakta bahwa air memiliki daya konduksi merupakan pengetahuan umum, sebagian besar arcanis mengabaikan arahan itu. Meski mereka bisa membuat air murni dengan mengombinasikan oksigen dan hidrogen bersamaan, mereka tak pernah berpikir melakukan itu. Mereka merasa agak ragu setelah mendengar kalimat Larry.     

Larry mulai membuat air murni untuk menguji daya konduksinya. Ketika percikan listrik terus muncul di reaktor, lingkaran sihir di bagian bawah air murni untuk menguji arus sebenarnya tak mendeteksi apapun. Seluruh wajah penyihir tampak bingung tapi juga terkejut, karena apa yang mereka anggap sebagai nalar wajar, lagi-lagi, dipatahkan.     

Ketika airnya mulai menggelembung, Larry menyelesaikan eksperimennya. "Seperti yang kalian lihat, sebelum air murni dipecah menjadi hidrogen dan oksigen, airnya tidak memiliki daya konduksi. Sehingga kami bisa membuat asumsi bahwa hal semacam substansi alkimia yang larut dalam air lah yang mengubahnya menjadi punya daya konduksi. Aku tidak yakin apa itu, tapi kita bisa lihat dulu pada sihir tingkat lingkaran keempat yang kuciptakan berdasarkan eksperimen ini—Larry's Water Shield, yang bisa bertahan secara efektif melawan mantra Lightning."     

Lantas, Larry mulai membagikan struktur umum mantra itu dan bagaimana caranya dia membangun modelnya. Meski dia menyembunyikan bagian inti, kebanyakan arcanis tetap mendengarkan dengan saksama, berharap mereka bisa menciptakan sesuatu seperti ini sendiri.     

Namun, Vern sulit berkonsentrasi. Dia terus melihat ke arah pelayan yang menyajikan teh hitam, air, dan handuk wajah hangat pada arcanis. Ketika dia melihat ada sekitar lima atau enam pelayan yang melayani di tempat berbeda-beda di aula, Vern mengangkat tangannya dan memberi isyarat pada murid di dekat sana.     

"Ya, Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" Penyihir murid itu buru-buru menghampiri Vern dan bertanya dengan sangat sopan, karena dia tahu kalau setiap arcanis yang hadir setidaknya adalah arcanis tingkat menengah!     

Vern mengangguk sopan. "Terima kasih, Nak. Aku butuh teh hitam dengan irisan lemon supaya bisa tetap fokus."     

Jason tidak memperhatikan Vern, karena yang Vern lakukan itu normal. Tapi juga karena sebagai necromancer, dia sangat tertarik dalam mantra yang bisa memblokir gelombang elektromagnetik seperti Lightning.     

"Baik." Murid itu mundur beberapa langkah, kemudian berjalan melewati pintu.     

Saat itu, Nicolay memberanikan diri untuk mengambil dua langkah maju dan berdiri di depan.     

"Secangkir teh hitam dengan irisan lemon untuk Tuan Vern di sana." Murid itu langsung bicara dengan Nicolay, karena tidak peduli pada perintah pelayan. Kemudian pelayan lainnya yang berdiri di belakang Nicolay agak bingung. Dia tidak mengerti kenapa orang itu ingin menyenangkan penyihir tua di sana.     

Nicolay masuk ke dalam ruangan kecil di sudut aula dan mengambil secangkir teh hitam. Karena gugup, dia bicara pada dirinya sendiri, "Tuhan melihatku, dan ini adalah momen yang paling baik. Gerbang Mountain Paradise akan terbuka untukku!"     

Nicolay merasa tenang dengan keyakinan yang dia miliki. Kemudian dia berjalan menuju barisan kursi tempat Vern berada. Saat dia sampai di depan Vern, Nicolay menyerahkan cangkir itu pada Vern dengan hormat.     

"Silakan teh hitam lemon yang Anda pesan," ujar Nicolay sopan, seolah dia adalah orang asing bagi Vern.     

Di sisi lain, arcanis tingkat menengah yang duduk empat baris di belakang Lucien juga meminta secangkir air.     

Walter tahu itu bukan jarak yang baik untuk membunuh Lucien. Namun, dia yakin kalau, ketika Nicolay melancarkan serangan ke arah Felipe, saat itu juga merupakan kesempatan yang baik untuk membunuh Lucien Evans.     

Setelah meletakkan cangkirnya, Nicolay perlahan berbalik. Sambil melihat Felipe dari belakang, Nicolay merasa kalau jarak antara dirinya dan Felipe adalah jalur yang dia butuhkan untuk membawanya menuju Mountain Paradise.     

Di mata Nicolay, jarak itu panjang. Tapi apa yang ada di ujung jalan membuatnya sangat mendambakan itu.     

Meski Nicolay hanya punya replika dari Sword of Truth, benda itu merupakan item suci level 9. Sehingga menggunakan replika pun tetap memakan banyak tenaga dan kekuatannya, meski fakta bahwa kekuatan penuh pedang replika tersebut tak bisa diaktifkan secara penuh karena level Nicolay. Disaat bersamaan, karena benda itu adalah pedang, Nicolay tak bisa menggunakannya dari kejauhan. Jadi, dia harus menyerang Felipe dengan pedang dalam jarak yang sangat dekat untuk mendapatkan efek yang sangat ideal.     

Sehingga, Nicolay harus mencari seseorang untuk mengalihkan perhatian Felipe saat dia melancarkan serangan.     

Ketika Nicolay berpindah ke jalan di antara kursi, dia masih menghitung jarak. Sebelum dia sampai ke titik terbaik untuk membunuh, jika Vern tidak bisa memberinya bantuan lebih dengan mengecoh Felipe, dia harus mengemban seluruh risiko dengan sebuah pertaruhan untuk membunuh Felipe. Bahkan jika dia harus berlari melewati celah kursi yang sempit untuk mendekati Felipe.     

Nicolay siap mengorbankan dirinya.     

Sementara Walter, sambil menaruh cangkir air pada arcanis, juga menghitung jaraknya dari Lucien Evans, tapi dia tidak akan mengambil kesempatan sebelum Felipe diserang.     

Vern menarik napas dalam, dan ketika dia akan menarik perhatian orang-orang, seorang arcanis di depan berteriak melengking. "Reaktornya! Ada yang berubah di dalam reaktor!"     

Seluruh arcanis melihat ke arah reaktor, termasuk Larry.     

Di botol kaca di bagian kanan bawah, di dalam tabung untuk pengendapan, muncul sesuatu berupa cahaya merah di dalam air murni!     

Apa itu?!     

Para arcanis nyaris merasa kalau mereka tidak berani bertanya, tapi hati mereka dipenuhi pertanyaan. Beberapa arcanis di depan bahkan berdiri supaya bisa melihat lebih dekat. Penglihatan Nicolay terhalang, tapi dia merasa berani—karena dari kekacauan itu, dia punya cukup waktu untuk membunuh Felipe. Namun, dia tanpa sadar juga terdistraksi, bertanya-tanya apa cahaya merah itu.     

Raventi, yang duduk di depan, langsung melesat ke panggung. Dia mematikan seluruh lingkaran sihir dan mengambil substansi merah di sana. Dia buru-buru menyalakan lingkaran sihir Identification untuk melihat apa itu.     

Disaat bersamaan, semakin banyak arcanis juga menggunakan lingkaran sihir Identification mereka untuk memeriksa substansi tersebut, termasuk Felipe.     

Namun, apa yang mereka abaikan adalah, kalau Identification hanya bisa memeriksa hal yang tidak diketahui, karena mantra itu terus dikembangkan oleh kongres.     

Melihat banyak arcanis sedang sibuk merapal mantra, Nicolay tahu kalau itu adalah kesempatan terbaiknya untuk membunuh Felipe. Di bawah jubah panjangnya, dia menggenggam replika pedang dengan erat, kemudian melangkah tegas ke depan. Dia berjalan semakin cepat. Nicolay tidak peduli lagi jika banyak arcanis menyadari dirinya. Di mantanya hanya ada Felipe.     

Dalam beberapa detik, Nicolay telah memendekkan jarak antara dirinya dan Felipe cukup jauh.     

Sementara di sisi lain, Walter juga mulai beraksi.     

Nicolay kini hanya tinggal selangkah dari Felipe!     

Dia mengambil paksa jimat pelindung yang dia gunakan untuk menyembunyikan kekuatan sucinya dengan satu tangan, lalu mengeluarkan pedang dengan tangannya yang lain.     

Saat dia akan menebaskan pedangnya pada Felipe, seseorang berteriak kencang, "Asam aspartat ... ada asam aspartat di sana! Sesuatu yang ditemukan dalam asparagus! Oh ... di atas Arcana ... apa yang sudah kutemukan di sini..."     

"Ada bahan milik makhluk hidup lainnya! Meski keduanya tidak pernah berhasil dimurnikan, mereka adalah bagian dasar kehidupan!" Di sisi lain, arcanis level lima lainnya terkejut, seolah dia baru saja melihat Tuhan yang sebenarnya.     

"Ada lemak dan karbohidrat juga..." Pesor dan Tina-Timos berdiri. Meski mereka bukan penganut semacam itu, mereka ingin mengatakan kalau hal itu hanya bisa dilakukan oleh Tuhan.     

Itu adalah keajaiban yang diciptakan alam melalui beberapa faktor paling sederhana, termasuk petir, gas, air murni, dan model replika mini gunung api. Semuanya bisa menciptakan bahan makhluk hidup!     

Felipe juga tercengang. Di matanya, mereka kini ada di kediaman Tuhan. Dia bertanya-tanya, siapa yang merancang model itu? Apakah Professor?!     

Setiap arcanis tahu arti eksperimen itu—eksperimennya telah menguak fakta bahwa, meski itu tak bisa benar-benar menyangkal bahwa God of Truth bisa menciptakan kehidupan, setidaknya Tuhan bukan satu-satunya keberdaan yang bisa menciptakan kehidupan. Dengan kata lain, Creationism sedang menghadapi ancaman besar.     

Saat para arcanis terkagum-kagum di depan penemuan eksperimen itu, Nicolay, yang hanya tinggal selangkah dari Felipe, masih terkejut.     

Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari reaktor, yang mana sedang dikelilingi dengan bermacam-macam lingkaran sihir Identification. Cahaya dari simbol pohon di atas reaktor yang mewakili bermacam-macam bahan makhluk hidup itu tampak sangat suci dan menyilaukan. Sampai-sampai Nicolay, saat melihatnya, lupa tujuannya ada di sini.     

Dia tidak bisa mempercayai apa yang ada di depan matanya. Dia tidak bisa mempercayai ada asam aspartat dalam reaktor.     

Banyak pemikiran melintas di kepala Nicolay. Dia ingat bagaimana eksperimen itu dibentuk: temperatur tinggi dan gas metana yang dibawa oleh erupsi gunung api, petir sihir yang digunakan untuk menciptakan petir sihir dan kilat, air murni untuk mensimulasi lautan zaman prasejarah, gas utama termasuk hidrogen ... dalam seluruh eksperimen, tak ada campur tangan Tuhan, tapi bahan dari makhluk hidup masih bisa tercipta.     

Nicolay sangat menyesal dia pernah belajar tentang arcana sebelumnya. dia berharap dia tak pernah tahu apa itu bahan dari makhluk hidup dan seberapa penting keberadaannya.     

Kepala Nicolay berdengung dengan pemikiran:     

'Bisakah alam juga menciptakan kehidupan? Bukankah itu sesuatu yang hanya dikendalikan oleh Tuhan?     

'Tapi ... tapi kehidupan harusnya hanya diatur oleh Tuhan Yang Mahakuasa...     

'Menciptakan kehidupan ... ada di dalam wilayah Tuhan...     

'Apakah Tuhan ada? Apakah Mountain Paradise itu ada? Setelah aku mati, kemana aku akan pergi?     

'Mereka adalah iblis! Iblis yang sebenarnya! Mereka membuatku meragukan Tuhan!'     

Dalam sekejap, pemikiran Nicolay mengguncang fondasi keyakinannya, sehingga kekuatan sucinya mulai tak terkendali. Sebagai reaksi cepat, Nicolay mulai berdoa.     

Namun, begitu dia mulai berdoa, kekuatannya langsung meledak. Dari dalam ke luar, kekuatan suci itu melahapnya dengan cahaya indah dan menyilaukan.     

Berbarengan dengan itu, Walter juga dilahap oleh cahaya suci yang sama.     

Nicolay dan Walter meledak karena kekuatan mereka dan berubah menjadi sinar cahaya yang indah, seperti kembang api yang cantik.     

Melihat sinar cahaya itu, para arcanis merasa kagum, tapi juga bingung.     

Sebelum para arcanis menyadari apa yang terjadi di sana, kepala Vern meledak. Jaringan otak yang putih dan darah segar berceceran di mana-mana.     

Arcanis lainnya buru-buru mencoba menstabilkan dunia meditasi mereka. Mereka terlalu terkejut untuk memahami seluruh situasi yang ada, dan mereka hanya memiliki satu pemikiran yang sama:     

"Ini gila!"     

"Jadi, dua subjek eksperimen telah membuktikan efek besar dari penemuan eksperimen yang bisa dibawa ke Gereja," ujar Hathaway datar. Mata abu-abu keperakannya tampak dingin.     

Arcanis agung tahu rencana Gereja sejak awal, karena saran Vern memasukkan Nicolay dan Walter ke dalam pertemuan sebenarnya dibuat oleh Thanatos dan dimasukkan ke dalam kepala Vern.     

Vaharall dan Varantine tak pernah berpikir kalau arcanis agung akan muncul di pertemuan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.