Singgasana Magis Arcana

Mengenai Target karena Keberuntungan



Mengenai Target karena Keberuntungan

0Karena dia tak punya waktu untuk berpikir, Lucien langsung membuat kloning dirinya dan meluaskan tameng selimut api di sekitar kloningnya juga. Lucien berhati-hati. Dia bahkan mengganti posisi monocle ke mata satunya pada wajah kloningnya.     

Itu adalah mantra tingkat lingkaran kedua, Mirror, dan itu adalah salah satu dari tiga mantra tingkat lingkaran kedua yang strukturnya sudah Lucien bangun di dalam jiwanya. Dua mantra lainnya adalah Mechanized Mind dan Maskelyne's Acid Arrow.     

Begitu kloningnya muncul, sebuah sinar hijau mengenai dada kloning itu dan langsung hancur berkeping-keping! Lantas cahaya itu tak langsung menghilang, tapi terpantul dengan cepat sampai-sampai Lucien tak sempat menghindar, karena mantra tersebut dirapal oleh penyihir tingkat lingkaran keenam!     

Cahaya hijau tersebut langsung mengenai tameng api yang menyelimuti lucien. Apinya tiba-tiba meninggi dan langsung berubah menjadi partikel merah di udara.     

Cahaya hijau itu adalah mantra tingkat lingkaran keenam, Dissociation!     

Lucien cukup beruntung karena kloning dan tameng apinya memberikan dia sedikit waktu, jadi dia bisa mengaktifkan Gelang Fire Weaver tepat waktu. Kalau tidak, dia pasti sudah tercerai-berai menjadi partikel mengambang itu!     

Meski begitu, mantel Lucien, Transformation, tetap terkena serangan. Lubang aneh muncul di mantelnya, seolah potongan mantelnya dihapus oleh penghapus tak kasatmata.     

Lucien berkeringat dingin. Dia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya tanpa perlindungan tiga mantra itu dan mantelnya.     

Apalagi, Lucien beruntung karena mantra Dissociation musuhnya tak sekuat yang dia pikirkan. Biar bagaimanapun, Flame Shield yang diberikan dalam gelang itu hanya mantra tingkat lingkaran kedua, sehingga Lucien pikir mantelnya akan benar-benar rusak saat cahaya hijau itu mengenainya.     

Lucien belajar banyak dari pertarungan sebelumnya. Saat ini dia tetap tenang dan mengaktifkan kekuatan mantel sihirnya yang lubang sebagian.     

Kali ini, necromancer itu memanggil mumi-mumi yang diselimuti perban hitam dan berbau busuk. Setelah muminya merangkak ke atas tanah, mereka semua berlari ke arah Lucien yang masih dikelilingi partikel api merah.     

Seperti kesatria sejati, pada mumi itu bergerak dengan sangat cepat. Di antara para mumi yang kebal pada mantra di bawah lingkaran kelima dan serangan fisik dari tingkat kesatria agung dan di bawahnya, ada juga hantu yang bisa menggunakan beberapa mantra necromancy.     

Namun, setelah para mumi dan hantu itu mencabik tameng api, tak ada apapun di baliknya.     

Lucien hilang!     

Sambil berdiri di udara, necromancer yang menggunakan tudung itu agak terkejut. Tapi tak lama kemudian, dengan kekuatan spiritualnya, dia bergumam sendiri, "Umm ... lubang di tanah ... Transformasi tikus..."     

Saat necromancer itu mengangkat tangannya, tanah mulai bergetar hebat seperti ada gempa bumi.     

Mantra tingkat lingkaran keenam, Earth Shake!     

Kereta kuda yang separuh hancur itu berguncang naik-turun bersama dengan tanahnya, sementara tubuh busuk kusirnya hancur berkeping-keping. Manusia yang dilempar ke arah kereta kuda dari ketinggian masih ada di sana. Tampaknya sudah benar-benar mati.     

Sementara lubang rumit yang dibuat tikus di bawah tanah, Lucien—yang kini menjadi tikus bermata merah—merasakan kekuatan hebat karena tanahnya berguncang hebat. Tahu kalau dia ada di sana lebih lama lagi dia bisa terkubur hidup-hidup, Lucien tak punya pilihan lain selain kembali ke permukaan tanah.     

Begitu Lucien membatalkan mantranya dan kembali ke wujud manusia, dia siap mengaktifkan cincinnya, Element, untuk berusaha sebaik mungkin agar tetap hidup.     

Lucien tak pernah menyangka dia bisa menghindar dari serangan penyihir tingkat senior. Jadi apa yang dia lakukan selama ini adalah menghabiskan waktu necromancer itu, berharap penyihir senior dan archmage dari Will of Elements di dekat sana menyadari apa yang terjadi di sini dan datang menolongnya.     

Namun, seiring waktu berjalan, Lucien sadar kalau saat itu mereka mungkin terlalu sibuk mempelajari Hati Alam sampai tak memperhatikan dirinya sama sekali.     

Disaat bersamaan, saat Lucien kembali ke permukaan, dia akhirnya menyadari pria yang dilempar ke kereta kuda dan kini terkapar di samping serpihan kereta—itu adalah Felipe dari Hand of Paleness! Dia dibunuh oleh necromancer lainnya!     

Lucien terkejut.     

Di udara, mata Traquair bersinar dengan cahaya merah yang menembus kegelapan dari tudungnya. Dia siap merapal Death Stare, mantra tingkat lingkaran keenam, pada Lucien!     

Tepat pada saat itu, cahaya redup melesat keluar dari dada Felipe, dan cahayanya dalam sekejap membekukan seluruh mumi hitam serta hantu dalam radius 50 meter. Kemudian, para makhluk itu meledak tanpa suara secara bersamaan!     

Gas hitam yang dihasilkan dari ledakan itu kemudian berubah menjadi pedang panjang yang diselimuti dengan mata aneh. Pedang itu kemudian menghunus ke Traquair dengan sangat cepat.     

Dark Sword, sebuah mantra tingkat lingkaran ketujuh yang dimasukkan ke dalam kalung jimat Immortal Throne milik Felipe! Mantra itu tak hanya bisa mengontrol pergerakan makhluk yang sudah mati, tapi juga bisa mengumpulkan kekuatan makhluk mati. Kekuatan itu bisa menurunkan kekuatan orang yang tertusuk sebanyak satu tingkat lingkaran. Tanpa ritual sihir spesial, orang yang terkena dampaknya tak akan bisa pulih!     

Hal yang mengejutkan adalah, Felipe tidak mati. Dia hanya berpura-pura, kemudian dia menyerang musuh dengan serangan mendadak dalam keadaan yang paling kritis.     

Setelah pertarungan sengit dengan Felipe di udara, Traquair akhirnya telah menghabiskan seluruh mantra pelindungnya. Felipe juga menggunakan mantra yang tampak lumayan mirip dengan Dark Sword sebelumnya, jadi Traquair tak cukup waspada untuk menghindari serangan.     

Dark Sword itu menyerap kekuatan Traquair, dan dalam sekejap, Traquair berubah menjadi penyihir tingkat menengah, lingkaran kelima. Itu, tentu saja, membuatnya tak bisa menggunakan Death Stare lagi.     

Dengan memanfaatkan kesempatan, Lucien langsung mengaktifkan cincinnya, Element, dan cahaya menyilaukan menyembur dari sana. Sebuah pusaran warna-warni yang terdiri dari partikel berwarna hitam, biru, hijau, dan emas yang muncul di langit langsung mengelilingi Traquair. Kemudian pusaran itu melahap Traquair dalam sekejap dan mencabiknya.     

Elemental Swirl, mantra tingkat lingkaran ketujuh!     

Lucien merasakan sakit yang amat sangat pada jari di mana cincinya terpasang. Rasa sakit itu sangat tak tertahankan hingga jantungnya nyaris berhenti, dan seluruh kekuatan spiritualnya habis. Karena dia merasa lemah dan tersiksa, Lucien hampir tak bisa berdiri.     

Itu adalah harga yang harus dia bayar untuk merapal mantra tingkat lingkaran ketujuh saat segelnya belum dibuka.     

Meski Traquair masih memberontak sambil merapal seluruh mantra pertahanan yang dia tahu, tubuh fisiknya tercabik-cabik menjadi serpihan, begitu pula item sihir yang dia pakai, karena mereka juga terbuat dari elemen-elemen.     

Baik Elemental Swirl dan Cracking (Advanced) bisa menghancurkan item sihir. Tapi hanya Cracking (Advanced), mantra tingkat lingkaran kesembilan, yang bisa menghancurkan item sihir level legendaris dan efek mantra itu tak terpengaruh oleh level pertahanan seseorang, karena orang tersebut hanya bisa mengandalkan kekuatan spiritualnya sendiri dan beberapa mantra unik tingkat senior untuk melawannya.     

Namun, perbedaan terbesar antara Elemental Swirl dan Cracking (Advanced) adalah, mantra pertama bisa benar-benar melukai tubuh fisik serta jiwa seseorang, namun mantra kedua hanya bekerja pada item sihir dan sihir buff.     

Walau begitu, sebelum Traquair mengembuskan napas terakhir, dia berteriak marah pada Felipe, "Kau! Pengkhianat kepercayaanmu sendiri! Kau tak akan perna bisa mematahkan Teori Vitalitas! PERGI KAU KE NERAKA!!!"     

Rasa sakit luar biasa itu membuat Traquair gila, dan lapisan gas hitam terus keluar dari tubuhnya. Begitu tubuh dan jiwanya dihancurkan seluruhnya oleh pusaran itu, ledakan keras meledak dari tengah-tengahnya dan melesat ke arah Felipe!     

Last Strike, mantra tingkat lingkaran kelima. Saat si perapal terbunuh, tubuhnya akan meledak untuk menyerang target yang sudah dikunci!     

Dalam sekejap, api dan gelombang ledakan yang kuat melahap Felipe. Lucien, di sisi lain, juga terlempar ke atas tanah karena efek kekuatan yang dahsyat.     

Begitu ledakan udaranya menghilang, Lucien berusaha sekuat tenaga untuk berdiri. Dia baru akan berduka untuk Felipe karena mereka bertarung bersama barusan. Tapi kemudian dia melihat sebuah sosok yang terhuyung-huyung dan berdiri perlahan di seberang tempatnya, di balik debu tebal di udara.     

"Kau masih hidup?!" Hal itu benar-benar di luar bayangan Lucien. Namun saat ini, dia juga terlalu lemah untuk bertarung melawan Felipe.     

Felipe, yang sekujur tubuhnya berdarah, dan mantel panjangnya penuh lubang serta darah, berujar pada Lucien sambil terengah-engah, "Bahkan kalau kau mati ... aku akan tetap hidup, Tuan Professor."     

Setelah melihat bagaimana Lucien bertarung dan melihat Lucien berdiri di depannya, Felipe cukup yakin kalau itu adalah Tuan Professor yang dia cari-cari.     

Fakta bahwa dia ditipu oleh penyihir tingkat lingkaran pertama benar-benar membuat Felipe kesal. Namun, ketika dia akan merapal mantra untuk menyerang Lucien, dia sadar kalau tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan apapun sekarang karena efek menggunakan kalung jimat tersebut.     

"Kupikir kau sekarat, Tuan Felipe." Lucien tak mengiakan atau menyanggah kalimat Felipe. Saat ini dia sudah mendapatkan dukungan dari Will of Elements, jadi dia tak peduli apakah Hand of Paleness menyadari identitas aslinya. Lucien melanjutkan, "Apa kau mengerjakan sintesis organ makhluk hidup? Itulah kenapa orang itu mau membunuhmu? Hei ... kau baru saja membuatku tertimpa bencana."     

Felipe mendengus. "Dia berasal dari Hand of Paleness. Dia tak bisa menerima fakta bahwa Teori Vitalitas telah dipatahkan, jadi dia mencoba membunuhku, dan dia juga mau membunuhmu juga. Dia ingin membuat orang-orang berpikir kita saling membunuh. Tapi kita berdua tahu siapa yang seharusnya dia incar! Omong-omong, kuberitahu kau ... aku sudah berhasil mensintesis asam alifatik. Jadi kusarankan kau buru-buru menyerahkan naskahmu tentang sintesis karbamid pada dewan supaya masih bisa dapat kredit."     

"Oh? Benarkah? Kalau begitu, selamat, Tuan Felipe, muridku." Lucien tersenyum. "Kau membuktikan kalau aku benar-benar seorang profesor."     

Karena mereka berdua terlalu lemah untuk bertarung, mereka bertengkar dengan adu mulut.     

"Meski kau pintar, kemampuanmu masih jauh dariku, dan kau hanya beruntung." Felipe menaikkan sudut bibirnya. "Kalau Traquair tidak terluka karena gulungan sihir tingkat senior milikku, Dissociation miliknya pasti sudah langsung membunuhmu!"     

Meski Felipe berkata demikian,dia sebenarnya sangat memperhatikan pemuda yang pernah menipunya saat dia masih menjadi penyihir tingkat lingkaran pertama!     

Lucien mengedikkan bahu. "Tuan Felipe, kau juga cuma arcanis level empat, 'kan? Saat aku menjadi seumuranmu di masa depan, levelku pasti akan lebih tinggi daripada levelmu. Tabel periodik sendiri bisa memberiku banyak redit arcana tiap tahunnya, jadi aku sangat tidak tertarik menerbitkan naskah tentang sintesis organ makhluk hidup, kau tahu..."     

"Oh ya ... saat kau mencapai tingkat senior, kemajuanmu akan melambat," balas Felipe. "Aku juga tak berpikir kalau Will of Elements benar-benar menghargaimu. Sejauh yang kutahu, kau bukan murid penyihir tingkat senior atau archmage, 'kan?"     

Lucien melirik ke tempat di mana Traquair meledak tadi. "Meski begitu, Will of Elements masih lebih baik daripada sebuah kelompok yang anggotanya saling bunuh. Omong-omong, aku merasa eksperimenmu tentang produksi organ makhluk hidup itu rahasia, 'kan?"     

Wajah pucat Felipe berubah serius. Dia bergumam, "Selain Thanatos dan Demigod-lich, hanya ada tiga orang termasuk Tuan Rogerio yang tahu soal eksperimenku. Tak mungkin mereka akan membeberkan rahasia ... apa yang terjadi?"     

"Emm ... entahlah. Bukan urusanku juga." Lucien ingin tertawa pada Felipe, tapi rasa sakit menghalanginya.     

Felipe merasa tubuhnya—atau lebih tepatnya, tubuh yang dia gunakan sekarang akan hancur. Dia berpikir selama beberapa detik, kemudian berujar pada Lucien, "Aku tak akan mengatakan ini pada Thanatos ... Tuan Professor, bagaimana kalau kita bekerja sama sesekali?"     

"Hah, apa?" tanya Lucien.     

"Aku akan membalaskan dendam pada hal yang dilakukan orang-orang tua bangka padaku di Hand of Paleness," jawab Felipe cepat. Tentu saja, Felipe adalah orang yang senang berbangga diri, sehingga dia tak tahan diperlakukan seperti itu.     

"Apa keuntungan yang akan kudapatkan?" Lucien menyeringai sambil kesakitan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.