Singgasana Magis Arcana

Perubahan Tak Terduga



Perubahan Tak Terduga

0Saat kesatria—yang berlutut dengan satu kaki dan memegang helm di tangannya—mendeklarasikan perang melawan Kongres Sihir karena dia merasa dunia Tuhan dikotori, para anggota Konferensi Episkopal yang lain membentuk salib di dada mereka. Mereka berteriak, "Kita harus menyucikan para penyihir jahat itu dengan cahaya suci dan memaksa mereka bertobat sambil merangkak di bawah kaki Tuhan! Dunia Tuhan tak boleh dijelajahi oleh makhluk mortal!"     

Paus di sana memasang ekspresi serius dan sedang memegang scepter berwarna platinum, sementara di kepalanya ada Mahkota Suci. Pemimpin Biarawan bernama Varantine itu mengenakan jubah linen pendek, dan dia menyadari situasi yang dialami paus, sehingga dia melangkah maju.     

"Yang Mulia, Kesatria Stone adalah perwakilan dari penganut yang taat. Mereka marah karena Tuhan dikotori. Tolong jangan khawatir, para penganut ajaran sesat yang ada di utara tak akan menyerang kita menggunakan kesempatan ini kecuali mereka sudah tak punya muka dan tak lagi percaya dalam kebenaran. Tapi, markas mereka akan dihancurkan, dan saya pikir mereka juga akan menyerang Kongres Sihir setelah situasinya memburuk," ujar Varantine.     

Varantine memiliki rambut pirang pendek, dan dia tak menggunakan alas kaki. Ada sepasang mata biru yang berapi-api di wajahnya yang tirus.     

Di belakang Varantine, ada lebih dari 10 pendeta episkopal, tiga anggota penting dari Inkuisisi, dan kesatria legendaris termasuk Stone. Mereka masih mencoba membujuk sang paus. "Yang Mulia, tolong beri kami perintah dan mulai Perang Fajar kedua. Kita harus mengumpulkan pasukan untuk melawan Kongres Sihir, tapi para bangsawan masih dibutuhkan di Pegunungan Kegelapan."     

Paus Benedict II mengangkat scepter suci ke udara. Suaranya sangat dalam, sehingga terdengar seolah dia bicara dari langit. "Aku senang melihatmu menjadi penganut taat ajaran Tuhan, dan aku yakin Tuhan juga senang dengan kalimat yang kau katakan barusan. Tapi aku punya pertanyaan untukmu. Apa kau kehilangan kepercayaanmu pada Tuhan? Apa kau benar-benar berpikir Kongres Sihir bisa menemukan rahasia Tuhan? Para mortal itu tak akan pernah bisa menyentuh kediaman Tuhan! Apa kalian sudah lupa apa yang Tuhan katakan pada kita?"     

Jubah merah paus itu terlihat seolah menari karena adanya angin sepoi, karena dia dikelilingi oleh aura suci yang amat besar yang datang bersama cahaya suci. Aura itu sangat kuat sampai tak bisa ditentang dengan apapun.     

Anggota Konferensi Episkopal tak yakin bagaimana sebaiknya menjawab pertanyaan paus, dan mereka mencoba mencari tahu dari mana amarah mereka berasal. Mereka marah karena Tuhan dikotori, sedangkan mereka adalah penganut yang taat. Tapi mereka tak bisa menyangkal kalau ketakutan menyebar di benak mereka. Mereka khawatir kalau Kongres Sihir bisa menjelajahi kediaman Tuhan seperti mereka menjelajahi dunia. Mereka ingin menghentikan Kongres dan menjegal recana para penyihir.     

"Bohong kalau saya bilang saya tidak bersalah. Keabaian saya membutakan saya dari kebenaran yang ada. Tuhan itu baik dan adil. Saya harus mengakui dosa saya dan berharap Tuhan mau memaafkan saya." Anggota Konferensi Episkopal itu mulai bertobat setelah keheningan selama beberapa saat.     

Benedict II menunggu mereka selesai bertobat, baru membuka mulut. "Kongres Sihir tidak akan bisa menjelajahi kediaman Tuhan. Tapi kita juga tak bisa memaafkan atas apa yang telah mereka lakukan. Varantine dan Vaharall, bawa beberapa biarawan dan penjaga malam untuk membantu Philibell di Holm. Kita harus memusnahkan para penyihir dan membuat mereka membayar apa yang telah mereka lakukan!     

"Lalu, kau harus membantu para druid dan elf di Hutan Steloop, buat para penyihir berpikir kalau kita akan menyerang. Jadi mereka bisa menggunakan alasan untuk memanggil kembali para druid yang sedang bekerja dengan Kongres Sihir."     

"Laksanakan, Yang Mulia." Pemimpin biarawan, Varantine, dan salah satu dari tiga anggota penting Inkuisisi, Varahal si Pengadil, membungkuk pada paus bersamaan.     

Anggota Konferensi Episkopal lainnya berpikir kalau perintah paus itu masuk akal. Namun mereka memiliki firasat aneh dalam hati. Kejadian ini harusnya dimaksudkan untuk mencetuskan perang sehingga keseimbangan lahan akan rusak. Tapi paus membujuk mereka kalau mereka harus fokus menghukum para penyihir yang mengotori Tuhan.     

'Itu adalah keputusan yang bijak. Kita kuat, tapi kita tertekan oleh macam-macam organisasi dan situasi bisa jadi makin buruk kalau kita memulai perang tanpa persiapan yang cukup. Kita harus tenang dan menunggu hari itu tiba.' Anggota Konferensi Episkopal mengubah pemikiran mereka. Mereka membuat salib di depan dada mereka dan meninggalkan Aula Bright.     

Benedict II menurunkan scepter-nya dan kembali ke ruang baca, di mana ada kardinal yang menunggunya. Kardinal itu melangkah maju dan bertanya, "Yang Mulia, intel yang dikirim balik oleh uskup Philibell menyebutkan informasi mengenai pemenang Holm Crown, Kongres Sihir, dan perkembangan para drid dalam penelitian sihir suci."     

"Jaga intel itu agar tetap selamat, karena kita mungkin membutuhkannya nanti. Kita harus fokus menangani kejadian ini dulu." Benedict II mengayunkan tangannya. Kelihatannya dia tak terlalu khawatir tentang hal-hal yang tidak penting. Intel itu bukan sesuatu yang harus dia kirim ke seluruh Inkuisisi seperti Daftar Pembersihan.     

Paus itu menutup pintu setelah kardinal pergi, kemudian melihat ke arah lukisan paus-paus sebelumnya dengan ekspresi datar.     

Nama para paus dan jangka hidup mereka di dunia ini sebelum kembali ke pangkuan Tuhan tertulis di bawah lukisan.     

...     

Charles I, Kalender Saint tahun 350-572.     

Alfonsol, Kalender Saint tahun 387-633.     

Charles II, Kalender Saint tahun 408-686.     

Benedict I, Kalender Saint tahun 474-745.     

Gregory II, Kalender Saint tahun 548-796.     

Senyum tipis muncul di wajah Benedict II dan dia bergumam dengan suara rendah, "Mana mungkin para mortal bisa menemukan rahasia Tuhan?"     

...     

Sabtu pagi, ketika matahari belum bersinar.     

Di rumah besar di samping kota Sariva, Felipe sedang mengerjakan eksperimen sihir dengan ekspresi serius di wajahnya. Meski dia hanya mengunjungi lab dua kali minggu ini dan tidak menginap, analisis luar biasa pria itu tetap bisa menghentikan para druid yang mencoba menipunya. Para druid itu tak menemukan alasan lain untuk mengganggu eksperimen, jadi mereka harus mengganti data yang Felipe dapatkan. Namun, Felipe tak peduli sama sekali pada kemajuan eksperimen, karena dia sedang fokus menciptakan substansi makhluk hidup dari bahan-bahan benda mati.     

Felipe melihat kristal tanpa warna terbentuk dalam lingkungan bersuhu rendah, dan cahaya muncul di lingkaran alkemi terakhir.     

Dia mencoba sebisa mungkin untuk tenang dan mulai memanaskan kristal tembus cahaya. Kristal itu meleleh dan berubah menjadi cairan dengan cepat. Ditambah lagi, lingkaran sihir itu mendeteksi adanya gas dengan bau yang busuk.     

Felipe mundur satu langkah dan merapal mantra identifikasi, lalu mendapatkan hasilnya dalam sekejap. Cairan itu adalah cairan kental yang dia butuhkan, dan itu adalah substansi yang hanya bisa ditemukan di dalam tubuh makhluk hidup.     

"Tidak ada untungnya mendukung Teori Vitalitas Manusia lagi." Felipe memaksakan senyum di wajah pucatnya. "Kira-kira berapa banyak orang tua di organisasi mengakui kalau mereka salah? Mereka harus memperbaiki arti yang sebenarnya dari substansi hidup. Kalau tidak, mereka harus menerima penemuan baru ini. Kurasa aku harus jadi orang pertama yang mempublikasikan hasil ini, jadi necromancer lain jadi lebih mudah menerima perubahan itu."     

Felipe membuktikan bahwa teori yang telah dia dukung selama lebih dari 30 tahun adalah salah, dan dia merasa campur aduk. Dia senang, bingung, sedih, dan semangat dalam waktu bersamaan. Professor berhasil menyintesis urea dan itu adalah pengalaman yang sangat berarti baginya. Urea yang disintesis mengubah pendapatnya terhadap teori vitalitas dan itulah alasan mengapa dia memutuskan melakukan eksperimen sendiri.     

Seorang pria yang memakai mantel panjang mengetuk pintu lab itu perlahan.     

"Siapa?" Felipe kaget karena suara ketukan itu dan bertanya. Matanya memancarkan sorot bingung.     

Suara yang dalam dan serak terdengar dari balik pintu, "Ini aku, Traquair."     

"Tuan Traquair? Kenapa kau di sini? Ini masih pagi sekali," jawab Felipe dan dia mulai membuka lingkaran sihir yang mengunci pintu.     

Traquair adalah necromancer tingkat cincin keenam dari Hand of Paleness, tapi arcana levelnya hanya tiga, karena dia menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mencoba naik ke tingkat cincin ketujuh. Dia dikirim kemari untuk membantu Felipe menangani para druid.     

Felipe tiba-tiba menyadari sesuatu ketika dia membuka pintu. Dia bisa merasakan ada sesuatu yang mengerikan mendekat padanya.     

"Gawat!"     

Tentakel hitam yang dibentuk dari kekuatan kematian muncul di lab. Jiwa penyihir akan ternoda jika mereka terkena tentakel itu, dan mereka tak akan bisa lagi merapal mantra terkuat yang mereka tahu.     

Selain itu, mumi yang dilapisi perban linen hitam berdiri dari lautan tentakel itu, dan mulai menyerang ke arah Felipe.     

...     

Di penginapan Dragon Root, Lucien sedang membaca laporan proyek. Pertanyan yang ditemukan oleh para arcanis ketika mencoba menyederhanakan prosedur itu tertulis dalam kertas. Mereka menjabarkan masalah yang belum dipecahkan, yang menghentikan kemajuan mereka, tanpa menyembunyikan apapun. Mereka akan bisa mendapatkan poin arcana setelah mempublikasikan penelitian mereka selama laporannya masih ada.     

"Elemen-elemen itu bisa ditemukan dalam feses dan pupuk yang digunakan oleh para petani, tapi hasilnya tak cukup baik. Kita harus memelihara banyak hewan kalau kita mau mendapatkan banyak feses untuk memproduksi masal elemen itu. Tapi hewannya juga akan mengonsumsi banyak makanan...     

"Eksperimen sebelumnya membuktikan bahwa tanaman butuh air dan matahari untuk tumbuh. Dengan bantuan analisis mantra suci, kami menemukan kalau mereka juga harus menyerap elemen dari tanah. Namun, bubuk mineral yang ditaburkan di atas tanah tidak efektif."     

...     

Setelah mereka selesai menganalisis struktur mantra suci, para penyihir mulai melakukan eksperimen dengan bantuan para druid. Namun, bubuk mineral elemen yang bisa diproduksi masal itu tak berguna, dan mereka memutuskan melakukan eksperimen pada produk alkemi yang terdapat dalam elemen-elemen itu.     

"Dengan fondasi mantra suci dan bantuan dari para druid, kurasa para arcanis akan menemukan produk alkemi yang mereka butuhkan cepat atau lambat." Lucien meletakkan laporan itu dan memakai mantelnya. Dia ingin kembali ke Allyn dan mengajar para murid itu setelah sarapan.     

Lucien melihat Iristine dan Arcelion berjalan ke arahnya sambil tersenyum begitu Lucien membuka pintu.     

"Tuan Evans, maaf kami tak bisa membantumu dalam eksperimen lagi. Para sesepuh dari istana kerajaan memerintahkan kami untuk kembali ke hutan sesegera mungkin, dan kita harus membantu melindungi hutan dari serangan Gereja yang akan datang." Arcelion membungkuk pada Lucien secara elegan karena dia sudah tahu latar belakang dari serangan itu.     

Lucien tahu kalau itu bukan urusan mendadak karena dua druid itu tak tampak buru-buru. Jadi dia tersenyum dan berujar, "Tak apa. Aku sudah menemukan jalur sihirnya setelah memeriksa data eksperimen."     

"Apa?" Iristine dan Arcelion terkejut. Merekalah yang mengubah data itu.     

Lucien masih tersenyum. "Dengan bantuan substansi yang larut dalam air dan mantra suci yang membantu tanaman tumbuh, tanaman oatsnya tumbuh dengan baik. Lagipula, aku membandingkan hasilnya dengan tim peneliti lainnya dan menghapus beberapa data yang tidak masuk akal.     

Dengan hasil analisis itu, Lucien dengan mudah menyadari bahwa datanya telah diubah oleh seseorang.     

"Yah..." Kedua druid itu tampak agak kecewa.     

Lucien mengeluarkan tesis yang sudah diselesaikannya sejak lama, berjudul, 'Kesimpulan Perbandingan Data dari Oats yang Diberi Pupuk Asam Sulfur yang Dimasuki dengan Biji Sulfur', kemudian berujar, "Aku harus menyerahkan laporan ini pada arcanis level senior yang ada di luar rumah. Pangeran Arcelion dan Putri Iristine, apa kalian mau ikut denganku?"     

"Silakan. Kami harus pergi." Iristine tampak lelah. Dia ingin menghancurkan tesis itu tapi dia takut dengan kekuatan Lucien. Lagipula, Tyrel dan Urine sudah muncul di seberang aula.     

...     

Kereta kudanya melaju dengan perlahan di jalanan berbatu di luar kota. Saat itu musim dingin, jadi cahaya dari matahari terbit belum menerangi area itu.     

Tiba-tiba, Lucien menyadari hawa panas yang berasal dari Sun's Corona di dadanya. Bintang Induknya juga mulai memperingatkan adanya serangan yang datang.     

Lucien tak punya waktu untuk berpikir. Dia melompat keluar dari kereta kuda dan mengaktifkan mantra tingkat lingkaran kelima, Powerful Fire Shield, yang terdapat dalam cincin.     

Sebuah bayangan gelap yang diselimuti oleh gas busuk muncul dari langit dan menghantam kereta kuda Lucien dengan keras. Gagang besi dan kayu di kerta itu mulai layu dengan cepat.     

"Heh? Aku tak menyangka kau bisa menghindari serangannya." Sebuah suara yang dalam dan serak bergema di langit berawan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.