Singgasana Magis Arcana

Beda Pemikiran



Beda Pemikiran

0Sebelum memasuki penginapan, Lucien melepas lencana sihirnya dan hanya memakai lencana arcana bintang empat di dadanya. Kemudian dia memakai kacamata dengan frame kawat yang dia beli di Allyn untuk penyamaran. Dia merasa khawatir Patrick Hoffenberg sudah menyadari siapa dirinya, jadi dia ingin lebih berhati-hati sekarang. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.     

Rantai besi kacamata itu kini menggantung di wajah Lucien yang keras.     

Sambil sedikit membetulkan dasi kupu-kupunya, Lucien masuk ke dalam Penginapan Dragon Root dengan percaya diri dan langkah yang stabil.     

...     

Sinar matahari menerobos masuk ke dalam penginapan lewat jendela. Semua yang ada di sana tampak sunyi dan bercahaya.     

Dua druid elf pirang yang cantik—satu laki-laki satu perempuan—kini duduk di sofa yang ada di sudut. Mereka menunggu penyihir dari Kongres Sihir, dan mereka dikelilingi oleh pengawal elf serta pelayan yang cantik.     

Tidak ada tamu lain di sana, kecuali pemilik penginapan dan para budak.     

"Kak, Lucien Evans, Elemental Order, adalah pemenang penghargaan Holm Crown termuda, dan juga arcanis level empat. Kalau begitu kekuatan sihirnya pasti mendekati tingkat senior. Apa yang harus kita lakukan?" tanya elf wanita yang amat cantik itu karena khawatir.     

Dia tidak menyangka kalau mereka akan dipisahkan dari guru mereka. Jadi seluruh rencana mengacaukan proyek itu jadi terganggu. Sekarang mereka dimasukkan ke dalam kelompok kecil bersama penyihir muda dan berbakat, Lucien Evans, pemenang penghargaan Holm Crown. Apapun hal buruk yang ingin mereka lakukan pada pulau utama dalam proyek benar-benar terlihat di mata arcanis itu.     

Demi memastikan ketenaran Lucien benar-benar berguna, Komite Pengaduan dengan sengaja menghilangkan level lingkaran sihir Lucien saat mereka memberikan informasi mengenai Lucien pada para druid. Mereka juga memberikan Lucien gelar yang keren, yang berasal dari beberapa kali diskusi: Elemental Order.     

Sementara Felipe tidak perlu menyembunyikan level lingkaran sihirnya, tapi dia juga punya gelar baru: Hand of Rehabilitation.     

"Iristine, kita akan baik-baik saja. Pertama, kita bisa bersikap tidak kooperatif dengan menawarkan cetakan mantra suci yang tidak lengkap padanya. Kedua, karena kita akan terlibat dalam eksperimen, ketika kita harus mencatat data penting, kita hanya perlu melakukan 'kesalahan' setiap saat. Maksudku, apa yang kita tahu tentang arcana?" jawab Arcelion dengan ekspresi jijik yang menunjukkan ketidak sukaannya terhadap manusia. "Pekerjaan utama kita adalah membuang waktu di sini, karena sesepuh lain di istana kerajaan masih berusaha menghentikan sesepuh agung. Tak lama lagi kita akan kembali ke hutan kita yang indah dan bersih."     

Iristine mengangguk dan tersenyum. "Kuharap kita bisa melakukan sesuatu di sini demi alam kita. Omong-omong, beberapa penemuan dari manusia sebenarnya tak seburuk itu. Sofa ini rasanya sangat nyaman..."     

Arcelion langsung berubah sangat serius. "Iristine, ingat baik-baik kalau sofa itu terbuat dari kayu, oleh orang-orang yang menebang pohon yang masih hidup. Aku nyaris mendengar pohon-pohon itu menangis! Jangan biarkan dirimu jatuh dalam degenerasi! Tak ada yang lebih baik daripada duduk di pohon sungguhan yang dipenuhi dengan vitalitas!"     

Iristine agak kesal ketika dimarahi kakak laki-lakinya. Namun, dia tetap mengangguk dengan serius. "Aku tidak akan melupakan seluruh hadiah dari alam."     

Saat itu, mereka menyadari ada pemuda yang tingginya rata-rata masuk. Pemuda itu mengenakan kemeja putih, rompi hitam, jas double-breasted dan top hat hitam. Kacamata bergagang kawat membuatnya tampak elegan dan cerdas.     

Sebagai manusia, pemuda itu tidak jelek, dan dia ternyata cukup sopan. Itu adalah kesan pertama Iristine dan Arcelion tentang Lucien. Karena mereka meninggalkan hutan dan masuk ke dalam lingkungan manusia, mereka terbiasa menilai penampilan seseorang lebih dulu.     

Tak lama kemudian, mereka menyadari keberadaan cincin ungu muda di tangan kanan Lucien. Mereka tahu itu adalah cincin Holm Crown setelah diberitahu oleh kongres.     

Tahu bahwa pemuda itu adalah Lucien Evans, Arcelion dan Iristine berdiri bersamaan. Sebagai anggota dari keluarga kerajaan elf, mereka harus menjaga sikap mereka. Selain itu, jauh di dalam hari mereka, gelar Lucien dan reputasinya pun memberikan efek pada mereka.     

"Selamat pagi. Tuan Putri Iristine dan Pangeran Arcelion, benar?" Lucien melepas top hat dengan cara yang elegan. Dia diam-diam berterima kasih karena komite memasukkannya ke dalam kelompok ini, karena pangeran masih level empat dan tuan putri itu level tiga. Lucien bisa menangani mereka dengan mudah memakai cincinnya, Element.     

Untuk status bangsawan mereka, Lucien sama sekali tidak peduli. Toh, dia bukan seorang elf.     

Tentu saja, pengawal pangeran dan tuan putri lebih kuat lagi. Berdasar informasi yang diberikan oleh komite, Anguster adalah pemanah sihir level tujuh, dan Tirill adalah kesatria elf level enam.     

Di depan arcanis itu, Putri Iristine dan Pangeran Arcelion juga menyapanya dengan tata krama kerajaan. "Benar, kami anggota Istana Trumanner. Apakah Anda Tuan Lucien Evans, Elemental Order?"     

Lucien terkejut mendengar gelarnya. Dalam sekejap, dia mengangguk dan duduk bersama pangeran serta putri. "Kita harus menunggu dua anggota lain untuk memulai eksperimen dan penelitian kita. Pulau di bagian selatan kota adalah milik kami. Sebagian lahannya subur, sebagian lagi tandus. Makanya kita bisa melakukan eksperimen kontras."     

Arcelion dan Iristine sama sekali tak peduli dengan terminologi Lucien. Malah, mereka mulai bicara tentang seni bersama Lucien.     

Lucien jelas tidak khawatir dengan topik itu. Sebenarnya, mereka memiliki obrolan yang cukup seru, karena Lucien sengaja mengarahkan mereka untuk membicarakan musik. Lucien sebenarnya belajar cukup banyak dan terinspirasi oleh pangeran dan putri yang bicara tentang musik elf. Disaat yang sama, pemahaman Lucien dan perasaan mendalam tentang musik juga menyentuh hari Arcelion serta Iristine.     

"Di antara para manusia, seniman seperti musisi, pemahat, dramawan ... mereka adalah harta berharga dunia. Seni adala balasan terbaik terhadap kebaikan hati alam." Arcelion memiliki suasana hati yang sangat baik, seolah dia sedang bicara dengan seorang seniman, bukan pemenang penghargaan Holm Crown dan orang yang berwenang dalam perguruan Elemen.     

Lucien melirik lencana arcana di dadanya. Dia menghela napas terharu dalam hati, karena dua elf bangsawan itu benar-benar memiliki prasangka. Bagi manusia, tak seperti elf yang lahir dari tato sihir, mereka harus bertahan hidup dulu. Makanya komunitas manusia butuh macam-macam pekerjaan agar bisa hidup.     

Saat Lucien mulai agak bosan, dua penyihir masuk ke dalam penginapan. Salah satunya adalah penyihir tua yang memakai mantel hitam dengan lencana arcana bintang lima, serta lencana sihir empat lingkaran. Sementara satunya lagi adalah pria paruh baya dengan arcana level empat dan level sihir lingkaran ketiga. Mereka adalah dua orang dari kelompok eksperimen Lucien, Tuan Tyrel dan Tuan Urine.     

Setelah memperkenalkan diri, Tyrel berujar keras, "Aku buru-buru tadi, dan aku belum sempat sarapan. Bolehkah aku makan dulu? Sebenarnya aku tak bisa kerja dengan perut kosong."     

Arcelion jelas sangat senang dengan hal apapun yang bisa membuang waktu mereka. "Tentu saja. Iristine dan aku juga belum makan tadi. Bagaimana kalau kita makan dulu? Bagaimana menurutmu, Tuan Evans?"     

Lucien mengangguk. Tahu kalau dua orang itu bermaksud membuang waktu, dia juga ingin membuat pangeran dan putri tetap sibuk untuk mencegah mereka mengganggu penelitian kelompok lain.     

...     

Di ruang makan penginapan, Lucien sedang memotong sosisnya, sementara Tyrel dan Urine sedang mengiris steak dengan kematangan medium-rare, yang mana masih ada darahnya.     

Iristine tak tahan lagi. Dia meletakkan pisau dan garpunya, lalu berujar dengan nada tersinggung, "Kenapa manusia seperti kalian harus melukai makhluk hidup untuk memuaskan keinginan kalian? Hewan ternak, kambing, ayam ... mereka harusnya jadi teman kita! Alam sudah cukup toleran pada manusia seperti kalian!"     

Arcelion juga terlihat sangat kesal.     

Meski Tyrel dan Urine merasa dua elf itu sangat tidak sopan, mereka tetap meletakkan pisau dan garpunya.     

Lucien menelan sepotong sosis dengan perlahan, lalu melirik pada buah di atas piring Iristine dan Arcelion. Lantas dia berujar pelan, "Kenapa kalian para elf harus melukai makhluk hidup untuk memuaskan keinginan kalian? Apakah tanaman melakukan kesalahan? Kenapa kau mengambil buah mereka, keturunan mereka? Menurut perguruan Necromancy dan Gereja, tanaman juga makhluk hidup. Bukankah kalian berpikir demikian?"     

"Brengsek! Tuan Evans, kupikir kau berbeda. Kupikir kau adalah seniman yang hatinya dipenuhi dengan cinta. Tapi aku salah. Kau tetap seorang penyihir jahat! Nikmati sarapan penuh darah kalian! Jangan bicara pada kami tentang proyeknya setelah kalian semua selesai makan makanan yang banyak darahnya!" Iristine meninggalkan meja bersama Arcelion sambil marah.     

"Bagus, Tuan Evans." Tyrel menyeringai. "Meski kau tampak ramah, tapi kau pintar melemparkan satire, dan aku tak percaya betapa hipokritnya mereka."     

"Kita memang harus melindungi alam, tapi kita juga harus bertahan hidup," ujar Lucien serius, lalu tersenyum. "Apapun yang melarangku memakan daging adalah bid'ah."     

Sejujurnya, Lucien pernah membayangkan kalau dia ingin punya hubungan romansa yang indah dengan wanita elf di dunia ini, tapi sepertinya hal itu tak akan terjadi.     

"Aku senang dengan kalimatmu. Apapun yang melarangku makan daging adalah bid'ah!" Tyrel memasukkan potongan daging yang besar ke dalam mulut dan mengunyahnya.     

Lucien mengelap sudut bibirnya perlahan. Dia tahu benar kalau Tyrel dan Urine tak bisa benar-benar disebut arcanis, karena lencana mereka semuanya palsu. Tyrel sesungguhnya adalah arcanis level tiga, penyihir lingkaran keenam, sementara Urine adalah arcanis level dua dan penyihir tingkat lingkaran kelima. Mereka adalah penyihir yang lebih berspesialisasi dalam bertarung. Tugas utama mereka di sini adalah untuk menangani pengawal pangeran dan tuan putri.     

Lucien menyesap air putihnya dan berpikir dalam hati, 'Dua elf druid yang tak ingin bekerja sama dengan kita, ditambah dua penyihir yang suka berkelahi, dan ada aku, arcanis level empat yang sebenarnya tak pantas dapat gelar ... kelompok macam apa ini...'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.