Singgasana Magis Arcana

Percobaan



Percobaan

0"Pria seperti badut? Dia tanya apa?" Lucien mengernyit. Dia bertanya-tanya apakah seseorang di sini sudah tahu bahwa dia adalah penyihir.     

Grace menggeleng serius. "Saya tidak tahu siapa dia. Penampilannya yang mengerikan membuat saya sangat ketakutan. Maaf, Tuan Evans ... Saya gagal melawan ... Dia bertanya bagaimana saya bertemu dengan Anda di Sturk, bagaimana saya mendapatkan bantuan Anda, dan bagaimana Anda mengenalkan saya pada Tuan Christopher dan Tuan Victor. Benar ... dia juga bertanya pada saya apakah saat itu ada orang lain yang bersama Anda. Saya benar-benar minta maaf, Tuan Evans ... Saya takut dia akan membunuh saya, jadi saya memberitahu semuanya. Saya tahu mungkin ini akan membawa masalah pada Anda, tapi saya benar-benar tidak bisa mengendalikan diri saya saat itu..." Grace meminta maaf dengan tulus.     

Lucien mendengarkan dengan hati-hati dan mengangguk singkat. "Di mataku, ini mungkin akan membawa masalah padamu. Sekarang, orang lain tahu kau pernah menggunakan namaku untuk mempromosikan dirimu tanpa izin. Tapi karena masalah itu terjadi beberapa tahun lalu dan sekarang kau sudah jadi musisi terkenal, aku bisa mendapatkan reputasi bagus dari sana. Orang lain akan tahu bahwa aku adalah orang yang murah hati dan pemaaf."     

Grace nyengir dan berkata, "Untungnya saya tidak memberitahu badut itu kalau demi mendapatkan maaf Anda, saya diminta mengirimkan pesan pada Granneuve. Sebagai gantinya saya memberitahu dia bahwa Anda bermurah hati pada saya, dan ... dan kita menghabiskan malam bersama ... Saya memberitahu dia begitu karena saya takut dia tidak percaya jika Anda memaafkan saya hanya karena murah hati."     

Ketika bicara, Grace mengamati ekspresi Lucien dengan hati-hati.     

Lucien membalas serius, "Tidak ada hal yang perlu disembunyikan. Aku hanya mencoba menolong temanku menghubungi Tuan Granneuve saat itu. Apa yang kau katakan tidak akan mencoreng reputasiku."     

Selama Viscount Wright masih ada di sana, dan selama Granneuve masih menyembunyikan identitasnya dengan baik, bahkan jika Grace memberitahu orang asing cerita lengkapnya, harusnya tidak masalah. Lucien memberitahu Grace untuk merahasiakannya saat itu karena sedang berhati-hati dengan Granneuve.     

"Maaf, Tuan Evans. Sayalah yang punya pikiran gelap." Grace buru-buru meminta maaf lagi. "Saya pikir menyembunyikan rahasia ini sangat penting untuk Anda, karena Anda meminta saya seperti itu."     

"Tidak apa." Ekspresi Lucien tampak ramah. "Aku paham. Tapi jangan diulangi lagi."     

"Anda benar-benar musisi yang murah hati dan pemaaf." Grace sedikit tenang. "Saya harus kembali ke ruang tengah sekarang. Kalau tidak, mereka akan berpikir ada apa-apa di antara kita."     

Sambil melihat Grace meninggalkan koridor, Lucien tersenyum tenang.     

Dalam benaknya, Grace bukan orang yang memiliki tekad kuat. Malah, meski dia cukup berbakat dalam musik dan bermain piano, dia kadang-kadang bisa jatuh pada godaan. Selain itu, Lucien tidak berpikir Grace akan membahayakan hidupnya sendiri karena apresiasinya pada Lucien.     

Makanya, Lucien tidak akan percaya bahwa Grace bisa menyembunyikan bagian penting ceritanya di depan bahaya yang mengancam nyawa.     

Sambil berjalan menuju toilet, Lucien berpikir dalam hati. 'Penjaga malam? Seorang penyelidik dari Hand of Paleness atau Argent Horn? Seorang intel dari duchy?'     

Lucien beralasan bahwa pria itu bukan seorang penyelidik dari Argent Horn karena Argent Horn tidak akan menunggu sampai Grace datang di Aalto.     

Selain itu, karena departemen intel dari duchy kini ada di bawah kendali Natasha, dia tidak perlu menginvestigasi Grace.     

Sementara kemungkinan dua sisanya, baik Penjaga Malam atau Hand of Paleness pasti datang tanpa niat baik. Tetap saja, sejak kapan mereka menyadari hubungan itu? Apa yang terjadi di Jamuan Kematian harusnya hanya diketahui antara necromancer dan Viscount Carendia.     

Makanya, Lucien membuat kesimpulan kasar. Dia yakin orang-orang itu masih belum dapat bukti akurat untuk membuktikan bahwa musisi hebat adalah penyihir. Kalau tidak, dia tidak akan bisa menikmati kedamaian sementara saat ini.     

Sambil mengeringkan tangan dengan tisu, Lucien menyingkirkan pikiran-pikiran itu dan kembali ke ruang tengah.     

...     

Setelah makan siang yang menyenangkan.     

"Lucien, jadi selain Moonlight dan Storm, apa kau punya komposisi lain?" Victor menyesap winenya dan tersenyum. "Aku yakin musik rakyat sangat menginspirasimu. Kami semua menantikannya..."     

Mendengar apa yang diucapkan Victor, semua orang di sekitar meja melihat ke arah Lucien dengan harapan besar. Kecuali Iven, yang masih berusaha keras mematuhi cara makan yang sopan.     

"Aku memang punya dua simfoni. Salah satunya hampir selesai, tapi masih butuh beberapa sentuhan akhir berdasarkan hasil penampilan band," jawab Lucien, sambil memikirkan apa yang terjadi tadi. "Karena inspirasi datang dari musik rakyat, simfoni barunya punya struktur yang tidak terlalu mengekang. Mungkin nantinya akan mendapatkan banyak kritik."     

Karena percakapan mereka sebelum makan siang, Felicia kini merasa lebih santai ketika bicara dengan Lucien. "Di antara banyaknya gelar yang kau punya, Lucien, aku paling suka Innovation. Kami selalu berharap kau bisa menciptakan hal baru daripada terus berpegang teguh pada jalur yang biasa ditempuh orang-orang."     

Tiga tahun kemudian, dia kini lebih mudah didekati sebagai wanita bangsawan, dan juga lebih humoris.     

"Benar, Evans, aku sangat menanti simfoni barumu. Bibimu dan aku besar di bagian selatan duchy, dan kami tak pernah benar-benar meninggalkan Aalto setelah kami memutuskan tinggal di sini. Jadi aku tak punya banyak kesempatan belajar musik dari negara lain." Joel merasa sangat senang jika bicara soal musik. Wajahnya pun bersinar karena semangat.     

Sebagai instrumentalis biasa, Elena masih malu-malu bicara di depan orang lain. Setelah mereka mengatakan komentar mereka, Elena bertanya pada Lucien dengan senyum manis, "Bagaimana dengan musik lainnya? Apa kau akan mengadakan konser kepulangan setelah kau menyelesaikannya?"     

Bagi musisi hebat seperti Lucien, selama dia ingin mengadakan konser, Aula Pemujaan selalu tersedia.     

Semuanya melihat ke arah Lucien. Bahkan Iven juga meletakkan garpu serta pisaunya.     

"Hampir selesai, tapi aku masih butuh waktu. Mungkin dua atau tiga minggu..." kata Lucien, yang pikirannya penuh tentang si badut.     

"Luar biasa!" kata Grace semangat. "Ada banyak orang yang menunggu konser keduamu."     

Kerabat Lucien dan teman-temannya di sekitar meja nyengir dan mengangguk.     

Setelah makan siang, berita bahwa musisi muda berbakat, Lucien Evans, akan mengadakan konser keduanya satu bulan lagi akan didengar oleh semua orang di Aalto.     

...     

Setelah berpamitan dengan Elena, Grace kembali ke villa kebun yang dia sewa di Gesu. Di Sturk, dia menabung cukup banyak.     

Sambil mengabaikan sambutan para pelayan, Grace buru-buru berjalan ke kamarnya dan mengunci dirinya dari dalam.     

Begitu dia menutup pintu, Grace merebahkan diri di kasur. Benang-benang hitam yang sangat halus keluar dari tubuhnya seperti arus air.     

Setelah beberapa saat, Grace turun dari kasur dan bergumam sendiri, "Kenapa aku merasa sangat lelah hari ini? apa aku terlalu bersemangat karena bertemu Tuan Evans? Kenapa aku bertingkah seperti itu padanya? Dalam pikiranku, aku berniat untuk ... menggodanya...? itu tidak benar ... meski aku kagum padanya, sebenarnya aku juga takut padanya..."     

...     

Di sebuah rumah.     

Wajah badut yang menyeringai tiba-tiba terengah-engah. Mengendalikan seseorang dari jarak jauh dalam waktu lama sangat memakan energi.     

"Ketua, apa Anda menemukan sesuatu?" Sebuah suara wanita yang lembut terdengar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.