Singgasana Magis Arcana

Asisten



Asisten

0Setelah merapal mantra penahan pada Sophia dan orang lainnya, Lucien memeriksa buku catatan itu dengan hati-hati lagi. Akhirnya dia mengambilnya.     

Catatan itu sangat tidak lengkap, dan tulisan tangannya sangat acak-acakan serta sulit dibaca. Namun dari kalimat dan tulisan tangannya, Lucien bisa tahu bahwa buku itu berasal dari orang yang sama, dan nada orang itu berubah seiring umurnya bertambah.     

'... Setelah menjelajahi peninggalan kuno yang ada di neraka terdalam, mereka, termasuk Solano dan bahkan gurunya, entah kenapa jadi berbeda sekarang. Tapi kenapa aku harus peduli? Mereka tidak pernah melihat harapan pada diriku. Biar bagaimanapun, sebagai murid dalam Astrologi, aku bahkan tak bisa mencari lokasi Bintang Induk Takdirku. Jika ayah tidak menyelamatkan guruku dengan bertaruh nyawa, guru pasti sudah membuangku. Mereka tidak tahu apa arti dari Bintang Induk Takdirku.'     

'... Mereka sudah bukan manusia lagi! Mereka iblis! Mereka dirasuki! ... Aku tidak boleh membiarkan mereka tahu kalau aku sudah mengetahuinya. Aku harus sangat hati-hati...'     

'... Apa yang bisa kupastikan adalah iblis yang merasuki mereka tidak pernah ditaruh dalam catatan apapun. Mereka suka menipu dan membelokkan pikiran manusia dengan mengumpulkan emosi negatif. Aku tidak bisa tinggal di sini lagi. Aku harus mencari alasan untuk pergi...'     

'... Hampir saja. Mereka akan menangkapku jika aku tidak memiliki Bintang Induk Takdir Spesial...'     

'... Aku sudah mengetahui siapa mereka: Arrogance, Envy, Greed, Pain, Lust, Hypocrisy ... Mereka sangat berbeda dengan iblis lain yang kami ketahui...'     

'... Solano bodoh sekali ... Dia mencoba membunuhku. Dia pasti tidak tahu kalau aku sudah menjadi tingkat lingkaran tujuh. Dia adalah material eksperimen berhargaku yang datang sendiri ke depan pintu. Aku harus memeriksa dan melihat apa itu Iblis...'     

'... Tidak ada satu pun cara untuk menahan proyeksi iblis. Apa yang harus kulakukan? Mungkin aku harus pergi dan menjelajahi neraka terdalam. Semoga aku bisa menemukan sesuatu...'     

'... Tidak ada jalan keluar. Akan kucoba apakah aku bisa menggabungkannya dengan kekuatan darah iblis kebanyakan...'     

'... Hasilnya luar biasa. Bakat bisa didapatkan dari gabungan kekuatan darah dan menjadi bagian dari jiwa. Kekuatannya juga bisa memperkuat tubuh seseorang dan memadatkan dunia kognitif seseorang. Mungkin ... ia bisa mempercepatkan kemajuanku...'     

'... Karena akumulasi emosi negatif akhirnya bisa membawa pada hubungan terhadap tujuh iblis, aku bisa melakukannya dengan sengaja. Aku harus merancang istana spesial dan sebuah ritual...'     

'... Apa ini?'     

'... Aku salah sejak awal...'     

'... Kurasa aku menemukan rahasia tujuh iblis. Kurasa aku sudah melihat kebenaran dunia...'     

Banyak hal yang hilang dari catatan itu. Tidak ada hal signifikan yang tertulis di sana. Kelihatannya catatan yang ditinggalkan di sini oleh seseorang adalah catatan yang ditinggalkan secara sengaja. Pemenangnya tahu bahwa mereka ketika ada yang memperebutkannya. Pemenangnya tahu mereka tidak penting dan buru-buru pergi.     

Kemudian catatannya dikumpulkan oleh leluhur keluarga Gorse dan digabung bersama.     

Catatan itu secara otomatis tersalin di perpustakaan jiwa Lucien. Lucien penasaran apa rahasianya, dan kenapa berhubungan dengan kebenaran dunia, sementara catatan yang tidak lengkap itu tak mampu menjelaskan semua pertanyaan yang dia miliki dalam kepala. Rasa penasarannya membakar isi perutnya.     

Setelah menenangkan diri, Lucien dengan hati-hati memeriksa ruangan rahasia lagi tapi tak menemukan apapun. Dengan menggunakan kekuatan perpustakaan jiwanya, dia menyalin desain altar dan lingkaran sihirnya.     

Tempat itu sendiri adalah harta yang berharga. Menurut Thanos, altar dan lingkaran sihirnya bisa menarik proyeksi iblis, mengurung mereka, dan bahkan menyerap mereka.     

Bagi Lucien, tujuh iblis itu terlalu kuat untuk dikendalikan. Dia tidak tertarik menyerap proyeksi iblis untuk mendapatkan kekuatan karena risikonya besar. Namun, mengetahui cara menarik dan mengurung mereka adalah keuntungan besar. Selain itu, mempelajari makhluk misterius itu sangat mengagumkan bagi setiap arcanis, apalagi jika berkaitan dengan kebenaran dunia.     

Setelah selesai, Lucien menidurkan Relph dan Claire, lalu memasang mantra peringatan pada mereka berdua. Lantas dia membangunkan Sophia.     

"Aku masih butuh kau untuk melakukan sesuatu. Ikuti aku. Jadilah asistenku."     

"Baiklah," jawab Sophia sopan, tapi di dalam hatinya, dia merasa sangat marah. Tentu saja, dia bukan asistennya, tapi alatnya untuk menjelajahi area asing.     

Namun dia tidak bisa melakukan apapun. Nyawanya ada di bawah kendali si penyihir. Dia hanya bisa mengikuti si penyihir dengan patuh. Mereka meninggalkan ruangan dan sampai ke depan lukisan duke Gorse pertama.     

Sophia sangat terkejut saat dia melihat Lucien membuka pintu masuk ruangan lain. Kemudian, ketakutan yang amat sangat muncul di hatinya. Dia tidak tahu apakah si penyihir akan membunuhnya atau tidak karena dia mengetahui rahasia itu.     

"Kalau kau mau berdiri diam di sana, kau tak perlu bergerak lagi." Lucien tersenyum.     

Di mata Sophia, wajah yang tersenyum itu seperti iblis, yang bahkan lebih kejam daripada iblis. Dia harap dia bisa meninju wajah si penyihir.     

Namun itu hanya harapannya. Sebenarnya, dia tetap mengatakan, "Saya ikut, Tuan."     

Dia tidak punya pilihan.     

Sambil berjalan sendirian di jalan tembus rahasia, Sophia sangat waspada dengan setiap langkahnya. Akhirnya, di ujung jalan tembus, dia melihat bagian dalam istana yang mirip dengan yang ada di luar, begitu juga dengan patung Thanos.     

Setelah melihat sekitar, Sophia menghela napas lega. Lututnya hampir kehilangan seluruh tenaga.     

Lucien memimpin Sophia sampai ke patung dan menunjuk ke tangan kanan patung.     

"Sentuh di sini," ujar Lucien.     

"Tidak ada apapun di sana..." Sophia sangat bingung. Tapi saat dia mengulurkan tangan, dia menghentikan gerakan dan melihat ke tempat Lucien berdiri.     

Tidak ada siapapun di sana!     

"Teruskan." Suara rendah si penyihir terdengar dari kejauhan. Sophia berbalik dan melihat bahwa si penyihir misterius sudah kembali ke jalan tambus rahasia.     

Sophia tergagap. "Kenapa ... kenapa kau berdiri di sana?"     

"Karena bisa saja sangat bahaya," ujar Lucien jujur.     

Dalam sekejap, keringat timbul di dahinya.     

"Cepat. Kita masih harus menandatangani perjanjian sihir." Lucien mengingatkan Sophia dengan lembut dan masih tersenyum.     

Sophia tahu itu adalah ancaman. Dia merasa tangan kanannya sangat berat. Dengan sangat perlahan, dia mengangkat tangannya.     

"Jalan," perintah Lucien. sambil mengenakan Sun's Corona, dia melihat tangan Sophia menyentuh ujung bola cahaya putih.     

Tangan Sophia yang lentik dan cantik itu gemetaran. Dia tidak tahu apa yang terjadi.     

"Cukup." Melihat tak ada yang terjadi, Lucien agak bingung.     

Sophia ambruk di atas lantai begitu dia mendengar perintah Lucien.     

Lucien memeriksa Sophia dengan mantra penguji spesial, dan Lucien yakin dia tidak berbohong. Sophia memang tidak merasakan keberadaan bola cahaya dan tidak ada yang terjadi padanya. Untuk mendapatkan data terbaru, Lucien tidak mengendalikan Sophia menggunakan sihir. Lucien menunggu sesaat untuk memastikan bolanya benar-benar aman, kemudian berjalan menghampiri Sophia.     

Dia menyuruh Sophia menaruh sedikit kekuatannya pada Sun's Corona, jadi dia bisa menggunakan bagian kekuatan Sun's Corona seperti bagaimana Lucien menggunakan lencana Saint Truth untuk pertama kali.     

Sophia akhirnya melihat bola cahaya putih menakutkan di atas tangan kanan patung.     

"Coba lagi," ujar Lucien dingin.     

Sophia mengumpat dalam hati, tapi dia bahkan tidak tahu siapa penyihir muda itu.     

Setelah menarik napas panjang, Sophia terus berkata pada dirinya sendiri bahwa ini adalah terakhir kalinya dia harus mengemban risiko. Sambil gemetaran, dia mengulurkan tangan menuju bola cahaya. Sesuai dugaannya, penyihir brengsek itu mundur lagi.     

Ujung jari Sophia menyentuh bola cahaya. Rasanya dingin.     

Tangannya menembus bola cahaya tanpa kesulitan. Saat Sophia menyentuh celah kecil, dia merasakan sesuatu yang rasanya seperti kelambu berat.     

Sophia menarik tangannya dan dia terengah-engah.     

"Tuan ... tidak terjadi apapun."     

Lucien menghapus tanda yang ditinggalkan Sophia pada Sun's Corona. Saat dia akan memberikan perintah lanjutan pada Sophia, seseorang memicu tanda peringatan dalam lingkaran sihir yang dia pasang!     

Perkiraan pertama yang melintas di benak Lucien adalah salah satu dari iblis itu kembali.     

Lucien menaruh tangannya kembali ke dalam saku dan mundur lebih jauh ke bagian tengah aula.     

"Ada ruangan rahasia lain di sini. Menarik." Dari ujung jalan pintas lain, pria pirang bermata biru berjalan masuk perlahan.     

Itu adalah Beyer, sang pangeran.     

Namun mata Beyer tajam dan jelas dan gerakannya elegan. Jelas dia tidak sedang dirasuki.     

Tangannya dilipat di belakang, dan Beyer berjalan melewati Lucien sambil melihat tangan kanan patung.     

"Di sini ternyata. Aku benar."     

Ada nada riang dalam suaranya.     

Tatapan di wajah lucien mendadak berubah. Dia sadar apa yang terjadi di sini.     

Sementara itu, seluruh tubuh Sophia mulai gemetar. Suaranya terkejut.     

"A ... Ayah?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.