Singgasana Magis Arcana

Kesempatan Datang Pada Orang yang Bersiap



Kesempatan Datang Pada Orang yang Bersiap

0Hela napas pelan itu menyambar benak Sophia bagaikan petir. Kabut tebalnya menyingkir, dan dia teringat pada kenangan lama.     

Setelah mengetahui rahasia Sun King dari Relph, Sophia memilih untuk bekerja sama dengan duke Gorse dan Glorious Crown untuk memenangkan takhta kerajaan. Untuk memasang jebakan rumit, dia mengkhianati teman baiknya dan para kesatria yang setia padanya.     

Namun pada akhirnya, orang-orang yang dia pilih untuk bekerja sama berubah menjadi monster mengerikan. Jika Deniz tidak memilih untuk mengorbankan nyawa untuk menyelamatkan dirinya, Sophia pasti sudah terbunuh. Seluruh mimpi dan ambisinya akan berubah menjadi buih di atas air.     

Ini semua karena ketamakannya...     

Jika mengingat-ingat dirinya tertawa pada Frederick, Beyer, dan Arthen terhadap ketamakan mereka, Sophia sadar bahwa apa yang terjadi padanya itu menyindir dirinya sendiri.     

Sophia merasa menyesal, kesal, sedih, putus asa, terbuang, dan banyak emosi negatif yang saling terjalin di benak Sophia. Dia sangat menghargai hidupnya, karena dia adalah putri yang memiliki kecantikan, kekayaan, masa muda, serta kekuatan. Dia tidak akan menyerahkan hidupnya semudah itu!     

"Aku tidak mau mati!"     

Sophia berteriak kencang. Dia harus meletakkan seluruh harapannya pada penyihir muda yang misterius itu.     

Meski kekuatan si penyihir itu mengerikan dan dia adalah musuhnya, Sophia yakin selama tawarannya cukup menggoda, dia masih punya kesempatan untuk tetap hidup. Tapi jika si monster—Sophia melihat pada iblis yang dikelilingi dengan kabut hitam—mengalahkan si penyihir, dia pasti akan dibunuh dengan rasa sakit yang amat sangat!     

Dia menggeleng ketakutan, kemudian mata hijaunya terpancang pada si penyihir muda. Dia adalah satu-satunya harapannya. Sophia bisa memberikan apapun yang dia inginkan!     

Sophia berusaha keras untuk memaksa dirinya tenang menggunakan sihir. Namun, emosi lainnya menyusul.     

Dia merasa sangat gugup dan khawatir.     

Meski iblis itu yang bernama Pain berbeda dengan yang bernama Greed, karena ia masih belum sempurna dan juga salah satu dari tujuh iblis paling misterius dan kuat, tetap saja wadahnya adalah kesatria emas level sembilan, yang kekuatan dan kecepatannya melampaui penyihir tingkat senior serta kesatria cahaya.     

Apakah penyihir misterius itu bisa mengalahkan si iblis?     

Ketika mengingat-ingat bagaimana penyihir itu bertarung, Sophia menyadari bahwa kebanyakan mantra kuat yang dia gunakan berasal dari item sihirnya, dan sihir yang dia rapal menggunakan kekuatan jiwanya hanya sampai lingkaran lima. Meski mantra sihir yang digunakan pada saat-saat yang tepat sangat penting daripada apapun, fakta bahwa penyihir muda itu tak pernah merapal mantra tingkat lingkaran keenam cukup membuatnya penasaran.     

Mungkin ... mungkin pemuda itu baru menjadi penyihir tingkat lingkaran enam kurang dari satu tahun. Mungkin dia belum mendapatkan cukup mantra tingkat lingkaran enam.     

Sophia merasa sangat putus asa lagi.     

Jadi dia mulai berdoa pada God of Truth. Meski dia adalah seorang penyihir dan tidak sepatutnya penyihir berdoa pada God of Truth, dia tidak tahu apa lagi yang bisa dia lakukan.     

Meski kelihatannya cukup lama, sebenarnya semua emosi itu masuk ke dalam pikiran Sophia hanya dalam tiga detik.     

Metatron bergumam seolah mereka ada di dalam mimpi.     

"Kemari ... Kemari dan jatuhlah ke dalam penderitaan terdalam, karena sifat dunia sendiri adalah penderitaan, begitu juga sifat kehidupan."     

Sambil menyeret beban berat dari penderitaan, Metatron memaksa berjalan maju. Bintang-bintang di mata kanan Lucien bergerak semakin cepat. Namun karena perbedaan kekuatan yang besar, Lucien tidak bisa mendapatkan informasi detail lagi.     

"Dengan mengandalkan kekuatan tekad Metatron yang sangat kuat, iblis bernama Pain telah mendapatkan kekuatan besar darinya dan berkembang dengan sangat cepat. Tapi kekuatan tekad Metatron masih melawan, dan itulah kenapa Metatron bergerak pelan dan kaku, tidak selincah Greed."     

Lucien tahu tidak mungkin dia bisa bertarung melawan kesatria level sembilan. Bahkan dengan pedang Pale Justice, jika dia masih tidak cukup cepat, Lucien tetap akan terbunuh oleh Metatron dengan satu ayunan.     

Wajah yang tertekuk dalam kabut hitam menampakkan penderitaan yang amat sangat, dan dia mulai bicara.     

"Lahirnya bayi memberikan penderitaan pada ibu…"     

"Tumbuh membawa penderitaan…"     

"Penyakit membawa penderitaan…"     

"Kemiskinan membawa penderitaan..".     

"Cinta membawa penderitaan…"     

"Keputusasaan membawa penderitaan…"     

"Kematian membawa penderitaan yang amat sangat..."     

Setiap wajah mewakilkan sumber penderitaan. Atmosfer mencekam yang mengungkung Lucien kurang lebih mulai mempengaruhi pikirannya.     

Lucien tahu dia harus melakukan sesuatu.     

Sambil memaksa dirinya untuk berkonsentrasi, dia mengeluarkan item dari kantong sihir.     

Kali ini, sebuah cahaya menyilaukan menyala di pikiran Metatron bagaikan mahkota yang megah. Kekuatan cahaya itu menahan kabut hitam, sehingga wajah penderitaannya berhenti bergerak-gerak.     

Begitu kesempatan itu hilang, Lucien tidak akan punya kesempatan kedua untuk menyelamatkan diri!     

Dengan gerakan tegas, Lucien melempar tabung di udara. Sementara itu, dia mulai merapal dan membuat gerakan tangan yang rumit.     

Cahayanya menjadi semakin terang seolah akan membakar seluruh aula sampai jadi abu.     

Sophia menyipitkan mata, dan dia telah kehilangan seluruh harapannya. Di bawah sinar menyilaukan dari Glorious Crown, mereka semua akan mati.     

Material yang kokoh dan tanpa warna di dalam tabung kristal yang dilempar ke udara itu sangat membekukan.     

Dengan adanya kekuatan mantra dan kekuatan spiritual Lucien yang dikirimkan melalui gerakan tangan, material yang padat dan tak berwarna itu mulai menggeliat dan semakin dingin. Tak lama kemudian menjadi cahaya redup dan menembak ke arah Metatron.     

Saat Lucien mendapatkan Medali Ice & Snow dari Fernando, dia diberitahu bahwa Witch of Iceland telah mendapatkan helium padat dengan meningkatkan tekanan tinggi. Sehingga Lucien meminta tolong pada gurunya agar mengumpulkan dua tabung helium padat untuknya. Helium padat itu dimasukkan ke dalam tabung sihir yang sangat berharga, yang mana merupakan senjata terkuat yang dimiliki Lucien untuk perjalanan ini.     

Lucien selalu mendahulukan nyawanya!     

Mantra tingkat lingkaran sembilan—milik Lucien—Snow Goddess's Whip!     

Sinar membekukan itu menghantam keras pada sinar mentari yang menyilaukan.     

Metatron tidak menyadari apa yang sedang terjadi sampai mantra tingkat lingkaran sembilannya sudah siap. Dia tidak punya waktu untuk menghindar, jadi dia hanya bisa menyeret kabut hitam dan melindungi dirinya dengan itu.     

Kabut hitam tersebut memadat, begitu juga darah Metatron. Kulitnya tampak seperti kristal dan memantulkan sinar matahari. Pemandangan itu indah bagaikan mimpi.     

Di dekat pintu masuk aula, udara dan embunnya telah hilang, sehingga tempat itu jadi benar-benar padat. Satu-satunya hal yang masih bergerak adalah wajah yang terdistorsi, tapi mereka tidak bisa keluar dari kabut hitam yang memadat.     

Sophia tidak tahu mantra apa itu. Kekuatan mantranya sungguh tak terbayangkan. Dia juga tidak percaya pada apa yang terjadi terhadap Metatron, seorang kesatria level sembilan!     

Siapa pemuda itu?     

Sophia tidak lagi meragukan kekuatan penyihir misterius itu, karena dia tidak menggunakan item sihir maupun gulungan sihir, namun hanya sebuah tabung sihir biasa.     

Tanpa diragukan lagi, penyihir misterius itu sangat, sangat kuat!     

Sophia berharap dia bisa sekuat penyihir itu. Jadi saat menghadapi bahaya, dia bisa melindungi dirinya sendiri. Terlepas dari syoknya, benak Sophia mulai melayang.     

Namun Lucien tidak merasa baik-baik saja sekarang. Meski dia berhasil merapal mantra tingkat lingkaran sembilan, dia memaksakan dirinya sampai ke batas kemampuannya. Snow Goddess's Whip nyaris menghabiskan seluruh kekuatan spiritualnya. Sakit kepala yang dirasakan Lucien nyaris membunuhnya.     

Kali ini, nuansa dingin dan menyegarkan datang dari tangan kiri Lucien. Cincin Holm Crown, Origin, mengembalikan kekuatan spiritual yang disimpan sebelumnya ke dalam tubuh Lucien. Sakit kepalanya pun menghilang. Dengan memanfaatkan kesempatan, Lucien langsung merapal Bull's Strength.     

Es yang membekukan itu tidak bisa membunuh iblis. Sebelum esnya meleleh, Lucien memberinya serangan akhir!     

Esnya meleleh dengan cepat, berubah menjadi embun yang naik ke udara. Lucien mengeluarkan sebuah tabung ramuan sihir dan menghabiskannya.     

Sambil memegang erat pedangnya, Lucien berlari menyeberangi aula menuju ke arah iblis.     

Dia mengangkat pedangnya tinggi, lantas menebas wajah-wajah tersebut!     

Sophia tidak paham kenapa mendadak penyihir itu berubah menjadi kesatria. Tapi dia tidak peduli karena dia tahu bahwa iblisnya bukan saingan si penyihir muda, dan dia aman sekarang.     

Pale Justice menebas tepat pada bola kabut hitam, lantas tangisan pilu dari wajah tersebut menggema di aula.     

Kabut hitamnya perlahan hilang. Wajah terdistorsi juga hilang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.