Singgasana Magis Arcana

Lucien sang Devil King



Lucien sang Devil King

0Aula Moonsong League cabang Allyn ditutupi oleh lapisan cahaya bulan yang sejuk dan lembut.     

"Jurisian, ini jamuan apa?" Seorang pemuda pendek melihat sekitar dengan bingung. "Kenapa orang-orang dari perguruan elemen ada di sini?"     

Kelihatannya dia berumur 17 atau 18 tahun, tapi nada bicaranya terdengar dewasa.     

Pria yang diajaknya bicara memiliki rambut hitam dan mata coklat. Wajahnya yang khas memasang senyum lembut. Pria itu berkata, "Entah. Presiden menyuruhku datang, jadi aku datang. Aku tidak akan lama, karena jamuan seperti ini biasanya membosankan."     

Jurisian mengenakan lencana arcana bintang lima dan lencana sihir lima lingkaran. Berkat dikenalkannya Faktor Pengaruh, dia sudah naik tingkat dalam arcana. Selain itu, karena melatih keterampilan bertarungnya secara rutin, level sihirnya juga naik. Kini dia menuju tingkat senior.     

"Jurisian, aku lebih senang kalau kau yang mengemukakan hipotesis itu." Penyihir lain dari perguruan Elektromagnetik datang dan bergabung dalam pembicaraan. "Kenapa kau berhenti menggali setelah menemukan efek fotolistrik?"     

Julian memutar alkohol dalam gelasnya, saat senyum yang sama masih terpasang di wajahnya. "Bagaimana kau tahu aku tak pernah menggalinya, Pono, Feya? Mengemukakan hipotesis bukan hanya dari melakukan eksperimen berkali-kali, tapi yang lebih penting, cara pikir yang luas dan imajinasi. Aku tak pernah memperhatikan naskah yang ditulis Lucien tentang ketidaksinambungan energi, kata kunci untuk mengajukan hipotesis."     

Pono adalah pemuda pendek yang bicara dengan Jurisian tadi. Dia lebih berbakat dalam sihir daripada arcana, dan merupakan salah satu penyihir dalam Moonsong League yang menjanjikan untuk naik ke tingkat senior. Mendengar nama itu, Pono berujar kesal, "Aku ingin marah setiap kali memikirkan orang itu. dunia kognitif guruku rusak dan memadat karena hipotesisnya, lalu temanku ... darahnya berceceran di mukaku...     

"Kalau aku bertemu dengannya di luar Allyn, akan kutimpakan masalah padanya!" teriak Pono.     

"Memberinya masalah? Bagaimana caranya?" tanya Feya tajam. "Sebagai penyihir tingkat lingkaran lima? Lucien Evans adalah arcanis agung masa depan. Berhentilah bermimpi..."     

Dia tidak ingin seketus itu. Sarkasmenya datang dari perasaan tak berdaya, karena penyihir yang kepalanya meledak dalam kalimat Pono juga temannya.     

"Aku tahu," balas Pono sengit. "Tapi kalau aku tidak berpikir demikian, aku bisa gila. Setidaknya, saat aku bertemu Lucien Evans, aku punya keberanian untuk meludah di wajahnya."     

"Itu luar biasa. kurasa aku juga akan melakukannya." Mata Feya memerah.     

Jurisian masih memasang senyum yang sama sambil mendengarkan percakapan mereka dalam diam. Dia juga mendengar orang lain mengobrol.     

"Kalau aku bertemu Lucien Evans secara langsung, aku akan bertanya padanya cara menjelaskan difraksi dan interferensi cahaya menggunakan hipotesisnya."     

"Akan ada satu hari di mana kepalanya akan meledak karena hipotesis terang-terang dalam teori gelombang!"     

"Aku tidak peduli apakah dia arcanis agung dalam perguruan Elemen dan Alkimia atau tidak. Lucien Evans tidak akan pernah memahami Cahaya-kegelapan menggunakan partikelnya. Hipotesis kuantum cahaya kemungkinan besar menjadi bagian benar dari teori gelombang. Ini bukan akhir! Kita masih punya teori klasik dalam elektromagnetisme dan gambaran eksperimen!"     

Jurisian mengangkat alisnya sedikit. Di matanya, para penyihir itu seperti anjing kecil yang menyalak setelah kalah dalam permainan.     

Sebagian besar penyihir yang hadir sedang membicarakan Lucien, yang cukup menunjukkan seberapa besar kebencian terhadap Lucien Evans dan hipotesisnya. Sementara di sisi lain aula, para arcanis dari perguruan elemen dan alkimia juga sedang berdiskusi panas tentang Alkimia Baru, meski itu bukan topik baru lagi. Di mata mereka, Lucien akan menjadi arcanis agung selanjutnya, pemimpin baru seluruh kongres.     

Mendadak, mata Pono membelalak. Dia menunjuk panggung di depan aula.     

"Lihat!"     

Jurisian melihat sekitar dan melihat Joaquin berjalan ke panggung bersama seorang pemuda.     

"Tuan dan Nyonya," kata Joaquin sang presiden, "ini adalah Tuan Lucien Evans."     

Lucien Evans? Pono teringat pemandangan mengerikan begitu dia melihat pemuda di atas panggung. Sampai hari ini, dia masih bisa mencium aroma darah dan merasakan jaringan otak yang kenyal di wajahnya. Dia ingat melihat tubuh tanpa kepala jatuh ke atas lantai.     

Dia merasakan amarah besar dalam hatinya, tapi rasa takut tampaknya lebih besar. Dia tidak bisa melawan perasaan, seolah jika dia menatap pemuda itu lebih dari satu detik, kepalanya akan diledakkan.     

Gelas jatuh ke lantai dari tangan Pono. Cairan merah mengotori karpet.     

Semakin banyak gelas yang jatuh, seolah pemandangan itu mengingatkan mereka terhadap hari terjadinya insiden mengerikan. Hari darah.     

Karena tak bisa mengendalikan amarah, beberapa penyihir menggenggam gelasnya hingga pecah.     

Ekspresi mereka berubah jelek karena kebencian, tapi juga rasa takut.     

Keheningan menguasai ruangan. Bahkan suara tarikan napas pun lenyap.     

"Tuan dan..." Lucien melangkah maju dan membungkuk sopan.     

Lucien bahkan tidak menyelesaikan kalimatnya. Begitu dia melangkah maju, para tamu melangkah mundur. Beberapa bahkan menggelengkan kepala, seolah sedang mencoba mengeluarkan kalimat Lucien dari kepala mereka. Kalau tidak, kepala mereka juga akan meledak. Di antara mereka, ada beberapa penyihir tingkat senior dari Moonsong League yang dikenal Lucien juga.     

Hening masih berlangsung.     

Lucien penasaran apakah namanya sudah dimasukkan ke dalam cerita seram atau cerita menjijikkan yang mencegah anak kecil menangis. Untungnya, tidak ada anak-anak di sini.     

Karena malu, Joaquin jadi agak kesal melihat bagaimana reaksi para penyihir dari Moonsong League atas kehadiran Lucien. Mereka kehilangan kesopanan. Joaquin terbatuk pelan.     

Tak ada satu pun yang berani menantang Lucien di depan mukanya, meski banyak dari mereka berkata sok berani beberapa menit lalu. Mereka takut.     

"Kita berkumpul di sini hari ini untuk memberikan penghargaan Medali Silver Moon no. 21 pada Tuan Lucien Evans, untuk menghargai kontribusi besarnya pada perguruan Cahaya-kegelapan serta perguruan Elektromagnetik, atas dikemukakannya Hipotesis Kuantum Cahaya," kata Joaquin agak sedih. Penghargaan itu awalnya dibentuk untuk mengenang lahirnya teori gelombang dan teori elektromagnetik klasik, tapi sekarang penghargaannya jatuh pada hipotesis yang mematahkan mereka.     

Jurisian menatap Lucien tanpa menunjukkan banyak emosi. Sudah tiga tahun sejak hipotesisnya dikemukakan, dan dia sudah menerima faktanya. Namun, kalimat Joaquin terdengar agak sarkas padanya. Kontribusi besar Lucien Evans? Apakah Joaquin mengacu pada tubuh tanpa kepala dan rusaknya dunia kognitif?     

Para tamu yang hadir akhirnya menyadari alasan kehadiran mereka hari ini. Tak diragukan lagi, Yang Mulia Tuan Brook telah menemukan bukti untuk mendukung hipotesisnya.     

"Bodoh sekali kalau terobsesi pada pertanyaan—partikel atau gelombang—karena saya selalu yakin," Lucien sang Devil King di mata hadiri, mulai bicara lagi dalam hawa agresif dengan percaya diri, "... kenapa susah sekali menerima kenyataan? Kenapa sangat sulit mengakui bahwa hasil eksperimen memang menunjukkan dualitas? Kita harus melihat ini dari perspektif yang lebih luas. Dunia mikro itu jauh di luar bayangan kita, sehingga jalan lain dibutuhkan untuk mencapai hasil eksperimen serta ekuasi matematika."     

Tak ada yang berani berkata apapun. Namun bukan berarti mereka setuju dengan Lucien.     

Partikel dan gelombang? Bagaimana itu bisa terjadi?     

Lucien melihat respon hadirin, dan dia paham. Tanpa basa-basi, Lucien tersenyum. "Ini adalah kali pertama saya memenangkan Medali Silver Moon, dan saya sangat percaya diri ini bukan terakhir kalinya. Dalam dunia baru, penghargaan hanya diberikan pada orang-orang yang berpikiran terbuka dan tidak condong pada pihak manapun."     

Kemudian Lucien mengambil medali itu dan memakainya di dada kiri, di sebelah Medali Ice & Snow.     

Dia memenangkan penghargaan tertinggi dalam lima bidang berbeda. Termasuk Lucien Evans, hanya dua orang yang berhasil mencapai pencapaian serupa di kongres.     

Medali Silver Moon, Light Quantum, item sihir tingkat sempurna level tujuh.     

'Aliran listrik bisa membekukan tubuh dan menghancurkan jiwa. Pemakai medali bisa mendapatkan kekuatan besar dalam membekukan musuhnya saat menyambar target menggunakan petir. Sementara itu, kekuatan mantra dalam perguruan Elektromagnetisme dan Cahaya-kegelapan ini bisa ditingkatkan sampai ke lingkaran tujuh.     

'Medan magnet yang besar akan membentuk halo serta mengelilingi sesuatu di tengah, yang mana sangat pas ketika menarget golem logam serta kesatria tanpa armor anti magnet. Mantra elektromagnetik tingkat lingkaran tujuh—Magnetic Halo—bisa dirapal tiga kali sehari.     

'Petir raksasa akan menghancurkan segalanya—Mantra elektromagnetik tingkat lingkaran sembilan, Thunder Rage. Bisa dirapal tiga kali sehari.     

'Berkat Lucien Evans yang mengemukakan Hipotesis Kuantum Cahaya, kita sekarang bisa melihat cahaya dari perspektif lain.     

'Kita sudah mengetahui bagaimana petir dilahirkan, tapi belum tahu bagaimana cara cahaya dilahirkan.     

'Dari Edwyn Brook.'     

...     

Rentato, Stasiun Hexagram.     

Pria berambut hitam yang sedang mengunyah sesuatu di mulutnya itu berjalan santai di atas platform. Dia tampak biasa, seperti pelancong yang sekadar lewat.     

Peringkat 13 di antara penjaga malam, dengan julukan Body Manipulation, Ramiro adalah kesatria cahaya level delapan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.