Singgasana Magis Arcana

Halo Teman Lamaku



Halo Teman Lamaku

0"Sard..." Lucien mengonfirmasi penilaian Rhine lewat umpan balik sihirnya.     

Meski mantan kardinal agung dari paroki Orvarit dan perancang rencana busuk yang ambisius kehilangan tubuh dan jiwanya akibat God's Arrival dan hanya meninggalkan serpihan misterius, masih ada banyak rahasia tentangnya. Contohnya, kenapa dia bisa menggunakan God's Arrival, apa yang dia dapatkan dari Dunia Gerbang, kenapa dia bisa lolos dari monster, bagaimana dia bekerja sama dengan Angel King, dan apa sebenarnya serpihan misterius itu.     

Rhine tersenyum. "Aku datang ke Dunia Gerbang untuk melacaknya tapi kehilangan petunjuk setelah bertemu dengan monster. Tapi setelah aku menyerah dan lebih fokus mencari rahasia monster, jejaknya muncul lagi tanpa terduga. Mengerikan sekali yang dinamakan takdir ini."     

"Saya yakin hal paling penting bagi kita sekarang adalah pergi ke lab Thanos dan menemukan rahasia monster." Lucien juga tertarik dengan serpihan Sard, tapi mereka harus fokus di dalam Dunia Gerbang yang berbahaya dan tak boleh mudah terdistraksi.     

Rhine tidak menyangkal. Dia tersenyum mengejek dirinya sendiri. "Kau bukalah gerbangnya. Aku khawatir masih dihantui oleh kesialanku."     

Lucien bermaksud mengatakan kalau mereka sama saja, karena dia yang membuka gerbang saat bertemu dengan Ivan. Namun dia ingat apa yang ada di balik gerbang yang Rhine buka adalah Mountain Paradise, dan itu lebih parah lagi. Jadi dia mengangguk dan berkata, "Baiklah. Paling tidak, musuh yang kita temui setelah membuka gerbang masih bisa disingkirkan."     

Sisa perjalanan mereka damai dan hening. Monster yang mengerikan seolah sudah melupakan mereka. Begitu mereka mendekati lab Thanos, Rhine mendadak berhenti dan berujar bingung, "Jejak yang ditinggalkan serpihan misterius lagi..."     

Sard hanya meninggalkan satu serpihan misterius dan tak bisa menutupi jejaknya. Masuk akal jika dia ketahuan oleh orang yang masuk ke ruangan yang sama. Namun, kesempatan seseorang bisa masuk ke gerbang yang sama nyaris tak ada!     

"Apakah tujuan Sard juga lab Thanos?" Pertemuan pertama mereka mungkin kebetulan, tapi setelah mereka bertemu lagi, Lucien mau tak mau berpikir kalau mereka ada di jalan yang sama, dan satu-satunya alasan kenapa mereka ada di jalan yang sama adalah mereka punya tujuan yang serupa!     

Rhine mempertahankan senyum anggunnya. "Mungkin. Aku sangat penasaran dengan masa lalunya. Bagaimana dia bisa melakukan God's Arrival? Mungkin rahasianya ada di lab Thanos."     

Setelah melewati tiga aula abu-abu, mereka menemukan aroma dan jejak Sard lagi, yang semakin meyakinkan asumsi mereka.     

Beberapa menit kemudian, Lucien dan Rhine berhenti di depan gerbang hitam yang tak ada bedanya dengan gerbang lain.     

"Apakah lab Thanos ada di balik gerbang ini?" Tak yakin dengan kemampuan menghitungnya, Rhine bertanya untuk mengonfirmasi dengan orang ahli di sebelahnya.     

Lucien mengangguk serius. "Tuan Rhine, bersiaplah. Bahaya besar bisa jadi ada di dalam. Bintang Induk Takdir saya terus memberikan peringatan."     

"Tentu saja. Lab milik penyihir papan atas pasti diberikan pertahanan kuat." Dikenal sebagai Observer, Rhine punya banyak pengalaman petualangan.     

Tepat saat dia selesai bicara, gerbang hitam di dekat mereka bergetar dan berderit.     

Lucien dan Rhine sudah tahu kalau seseorang bisa saja menerobos masuk. Mereka nyaris menyerang dengan insting, tapi gerbangnya tetap tertutup setelah suara derit, tak menunjukkan tanda-tanda ada yang datang, seolah barusan hanya halusinasi mereka.     

"Aku mencium bau Sard." Sebagai pangeran vampire, Rhine punya penciuman yang tajam terhadap makhluk hidup.     

"Di ingin masuk?" Lucien meralat dirinya tanpa sadar, "Tidak, dia baru saja pergi."     

Di aula terakhir menuju lab Thanos, Lucien dan Rhine juga menemukan jejak Sard, lalu menyimpulkan kalau dia sudah masuk ke dalam lab. Tapi ternyata dia pergi ke tempat lain dan sengaja membuat suara?     

"Apa dia memancing kita untuk pergi demi menyergap kita?" Rhine mencurigai tujuan Sard.     

Lucien menggeleng. "Apakah itu perlu? Dia bisa menyergap di dalam lab Thanos. Itu adalah tempat yang harus kita masuki."     

Mendadak, Lucien mendapat firasat aneh. Sehingga dia mengeluarkan bola kristalnya dan melakukan ramalan. Tanpa diduga, dia mendapatkan hasil samar. "Ikuti Sard..."     

"Yah?" Lucien dan Rhine saling menatap, sama-sama terkejut.     

"Haruskah kita mencoba mengikutinya? Kita akan kembali setelah tiga menit apapun yang terjadi. Itu tak akan menghambat penjelajahan kita di lab Thanos." Para penyihir di perguruan astrologi cukup memperhatikan ramalan mereka. Itulah mengapa Lucien memberi saran.     

Setelah menyelesaikan teori relativitas umum, kemampuan meramalnya meningkat pesat dan sama hebatnya dengan Prophet level satu.     

Setelah berpikir sejenak, Rhine terdiam dan mengangguk. "Baiklah."     

Sehingga, mereka berdua membuka pintu tempat asal suara dan, sama seperti dugaan mereka, menemukan sisa aroma Sard. Lantas, setelah mengikuti aromanya, mereka melewati dua aula abu-abu dan berhenti di depan gerbang hitam yang tampak normal.     

Lucien yang terus menghitung koordinat, mendadak berujar terkejut, "Di belakang gerbang ini juga lab Thanos!"     

"Kita kembali setelah jalan memutar?" kata Rhine tergelitik. Apakah mereka ditipu oleh Sard?     

Lucien menggeleng. "Pasti ini pintu masuk lainnya."     

"Sard ingin kita masuk lewat sini?" Rhine tak lagi tersenyum dan membuka gerbangnya dengan waspada, semua item legendarisnya sudah disiapkan.     

Begitu gerbangnya terdorong ke belakang, sebuah lab yang megah dan indah muncul di depan mereka. Pola misterius, model kubus, lingkaran sihir aneh, dan kaca pecah yang tertempel di aula abu-abu bisa ditemukan di mana-mana.     

Labnya sebesar Istana Nekso dengan banyak jalan menuju ruangan berbeda. Pecahan-pecahan tercerai-berai di lantai.     

Labnya memberikan kesan kehancuran karena nyaris semuanya rusak, seolah pertarungan legendaris pernah terjadi di sini, dan labnya tak hancur semua hanya karena pertahanan kuat yang ada di sini. Meski begitu, sebagian besar pola, lingkaran sihir, dan lingkaran kekuatan suci terhapus. Platform alkimia juga rata dengan tanah.     

Hawa murni namun menyengat mengalir di sekitar lab. Itu adalah batasan pertahanan, tapi ada jalur di depan Lucien dan Rhine, melewati pertahanan. Kelihatannya itu adalah lorong rahasia yang dibangun seseorang sebelumnya.     

"Sard ingin kita menghemat waktu tanpa menghancurkan pertahanannya?" Rhine berjalan masuk ke dalam lab.     

Lucien mengikutinya dan mengamati sekeliling. "Tapi aromanya hilang dari sini."     

"Biarkan saja. Pasti ada catatan eksperimen di ruangan yang belum dihancurkan," kata Rhine tenang.     

Saat itu, pintu salah satu ruangan abu-abu terbuka.     

Sama seperti tempat lain di Dunia Gerbang, pintu di sini menahan penyebaran kekuatan spiritual. Tak bisa mengidentifikasi siapa yang keluar, mereka berdua berpencar dan siap menyerang.     

Di dalam aula abu-abu...     

Banham, sang Original Fire, menghela napas panjang lega. Dia menggertakkan gigi separuh senang dan separuh murka. "Aku akhirnya pulih ... Lucien Evans? Natasha Orvarit? Aku tak akan membiarkan kalian berdua lolos. Kalian membuatku kehilangan semua item legendaris. Aku harus mengandalkan hal yang tak ingin kugunakan demi menghindari kehancuran!"     

Sementara Derrick Douglas yang memberinya serangan kematian akhir, Banham tanpa sadar memilih melupakannya, karena jarak mereka terlalu jauh.     

"Setelah aku kembali ke Kota Suci, aku akan meminta item legendaris pada Yang Mulia Paus." Memikirkan rencana masa depannya, Original Fire membuka pintu dan siap pergi.     

Gereja sudah mengumpulkan banyak item legendaris setelah membunuh banyak sosok tingkat legendaris. Karena Original Fire kehilangan itemnya dalam misi, dia jelas harus diberi kompensasi.     

Tepat saat dia membuka pintu ketika proyeksi Bintang Induk Takdir Original Fire bergetar, memberinya nuansa bahaya yang kuat. Sementara itu, pupilnya membesar dan mengecil dengan cepat, begitu dia melihat pria tampan dengan setelan double-breasted panjang di dalam 'lab utama'. Pria itu tersenyum hangat padanya dengan monocle di wajah.     

Pakaian dan kesopanan semacam itu tak cocok ada di tempat ini, melainkan ada di aula jamuan makan malam yang meriah!     

"Lucien Evans..." Original Fire menggeram. Dia nyaris berpikir dirinya sedang berhalusinasi karena dia terlalu membenci dan 'merindukan' pria itu.     

Berikutnya, dengan begitu banyak pengalaman bertarung, dia membelah menjadi lima bayangan dan terbang tanpa ragu, merapal Chaos Teleportation pada setiap bayangan.     

"Space Staff." Kilauan berkumpul di tangan Lucien, berubah menjadi tongkat yang beriak. Sambil mengacungkan tongkat, semua riak dimensi di dalam lab kembali tenang, memaksa Original Fire mundur dari kekosongan. Dia buru-buru merapal, "Fire of Clones!"     

Mendadak, tubuhnya berubah menjadi api pucat yang mengelilingi Lucien.     

Tubuh aslinya, sementara itu, berteleportasi ke pintu masuk lab dan membuka gerbangnya dengan senang hati.     

Namun, ekspresinya membeku setelah gerbangnya terbuka, karena di balik gerbang ada lab Thanos lagi, namun di sana tak ada Lucien Evans, melainkan pria tampan dengan kemeja hitam dan rompi merah yang berdiri di tengah. Seraya tersenyum, dia membungkuk anggun, dengan cahaya bulan samar yang menyebar dari pupil peraknya.     

"Apa kau puas dengan Real Dream-ku?"     

Original Fire berhenti dengan terkejut. Suara Lucien terdengar di belakangnya. "Aku sangat penasaran kenapa kau ada di sini. Kalau kau memilih menerima kekangan sihirku, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup."     

Di depannya adalah lab Thanos, sementara di belakangnya juga lab Thanos. Original Fire tak tahu sisi mana yang asli dan sisi mana yang mimpi.     

Mendengar kalimat Lucien dan melihat jam saku di tangannya, Original Fire kini berubah muram. Pada akhirnya, dia mengangguk dan berkata, "Baiklah, kau bisa menggunakan sihir..."     

Tepat saat dia selesai bicara, ekspresinya terdistorsi dan matanya berubah merah. Dia mencengkeram lehernya dengan brutal dan berteriak tak percaya, "Ke-kenapa?"     

Merasakan perubahan drastis pada dirinya, seolah sosok kuat akan datang, Lucien tahu keadaannya berubah gawat, sehingga dia merapal, "Vengeful Gaze!"     

Mata kiri Lucien berubah merah dan jernih. Sebuah sinar cahaya melesat dari sana. Dengan disertai Hand of Uncertainties, sinarnya mengenai Original Fire yang belum berubah sepenuhnya.     

Mereka ada di level yang sama dan musuhnya baru saja pulih. Hand of Uncertainties bekerja, membuat sinar merah menembus pertahanan dan menusuk dahi Original Fire yang masih meronta.     

Rhine juga terpecah menjadi banyak kelelawar dan menerjang pada Original Fire yang sudah roboh, menutupi seluruh sosoknya.     

Begitu kelelawar hitamnya berpencar dan kembali menjadi Rhine, di lantai sudah tak tersisa apapun, sementara kekuatan yang akan dipanggil pun gagal.     

"Siapa dia?" Lucien menatap Rhine bingung.     

Sebelum Rhine membalas, suara berisik terdengar di lab Thanos lagi, kemudian sebuah aroma familiar menguar.     

"Sard? Serpihan misterius?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.