Singgasana Magis Arcana

Monster Aneh



Monster Aneh

0"... Hantu yang tak terbayangkan..."     

Dibandingkan catatan sebelumnya, dua baris itu ditulis dengan tekanan besar dan buru-buru. Rasa takut dan panik antara kalimat itu bisa terasa jelas.     

"Monster apa yang bisa membuat penyihir legendaris ketakutan sampai seperti ini? Selain itu, kenapa dia tidak pergi saat masih punya waktu? Mereka harusnya sudah memahami perubahan pola koordinat di tempat ini..." Lucien tak menunjukkan ekspresi di wajahnya, namun menganalisis anomali itu dalam hatinya.     

Karena buku catatan orang itu tidak rusak setelah bertahun-tahun tanpa dirawat, dan karena orang itu membangun ruangan unik di dalam aula abu-abu sebagai labnya, Lucien sangat yakin kalau penulisnya adalah penyihir legendaris. Orang-orang itu tak akan ketakutan bahkan jika mereka bertemu dengan demigod. Mereka mungkin akan kalah, tapi mereka tak mungkin ketakutan seperti anak kecil.     

Hantu macam apa itu?     

Entah mengapa, Lucien merasakan sensasi merinding yang disebabkan oleh catatan itu familiar, tapi dia tak menemukan pengalaman serupa dalam ingatannya.     

Dengan tangan boneka di tangan, Rhine mengamati seolah dia sedang memuji berlian. "Boneka ini dibuat dengan cara unik. Sejauh yang kutahu, McLeod hanya satu-satunya orang yang bisa. Pasti ini barang terakhirnya."     

Dia menekankan pada 'barang terakhir'.     

"McLeod, King of Alchemy dalam Kekaisaran Sihir, penyihir tingkat legendaris level tiga?" Lucien memastikan bersama Rhine.     

Menurut catatan Viken dan Adol, McLeod adalah satu dari 10 atau lebih penyihir legendaris yang menjelajahi Dunia Arwah bersama Maskelyne. Kelihatannya mereka memang 'menghilang' di tempat ini.     

Lucien tak tahu jumlah spesifik rekan timnya karena Viken tak mencatatnya, sementara Adol hanya tahu yang terkenal di antara mereka. Dia bisa menyimpulkan sisanya. Jelas, penyihir legendaris yang 'hilang' saat zaman Kekaisaran Sihir tak semuanya menghilang di Dunia Arwah.     

"Menurut catatan yang kutahu, mungkin dia." Rhine mengusap tangan boneka berwarna hijau cerah yang dicat dengan pola aneh.     

Lucien tersenyum. "Anda adalah Observer. Kesimpulanmu pasti lebih akurat daripada saya."     

Rhine tersenyum dan mengetuk bonekanya seolah sedang memainkan piano. "Boneka ini adalah item legendaris tingkat satu yang langka, dan kelihatannya tidak hancur, tapi sengaja dipisah-pisah oleh McLeod menjadi banyak bagian. Kalau kita menemukan bagian-bagiannya, mungkin kita bisa menyatukannya lagi."     

"Sengaja dipisah? Mungkin kita bisa mendapat informasi penting yang ditinggalkan McLeod setelah disatukan kembali," kata Lucien sambil berpikir keras. Itu adalah cara dalam perguruan Astrologi untuk menghindari ramalan.     

"Tak tahu berapa banyak gerbang dan aula abu-abu yang ada di dalam sini. Karena kita tak tahu koordinat spesifik lokasi di mana McLeod menyimpan bagian bonekanya, kita mungkin tak akan bisa mengumpulkannya dalam ribuan tahun." Rhine menyerahkan bonekanya. "Ini tak terlalu berguna untukku. Kau bisa menyimpannya."     

Lucien sejak awal sangat tertarik dengan cara membuat boneka. Selain itu, kini bonekanya menjadi tak sempurna dan item yang tak bisa digunakan. Sehingga, dia langsung menerimanya.     

Dia mengambil boneka dengan tangan kanannya lalu ditarik, namun bonekanya tak bergerak sama sekali. Rhine jelas mencengkeram bonekanya.     

Lucien mendongak dan menatap Rhine. Bukankah dia bilang akan memberikannya padanya?     

Sembari menatap bingung pada Rhine, Rhine tersenyum dan berkelakar, "Apa kau akan mengambilnya tanpa bilang terima kasih?"     

Sementara itu, Lucien melihat mata perak cerahnya menjadi kabur, bagaikan bulan indah dalam malam yang bisa menarik jiwa seseorang.     

Lucien mendadak merasakan rasa lelah hebat sampai dia ingin tidur.     

Gawat!     

Ini adalah guna-guna milik vampire!     

Kenapa Tuan Rhine mendadak menyerangnya?     

Suara Mental Barrier yang rusak bergema di dalam jiwa Lucien dan sedikit menyadarkannya, namun mata Rhine bagaikan langit malam di mana bulan perak bersinar. Dia tak bisa mengalihkan perhatian sama sekali.     

Cahaya samar dari Short-Distance Teleportation bersinar, lalu Spell Trigger aktif secara otomatis karena jiwanya diserang.     

Tepat pada saat itu, Rhine menggerakkan tangan kanannya, menyebarkan gelombang hitam cerah menuju tangan Lucien melalui boneka, yang mana mengacaukan gelombang sihir dan menghentikan Lucien agar tidak berkedip.     

Magic Order dan Spell Sequencer diaktifkan satu per satu, tapi semuanya dihilangkan oleh Rhine dengan cara aneh. Dia memanjangkan gigi tajamnya lalu menggigit Lucien seelegan seorang pria.     

"Sangat tidak sopan kalau tidak bilang terima kasih."     

Mendadak, mata Lucien menjadi jelas. Seiring sinar bulan tampak, gigi Rhine menggigit riak ilusi, yang mana sedikit membuatnya kaku. Sementara itu, dia merasa kini bonekanya jadi lebih ringan seiring Lucien melepaskan tangan kanannya.     

Lucien merasakan lelah dari Congus Ring di tangan kirinya, yang secara signifikan berhasil menghilangkan ilusinya. Selain itu, efek seperti Spell Trigger memberikan cukup waktu untuk Lucien!     

"Kau bukan Tuan Rhine!" Sambil membawa Shield of Truth di tangan kiri, Lucien menarik pedang perak dengan tangan kanannya.     

Sampai saat itu, bahkan meski Lucien curiga Rhine akan menyerangnya untuk alasan tertentu, dia tak pernah curiga kalau Rhine adalah palsu. Aroma pria itu, reaksi Origin of Blood, dan pemeriksaan sihir memastikan dia adalah Silver-eyed Count, sang Observer. Namun Lucien merasa ada yang aneh saat Rhine menghilangkan mantra semacam Spell Trigger dan Magic Order lewat pendekatan aneh.     

'Rhine' mendadak berhenti dan melompat menjauh, menghindari serangan Sword of Truth Lucien. Dia terkekeh. "Kami punya ingatan yang sama, penampilan yang sama, darah dan tubuh yang sama. Kenapa aku tak bisa menjadi Rhine? Bukankah segalanya penting untuk makhluk cerdas?"     

"Kaulah hantu dan iblis yang tak terbayangkan." Lucien mengangkat Shield of Truth dan menghalau serangan 'Rhine' yang berteleportasi di depannya, lalu mencakar tameng dengan kuku yang bahkan lebih dingin daripada pedang logam.     

Krieet. Dalam suara cakaran yang bisa membekukan darah, Lucien menebas pinggang musuh. Aura yang meluap-luap dari pedang meninggalkan celah pada dinding ruangan.     

'Rhine' tak bereaksi sama sekali, namun saat pedang mengenainya, sebuah bayangan hancur. Lalu dia berpindah dari langit-langit dan menukik bagaikan elang, dengan sayap kelelawar yang mekar dan menghalangi kubah.     

"Dia nyaris secepat proyeksi Lord of Hell. Vampire memang spesies yang sangat dikenal dengan kelincahan dan kecepatannya. Tapi serangannya tidak cukup kuat. Kelihatannya dia paling kuat ada di level dua legendaris. Kekuatan itu masih jauh dari cukup untuk menghancurkan Shield of Truth." Lucien menganalisis situasi dengan tenang. Setelah 'Rhine' menambah kecepatan, bayangannya ada di mana-mana, membuat Lucien tak bisa melihat mana tubuh aslinya. Dia hanya bisa menahan musuh menggunakan Shield of Truth, tapi tak bisa menyerang balik dengan Sword of Truth.     

Klang, klang, klang. Aura silver dari pedang menebas dinding abu-abu, menciptakan suara nyaring dan meninggalkan retakan dalam satu per satu.     

Sambil melihat retakan itu, Lucien mendadak terinspirasi. "Ruangan ini tidak luas, tapi sangat kokoh..."     

"Hellish Ball!" Lucien merapal mantra. Kemudian, sebuah bola secerah matahari melesat keluar dari Robe of Grand Arcanists menuju 'Rhine'. Seperti dugaannya, bola itu meleset dari target dan mengenai dinding!     

BOOM!     

Gelombang suara menyapu seluruh ruangan bagaikan beton. Cairan asam kehijauan bahkan mengorosi udara. Kilat perak mengubah ruangan menjadi hutan. Api yang membara membakar segalanya, membuat tempat itu terlihat seperti neraka sungguhan.     

Tak ada sudut di ruangan yang bisa menghindari kerusakan parah tersebut, tak terkecuali Lucien sendiri. Namun karena dia ada di belakang Shield of Truth, dia seolah berada di dunia berbeda.     

Di dalam neraka, bayangan ilusi hancur, kemudian sosok asli 'Rhine' muncul di udara hitam.     

"Sekarang!" Setelah mengunci sosok asli 'Rhine', Lucien menebaskan Sword of Truth yang sudah disiapkannya sejak lama.     

Aura perak milik pedang, dengan bentuk bulan sabit, menghancurkan api, petir, dan mengenai 'Rhine' yang tak punya waktu untuk menghindar. Udara hitam di sekitarnya, begitu juga tubuhnya, langsung terbelah.     

Celah kekosongan menghancurkan setiap bagian tubuh, tapi 'Rhine' menunjukkan senyum aneh. Kemudian, dia menekan dadanya dengan tangan kanan dan sedikit membungkuk, seelegan musisi yang memenuhi panggilan setelah tirai diturunkan.     

Tanpa suara, tubuh 'Rhine' jatuh dan menghilang, sementara tangan boneka jatuh ke lantai.     

Setelah pemandangan mengerikan yang diakibatkan Hellish Ball mereda, segalanya berubah damai dan hening, sementara 'Rhine' tak pernah muncul lagi.     

Tanpa ceroboh, Lucien mengambil tangan boneka dengan hati-hati dengan Shield of Truth di tangan, namun dia tak menemukan informasi apapun yang ditinggalkan McLeod di sana. Sementara itu, dia sangat bingung. "Hantu ini bisa berubah menjadi orang lain yang bisa menjebak siapapun yang paling familiar terhadapnya. Sangat mudah kalau dia ingin membunuh. Tapi dia hanyalah level dua legendaris dan agak kuat daripada aku. Kenapa dia membuat McLeod takut? Bagaimana dia membuat penyihir legendaris seperti Maskelyne menghilang?     

"Tapi ada yang aneh dengannya juga. Dia tak benar-benar mati setelah terkena Sword of Truth..."     

Menggeleng, Lucien merasa segalanya penuh dengan enigma yang terlalu banyak untuk dieksplorasi olehnya.     

"Waktu di sini berjalan lebih lambat daripada di luar. Pemburu pasti sudah masuk ke tempat ini, lalu efek God's Grace pasti sudah selesai. Aku bisa mencoba kembali." Lucien tak mau mengambil lebih banyak risiko. Menghitung koordinat saat ini dan koordinat pintu masuk menurut pola, dia mencari jalan kembali.     

Saat itu, gerbang hitam lain berderit dan terbuka.     

Lucien menatap dengan waspada sembari memegang Shield of Truth di tangan. Dia yakin tameng itu bisa menahan serangan pertama semua sosok ahli yang bukan demigod.     

Gerbangnya terbuka lebar, lalu sosok familiar terlihat oleh Lucien. Rambut panjang lembut berwarna perak, mantel merah, kemeja hitam, noda merah samar di dada, lalu bibir yang lebih pucat daripada biasanya—itu Rhine lagi!     

"Hai, Lucien, kita bertemu lagi." Dia tersenyum. Kemudian, ekspresinya berubah drastis.     

"Hei, jangan menyapaku dengan Sword of Truth!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.