Singgasana Magis Arcana

Hidup yang Penuh dengan Sihir



Hidup yang Penuh dengan Sihir

0Villa luas itu ditutupi oleh jeruji hitam tinggi berupa grbang di pojokan, yang mana dijaga oleh dua prajurit dengan baju besi silver. Mereka membukakan gerbang untuk wagon dengan dekorasi indah.     

"Mereka mengadakan pesta dansa?" Lucien bukan salah salah dari penyihir gila yang tidak tahu kehidupan bangsawan. Memikirkan cahaya terang di dalam villa, dia langsung sadar apa yang terjadi di dalam.     

Setelah ragu-ragu sesaat apakah dia harus kembali lagi nanti, Lucien pun mengambil keputusan. Dia sudah tiba di pintu. Apa yang harus dia khawatirkan?     

Gelombang sihir menguar dari tubuhnya, dan Lucien berjalan santai menuju gerbang.     

Karena bangsawan peduli terhadap sikap dan kehormatan, mereka akan datang menggunakan wagon tak peduli sedekat apa acaranya dari rumah. Sehingga, Lucien yang menghampiri seperti rakyat biasa, jelas bukan tamu yang diundang. Dua prajurit itu menatap satu sama lain dan berniat menghentikannya.     

Tapi mendadak, mereka merasa Lucien dipenuhi dengan keanggunan dan gravitasi, dengan lencana keluarga Hoffenberg di dadanya. Jadi mereka menunduk dan menyambut tamu yang terhormat itu.     

"Mantra sederhana cukup untuk melewati penjaga..." Lucien menggeleng sembari melewati gerbang. Para penjaga itu hanya bisa menahan orang biasa. Untungnya, kesatria dari departemen intel berada di dalam bayangan, tapi mereka jelas mengenalnya. "Aku harus memasang jebakan untuk jaga-jaga Gereja menyerang paman Joel."     

Meski Gereja tak akan semencolok Argent Horn, lebih baik berjaga-jaga. Penjaga malam tidak kekurangan anggota sinting.     

Saat ini adalah bulan Juli yang panas, tapi Rentato yang letaknya hanya beberapa jam dari laut, cukup dingin saat malam. Lucien berjalan di jalanan bersama angin malam, seolah dia sudah melebur bersama bayangan. Tak satu pun wagon di depan dan di belakangnya menyadari kehadirannya.     

Kebunnya tidak luas. Lucien pun sampai di villa tak lama kemudian, di mana lampu sihir sudah dinyalakan, membuat bangunan tersebut tampak megah.     

Pemandangan malam di Bumi terlihat menarik di tempat ini.     

Di atas tangga, Alisa, yang badannya besar seperti sebelumnya, menyambut para tamu bersama beberapa pelayan dalam balutan gaun yang mencekiknya.     

"Wanita bangsawan lebih banyak daripada biasanya..." Lucien menggumam bingung. Kemudian dia menarik napas dan berjalan menghampiri Alisa.     

Alisa sedang mengamati para wanita yang hadir di pesta dansa dengan senang dan menyapa hangat.     

Setelah menjalani hidup sebagai bangsawan selama bertahun-tahun, dia tak lagi kikuk seperti sebelumnya. Anaknya, John, adalah kesatria agung yang dibawa Yang Mulia Ratu dari Aalto, dan terus diberikan tugas penting. Secara alami, bangsawan menunjukkan hormat dan merasa tersanjung diundang ke pesta dansa.     

"Viscount dan Viscountess Trenna, Lady Kalie, selamat datang di pesta dansa." Alisa menyapa tamu yang baru datang dengan senyum, namun terdapat kehangatan yang berbeda terhadap gadis tinggi yang memiliki rambut pirang dan mata biru, berbeda dengan penduduk asli Holm.     

Viscount Trenna tahu alasan kenapa Alisa mengadakan pesta dansa. Dia mengangguk sembari tersenyum. "Sebuah kehormatan bisa hadir di pesta Anda, Nyonya."     

Kalie juga membalas dengan kesopanan ala bangsawan.     

"Masih ada waktu sebelum dansanya dimulai. Bawa Viscount Trenna ke ruang tamu supaya bisa beristirahat." Alisa menyuruh pelayannya.     

Setelah keluarga Trenna masuk, Alisa tersenyum lagi, siap menyambut tamu baru. Tapi pria berambut dan bermata hitam yang familiar di tangga membuatnya tercengang. Dia mengusap matanya, merasa sedang bermimpi.     

Dia tak pernah melihatnya mengenakan setelan double-breasted sebelum ini, tapi pakaiannya sangat cocok dengan tubuh dan auranya. Emosinya meluap-luap dan matanya memerah. Alisa bergumam, "Nak Evans?"     

"Bibi Alisa." Lucien menenangkan batinnya dan berjalan menghampiri Alisa sambil tersenyum.     

Alisa menggeleng tak percaya lagi, hanyut dalam semangat reuni dan rasa malu akan pengkhianatan mereka sebelum ini. "Nak Evans?"     

"Ada apa, Bibi Alisa? Kau tidak mengenaliku?" Lucien tersenyum.     

Sikap ramahnya membuat perasaan Alisa, selain kegembiraan dan kebahagiaan, lenyap. Dia lupa sikap bangsawan yang dia pertahankan dengan susah payah, lalu menangis seperti saat dia berada di lingkungan kumuh.     

Sembari mengusap matanya, dia berujar cepat, "Nak Evans, kau sungguhan kembali untuk menemui kami? Kupikir kau membenciku karena mengkhianatimu."     

"Aku yang meminta kau melakukannya, bukan?" Lucien memeluk bibi Alisa dengan tetap tersenyum. "Bagiku, kau adalah keluargaku."     

"Oh, ini ... ini luar biasa." Alisa mengamati Lucien dengan perasaan senang. "Nak Evans, kau tinggi, semakin tinggi!"     

Dia mengukur tinggi Lucien sebelumnya dengan tangan kanannya yang gemetaran. Kini setelah depresi dan rasa bersalah selama bertahun-tahun sudah hilang, dia menyeret Lucien ke dalam rumah. "Aku ... aku harus memberi tahu Joel dan John kalau Evans sudah kembali!"     

Para pelayan melihat majikan mereka menangis dengan penasaran dan tak berani mengingatkannya untuk menyambut tamu. Mereka harus mencari butler untuk menggantikannya.     

Dalam perjalanannya, Alisa menangis dan bicara panjang lebar, yakin kalau Lucien lebih tinggi tapi jadi semakin kurus dan tidak terlalu sehat. Banyak tamu yang tertarik pada mereka, bertanya-tanya apa yang terjadi.     

Saat mereka akan tiba di ruang tamu, Alisa akhirnya berhenti menangis. Kemudian dia menepuk dahinya. "Aku ... aku lupa John ada tugas di Istana Nekso dan Joel diundang ke Asosiasi Musisi!"     

"Tak masalah. Aku bisa menunggu mereka..." Sebelum Lucien selesai bicara, Alisa sudah berujar semangat, "Aku harus memberitahu mereka kalau kau sudah kembali. Aku akan memberitahu mereka sekarang! Nak Evans, istirahatlah di ruang tamu. Aku akan menelepon mereka!"     

Sembari bicara, dia bergegas ke perpustakaan, benar-benar melupakan tugasnya mengajak Lucien ke ruang tamu dulu.     

Melihat Bibi Alisa yang panik, Lucien tidak keberatan 'dilupakan'. Dia menggeleng sembari tersenyum dan berpikir kalau dia harusnya kembali lebih cepat.     

Seolah ada di rumahnya sendiri, Lucien berjalan masuk ke dalam ruang tamu tanpa tersesat. Dia melihat keluarga Viscount Trenna dan beberapa tamu bangsawan lain, yang sedang mengobrol sampai orang asing tiba.     

Di tengah ruang tamu, mesin aneh yang indah sedang memutar piringan bulat dan memainkan musik yang jernih dan merdu, memenuhi ruangan dengan suasana yang menyenangkan.     

Mengangguk pada mereka sebagai salam, Lucien berjalan ke dinding dan membuka kulkas tersembunyi. Lampu di dalamnya langsung menerangi minuman di sana.     

Lucien membuka botol sampanye dengan santai dan mengambil es batu ke dalam gelasnya. Saat dia akan menutup kulkas, suara laki-laki puber terdengar dari belakangnya. "Itu adalah kulkas sihir, item alkimia yang diciptakan oleh Lucien Evans yang hebat, yang membuat dinginnya siap dinikmati pada panasnya musim panas."     

Huh? Lucien merasa aneh namanya disebut seperti itu dan tak tahu harus membalas seperti apa.     

Pemuda di belakangnya punya ciri khas Holm. Rambutnya hitam dan matanya biru. Melihat Lucien tidak membalas, dia pikir Lucien tidak tahu asal usul kulkas, sehingga dia menjelaskan dengan ramah, "Produksi benda ini sangat rendah. Hanya bangsawan besar yang punya hak istimewa menggunakannya. Saya baru melihatnya di pesta lain."     

"Yah, popularisasi item alkimia adalah ide yang diajukan oleh ahli alkimia hebat, Lucien Evans. Bukankah meningkatkan kualitas dasar hidup kita?"     

Pemuda itu tampaknya fans berat Lucien. Dia juga ramah.     

"Tentu saja. Aku suka hidup seperti ini." Lucien menatap pemuda itu sambil tersenyum.     

Pemuda tersebut sangat senang setelah dipuji. "Viscount Wesley adalah salah satu dari kesatria yang paling diapresiasi oleh ratu. Jadi beliau punya banyak item alkimia terbaru. Sepupu saya senang dengan gramofon sihir. Alatnya membuat kita bisa menikmati musik indah tanpa band dan bahkan bisa tidur sambil ditemani musik."     

Dia menunjuk Kalie sambil bicara. Sepupu yang dia bicarakan tampaknya merujuk padanya. Di sisi lain, Wesley adalah nama belakang John.     

Menyadari Lucien menatapnya setelah si pemuda menunjuk ke arahnya, Kalie tersenyum sopan. "Gramofon sihir baru ditemukan. Ini pertama kali saya melihatnya. Saya sangat menyukainya."     

Pemuda itu menambahkan dengan senang, "Ini juga desain yang diajukan oleh Tuan Evans."     

Lucien mengangguk. Dia tahu lebih banyak daripada pemuda di sana. Dia mengenalkan ide gramofon sihir pada Will of Elements beberapa tahun lalu, tapi tak pernah berhasil karena kurangnya material yang bagus. Sampai beberapa bulan lalu saat lab Gaston tanpa sengaja menemukan resin natural yang bisa digunakan. Kemudian gramofon sihir akhirnya muncul di dunia ini.     

"Sebenarnya, Viscount Wesley punya item alkimia yang unik lain." Kalie tampaknya juga senang dengan hidup yang penuh dengan sihir. Mendadak, dalam suasana ingin berbincang, dia menunjuk pada kotak perak yang menggantung tinggi di ruangan, lalu berujar, "Saya melihat ini di rumah Duke James sebelumnya. Namanya AC sihir. Ia bisa membuat musim panas jadi dingin dan mengusir hawa dingin bersama perapian saat musim salju."     

"Sungguh?" Si pemuda tak menyadari benda 'AC sihir' sebelumnya. Sambil membelalakkan mata, dia mengamatinya dengan sangat tertarik.     

Kalie tersenyum dan mengatakan, "Anda bisa merasakan angin dingin dari sana. Selain itu, AC juga karya agung arcanis agung Lucien Evans."     

"Oh, sungguh? Luar biasa!" Pemuda itu berlari di ruangan dengan semangat. "Sepupu Kalie, aku akan mempelajari sihir di masa depan. Aku akan menjadi penyihir dan ahli alkimia hebat!"     

Viscount Trenna berkelakar pada keponakannya, "Holk, coba menangkan Penghargaan Holm Crown."     

"Yah." Pemuda itu menggoyangkan jarinya seperti orang pandai. "Penghargaan Holm Crown bukan tujuanku, tapi Penghargaan Lucien Evans! Saat kita datang ke pesta dan orang-orang bertanya siapa aku, kau akan punya kehormatan memperkenalkan Tuan Holk, pemenang Penghargaan Evans dalam Arcana. Paman, biar kuberitahu sesuatu. Sepupu Kalie juga ingin memenangkan Penghargaan Lucien Evans juga, tapi tujuannya adalah Penghargaan Evans dalam Ramuan."     

"Kalau kita punya dua pemenang Penghargaan Evans di keluarga, nantinya kita bisa berjalan-jalan dengan bangga." Merasa terhibur, Trenna menatap anak perempuannya.     

Kalie agak malu setelah Holk mengatakan tujuannya di depan orang asing. Dia pun mengubah topik dan bertanya pada Lucien, "Tuan, bagaimana kami sebaiknya memanggil Anda?"     

Lucien mengusap dagunya dengan tangan kanan. "Kau bisa memanggilku Lucien Evans."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.