Singgasana Magis Arcana

Heroes’ Monument



Heroes’ Monument

0Di dalam Alun-alun Mawar di Kasvig…     

Saat Kristal Kecil mendadak tiba dan mengeluarkan dominasi milik makhluk terbaik, teriakan langsung terdengar dari keramaian. Mereka mundur seolah dihempas oleh ombak. Rasa panik dan takut mereka nyaris memadat.     

"Monster!"     

"N-Naga!"     

"Gawat … Kita dalam bahaya…"     

"Itu mengerikan sekali!"     

Hanya dalam sesaat, ruangan luas langsung kosong di sekitar 'tirai'. Meski mereka tahu kalau itu terjadi di dalam Teater Agung Kerajaan Rentato, reaksi alam bawah sadar karena ketakutan mereka berasal dari insting normal. Tidak ada 'efek spesial' yang bekerja lebih baik daripada naga sungguhan!     

Di dalam kota besar dan kecil di Cocus, Salyvaor, Paphos, dan Samara, hal serupa terjadi. Seseorang mundur ketakutan, beberapa tercengang, dan beberapa merasa mereka sedang bermimpi.     

Manusia yang tinggal di area tak terpencil nyaris tak pernah melihat naga sama sekali sejak masa kejayaan Kekaisaran Sihir. Tapi sebagai tokoh super jahat dalam cerita, kesan orang-orang terhadap naga tak berkurang seiring berjalannya waktu. Apalagi, 'Manusia dan Alam', sebuah program dalam Suara Arcana, sering mengenalkan makhluk luar biasa itu. Tak sulit bagi Banus dan Ali untuk mengenali seekor naga.     

Sambil menahan napas, kaki mereka gemetaran. Meski sangat jauh, Banus dan Ali tetap ketakutan pada naga di dalam tirai. Mereka akan berbalik dan kabur jika mereka tak tercengang sampai mematung.     

Mendadak, Ali tersadar. "Dia ada di teater di dekat naga!"     

Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kulakukan? Tepat saat rasa takutnya nyaris membuat Ali gila, Tuan Putri Amansa, satu-satunya aktris yang berdiri di panggung, bicara dengan resitatif sambil membawa karakteristik nyanyian. "Hartaku yang paling berharga adalah keberanian dan keyakinan kesatria. Tak ada yang bisa mengambilnya. Naga yang jahat, bunuh aku, atau kau kubunuh. Tak ada pilihan ketiga!"     

Huh?     

Semua orang yang tak tahu apa yang sedang terjadi, merasa bingung. Nona, kau adalah aktris opera, bukan kesatria sungguhan! Pembasmian naga lebih baik diserahkan pada 'profesional'!     

Huh, mungkinkah … Akhirnya Banus dan Ali menyadari sesuatu.     

Saat tuan putri menyanyi, orkestra yang 'tak terpengaruh' juga bermain. Melodi yang menggebu-gebu, tak tenang, cepat, dan tajam membuat semua orang merasakan hal serupa!     

Penyanyi dan aktris yang memainkan peran sebagai tuan putri 'mendelik' pada naga di depannya. Jantungnya berdetak kencang. Karena mereka sudah melakukan gladi bersih dan naga itu sengaja membatasi penolakannya, sang aktris berhasil mengendalikan tubuh serta suaranya, lalu melanjutkan pertunjukan.     

Selain itu, rasa takut dari alam bawah sadar menghasilkan adrenalin dan membuat dirinya merasa tak pernah berperan lebih baik daripada sekarang. Para bangsawan yang gemetaran di kursi membuktikan kalau perasaannya benar.     

Orkestra itu juga tak terpengaruh pada naga. Itulah kenapa mereka bisa melanjutkan pertunjukan.     

Mendengar aria mendebarkan dari tuan putri, gemetaran Banus dan Ali yang disebabkan oleh naga kini mereda.     

"Mereka mengundang naga untuk memainkan peran naga yang jahat?" Banus merasa pertanyaan ini tak sopan, tapi dia terlalu menggebu-gebu untuk berpikir tenang sekarang, karena rasa takut dari alam bawah sadarnya.     

Kekhawatirannya hilang. Ali mulai mengamati si Kristal Kecil dengan saksama. Biar bagaimanapun, kesempatan melihat naga asli adalah langka. Kedatangan Tuan Atom Controller di atas punggung naga saat pernikahannya dengan ratu terus dinyanyikan para bard, yang mengaku kalau berpartisipasi dalam acara demi meningkatkan kredibilitas ceritanya.     

"Mungkin, itu adalah ilusi penyihir?" Sambil melihat leher besar Kristal Kecil dan sisik separuh transparannya, dia bertanya dengan sangat penasaran.     

Para penonton di sekitar membalas dengan semangat, "Tak mungkin ilusi. Yang Mulia Ratu, Pangeran Evans, dan penyihir lain di boks semuanya adalah sosok legendaris. Mana mungkin mereka tak bisa melihat menembus ilusi? Kalau begitu, mereka hanya akan melihat 'tuan putri' menyanyi sendiri, dan itu tak sopan untuk mereka. Makanya, itu pasti naga asli…"     

Adrenalinnya juga memompa cepat dan nyaris tak bisa berhenti setelah dia bicara.     

"Benar juga. Oh, naga asli…"     

"Kerajaan dan Kongres Sihir membuat naga menjadi aktor opera!"     

Dalam perasaan kagum, Kristal Kecil menerima tantangan tuan putri. Dia mencondongkan tubuh ke belakang lalu mengangkat cakar, dan memukul dadanya sambil 'mengaum' marah.     

"Aooo!"     

Wow! Para penonton yang berada di bawah tingkat senior terintimidasi oleh 'raungan mengerikan' naga dan melangkah mundur lagi.     

"Mengerikan sekali!" teriak Banus. Tangannya mengepal, tapi dia terdengar bersemangat alih-alih takut.     

"Menakutkan sekali…" Jane, anak perempuan Duke James, menepuk dada, seolah dia ketakutan. Tapi matanya sedang fokus dengan sorot menggebu-gebu yang sebagian bercampur dengan rasa takut.     

Di semua alun-alun tempat siaran langsung diadakan, para penonton kurang lebih dalam keadaan yang sama. Mereka tak pernah melihat opera semacam ini sebelumnya. Operanya sangat luar biasa dan menarik!     

Ali menelan ludah. "'Tuan putri' sangat kuat. Dia masih berdiri di depan naga. Lihat orang-orang di sekitarnya…"     

"Dialah Valkyrie…" Banus menatap 'tirai' tanpa berkedip, dan akhirnya paham apa arti Valkyrie sebenarnya.     

Di dalam boks, Natasha menatap bingung pada Lucien. "Kenapa akting dan raungan Kristal Kecil sangat lucu? Sebenarnya apa yang kau pikirkan saat mendesain aksinya?"     

Fernando juga mendelik pada Lucien. Bagaimana mungkin dia menyuruh Kristal Kecil melakukan itu dan berteriak aneh? Ia adalah naga, bukan makhluk lain, meski ia lebih cocok melakukannya…     

"Aku merancang beberapa set aksi dan raungan. Tapi Kristal Kecil yang memilih sendiri. Dia yakin kalau teriakan ini paling mewakili 'kehormatan'nya." Lucien terkekeh.     

Natasha mengangkat alis dan mengusap dagu. "Sepertinya aku paham sesuatu dari tawamu. Beberapa set lainnya pasti lebih buruk daripada yang ini. Setelah membandingkannya, Kristal Kecil merasa kalau ini yang terbaik."     

Lucien tersenyum. "Hasil pilihan murni bergantung pada rancangan pilihan. Hehe. Bukankah ini bagus? Apa tidak cocok dengannya?"     

"Cocok sekali!" Natasha juga terkekeh.     

Di panggung, pertarungan akhir akan pecah, dan kesatria tuan putri sudah pulih dari rasa takutnya. Mereka berkumpul di sekitarnya dan akan menyerbu bersama tuan putri.     

Tuan putri mulai menyanyi. Wajahnya penuh tekad dan lembut. Sebuah lagu yang manis dan menyentuh menyergap benak semua orang bersama musik dari orkestra.     

Banyak orang akan mengingat hal indah di masa lalu saat mereka akan melakukan sesuatu yang penting, dan saat nyawa mereka dalam bahaya. Apa yang mereka ingat pasti bayangan terindah yang paling mereka ingat. Jelas kalau tuan putri mengingat pangeran serta kisah cinta mereka yang manis namun pahit.     

Seiring dia bernyanyi, banyak orang yang punya pengalaman serupa atau menantikan cinta, terpukau dengan lagunya. Ali menatap tirai. Matanya buram, karena dia membayangkan gadis di dalam hatinya dan memikirkan jarak di antara mereka. Untuk sesaat, dia merasa manis dan sedih.     

Setelah satu lagu selesai, disusul lagu lain. Kini chorus dari kesatria yang hangat dan tiada akhir. Lagunya membuat penonton paham arti 'perlindungan'.     

Di akhir, tuan putri menyanyi keras lagi dan memecahkan kehangatan. Ada tekad dalam melodi yang merengut napas. Mereka penuh tekad untuk membunuh naga, atau dibunuh oleh naga.     

Seekor naga sungguhan sedang berkeliaran di depan sana, dan pangeran serta kesatria yang bertarung demi negara mereka ada di sebelahnya. Mendengar musik dari orkestra yang melebur sempurna dengan suasana, sebagian besar penonton merasa murka juga pada musuh. Mereka memiliki perasaan suci untuk berkorban demi yang dicintai.     

Perasaan seperti itu menyentuh batin, sementara Ali mengepalkan tangan. Apa yang harus ditakutkan jika kematian saja tak bisa membuat mereka takut? Bahkan jarak terjauh bisa dihabiskan selama kau mengambil satu langkah awal!     

Wu!     

Terompet pertanda serbuan menggema lagi, lalu melodinya berubah intens serta terburu-buru, membuat para bangsawan dan orang biasa yang tak bisa mengaktifkan kekuatan darah berpegangan pada apapun di sekitarnya. Semua orang merasa kalau keberanian dan tekad sungguhan ada.     

Musik seperti itu adalah sesuatu yang tak akan pernah mereka lupakan. Melodi pertarungan menggema di dalam hati mereka. Dalam setiap bagian, mereka menyadari kalau musiknya lebih klasik daripada bagian sebelumnya. Tapi mereka akhirnya sadar kalau 'Charge' adalah bagian paling inti dan paling klasik dari opera!     

Sebuah pertarungan intens dimulai. Diiringi terompet perang, satu per satu kesatria tumbang, dan semakin sedikit orang yang tersisa di sisi tuan putri.     

Akhirnya, setelah membayar dengan satu tangan yang hilang, tuan putri menusuk jantung sang naga.     

Naga Kecil memegangi perutnya dan merintih 'kesakitan' di lantai, membuat panggungnya berderit.     

Sambil memegang pedang, tuan putri melihat sekitar, hanya untuk menyadari semua rekannya sudah tumbang dan berhenti bernapas.     

Melodinya berubah lagi. Kini sedih dan sayu.     

Tuan putri sedikit mendongak, dan mulutnya terbuka. Sebuah lagu yang terdengar bagai berasal dari dalam jiwa menggema.     

"Pahlawan tak pernah mati;     

"Mereka hanya akan layu di dalam ingatan orang-orang."     

Banus merinding dan merasakan getaran dari jiwa ke tubuhnya. Melodi sedih namun penuh tekad mengenai jiwanya.     

Dia tak bisa mendeskripsikan perasaan itu. Dia hanya tahu kalau lagunya sangat mencengangkan sampai dia melupakan segala di sekitarnya, dan benar-benar masuk dalam dunia yang dibangun oleh lagu.     

…     

"Kubur tulangku, tapi jangan dirikan monumen apapun…     

"… karena kota makmur ini adalah monumen terbaik untuk kita!"     

Air mata menetes dari sudut mata para penonton. Tuan putri mengambil pedangnya dan berusaha berjalan mundur, menyisakan punggung yang tegap dan tak gentar.     

Tirai perlahan turun.     

"Ini adalah opera terbaik yang pernah kulihat. Tak ada yang lebih luar biasa daripada ini!" Setelah cukup lama, Oliver memberi selamat pada Lucien dengan semangat.     

Natasha berkedip. "Aku juga merasa demikian. Lucien, terima kasih atas hadiahmu."     

"Oh ya, apa judul aria terakhir?" tanya Oliver buru-buru.     

Lucien membalas sambil tersenyum, "Heroes' Monument."     

Sampai akhirnya sebagian besar penonton kembali tersadar. Tepuk tangan antusias dan sangat meriah terdengar di Teater Agung Kerajaan, di alin-alin kota besar dan kecil di Holm, serta kota besar di tiga negara lain dan di garis pantai utara.     

Di dalam sebuah perpustakaan di lantai atas Menara Sihir Royal Holm, Hathaway duduk kembali di kursinya. Di depannya ada layar dari air yang menampakkan pemandangan di dalam Teater Agung Kerajaan Royal.     

Siulannya menggema di ruangan, tapi nyanyiannya agak sumbang…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.