Singgasana Magis Arcana

Paniknya Penjaga Malam



Paniknya Penjaga Malam

0Di Kasvig, ibukota serikat Kepulauan Utara bagian pantai.     

Di Alun-alun Mawar, tempat paling terkenal di kota, mawar salju yang mekar dalam hawa dingin sama berkilaunya dengan api yang membara.     

Namun, malam seolah hilang malam ini, dan tak satu pun mengapresiasi kecantikannya. Di alun-alun, di jalanan, dan di rumah terdekat, tempat apapun yang bisa melihat 'tirai' raksasa hitam di tengah sudah dipenuhi orang, yang mendongak sambil melihat perubahan 'tirai' dengan ekspresi syok serupa dan mendengarkan melodi Moonlight.     

Sampai akhirnya 'Nightingale' Louise bicara, mereka tersadar dan berteriak kagum. Apakah ada orang hidup di dalam 'tirai'? Ataukah sesuatu yang lebih ajaib daripada radio sihir, sesuatu yang bisa membawakan suara dan gambar?     

Nona Nightingale menjawab kebingungan mereka, namun semakin menciptakan keributan penuh semangat. Mereka tak pernah melihat hal seperti ini sebelumnya, apalagi pendahulu mereka. Apakah ini salah satu aspek dari 'peradaban sihir' yang selalu dikatakan Suara Arcana?     

Dalam kerumunan, seorang pria yang mengenakan topi kulit menatap Louise ketakutan dan menggeleng tak percaya. Apakah Kongres Sihir sudah mengalami kemajuan lagi dalam hal siaran, dan siapapun di manapun bisa melihat Valkyrie yang dimainkan di Teater Agung Kerajaan Rentato?     

Orang lain mungkin tak tahu apa artinya, tapi sebagai penjaga malam elit, dia sangat paham!     

Sejak radio sihir diciptakan oleh Lucien Evans dan Suara Arcana dibentuk, orang-orang di kota makmur di garis pantai utara sudah mengubah konsep awal serta sikap mereka terhadap Gereja. Dia awalnya tak terlalu memikirkannya, tapi saat dia merasa suasananya tak baik, semua detailnya saja sudah mengerikan.     

Setelah kekalahan Gereja di pertarungan Rentato, dia berubah dari seorang pemburu menjadi seorang mangsa yang bersembunyi dalam panik.     

Kini, radio sihir tak hanya bisa mengantarkan suara, melainkan juga menayangkan gambar. Sungguh perubahan mengerikan!     

Meski setelah menyaksikan persiapannya, dia tahu kalau butuh bertahun-tahun sampai radio sihir bisa dipopulerkan, tapi tak diragukan lagi kalau Kongres Sihir mendekati tujuan itu selangkah demi selangkah. Namun Gereja tak bereaksi apa-apa.     

"Tidak, aku harus melaporkannya pada Eksekutor!" Dia menunduk dan mundur dari kerumunan. Butuh waktu sampai dia bisa keluar.     

Begitu menjauh dari alun-alun, suasananya langsung hening. Sang penjaga malam langsung menemukan sebuah pojokan dan mengeluarkan item suci yang terlihat seperti bros, mencoba melaporkan masalah ini pada gereja.     

Dalam kecemasannya, dia menghubungi markas pusat Inkuisisi di Kota Suci. Namun, tak ada jawaban dari 'bros' selain suara bising.     

"Sialan! Suara Arcana Kongres Sihir bisa diterima di mana-mana dan bahkan memunculkan gambar, tapi aku bahkan tak bisa menghubungi Kota Suci. Bagaimana cara kami melawan penyihir?" Dia jadi frustrasi dan panik.     

Dia tahu kalau tak terlalu mudah bagi penjaga malam di sisi Selat Strom yang ini untuk saling menghubungi setelah Kasvig dikendalikan oleh Kongres Sihir, dan gereja agung diambil alih, sementara ini hanya tindakan alam bawah sadarnya. Namun penyihir Kongres masih bisa berkomunikasi dengan Allyn lewat 'planet buatan' di area yang dikendalikan Gereja!     

Celah sebesar itu adalah alasan utama kenapa dia merasa frustrasi!     

Planet tiruan, yang hanya diciptakan untuk menantang kekuasaan Tuhan, kini memancarkan semakin banyak kilau yang tak bisa dipercaya. Jelas itu merupakan salah satu item alkimia paling berpengaruh!     

Dia mengeluarkan rokok lokal dan menjepit di bibirnya, sebelum mengusap tangan kanan dan menciptakan api.     

Setelah menyalakan rokok, dia menarik napas dalam dan menenangkan diri. Lalu dia mengaktifkan ulang bros di dada, menghubungi atasannya yang juga ada di Kasvig.     

Penjaga malam itu menggertakkan gigi dan membuat keputusan untuk mengajukan pada Gereja agar menciptakan planet buatan sendiri!     

Namun, dia tahu kalau produk sebaru itu nyaris tak bisa ditiru oleh Gereja. Sehingga, sekalian saja dia menangkap salah satu planet tiruan Kongres Sihir kalau mereka punya kesempatan!     

Laporan mengenai 'siaran satelit' sudah dikirim ke Kota Suci satu per satu, dan per bagian daerah. Mungkin, Benedict III tak akan menerima laporannya bahkan setelah Valkyrie selesai ditayangkan.     

…     

Warna emas megah adalah warna utama dari Teater Agung Kerajaan Rentato. Lampu sihir yang menggantung di langit-langit atau dinding memancarkan cahaya yang menambahkan kemegahan tempat itu.     

Sambil duduk di kotak tempat duduk mereka, Lucien dan Natasha menunggu Valkyrie dimainkan.     

"Aku sudah menanti opera ini selama bertahun-tahun. Malam ini, keinginanku terkabul." Oliver berjalan masuk dengan sopan dan menjabat tangan Lucien sambil tersenyum.     

Meski mereka saling bertentangan dalam dunia mikro, dia tak pernah kesal pada Lucien dalam kehidupan sehari-hari, apalagi saat berkaitan dengan drama dan opera favoritnya.     

"Kuharap kau menyukainya." Lucien membalas dengan senyum dan mengajak Oliver duduk.     

Beberapa penyihir legendaris tak datang ke upacara pembukaan selain dirinya. Douglas sibuk melakukan persiapan, dan dia tak punya ketertarikan khusus dalam opera, jadi dia tak datang. Alasan Brook kurang lebih sama. Di sisi lain, Vicente tak datang karena hubungannya dengan Lucien agak tegang. Hellen kemungkinan kecil datang karena dia lebih senang mencurahkan waktunya pada belajar arcana dan sihir.     

Sementara penyihir legendaris lain, beberapa sedang misi dan beberapa sedang melakukan penelitian. Mereka juga tak datang.     

"Opera tak terlalu menarik." Fernando, yang duduk di sebelah Lucien, melihat panggung dengan saksama dalam balutan mantel sihir merahnya.     

Melihat Valkyrie akan dimulai, Lucien bertanya pada Natasha lewat sambungan telepati, "Apa Nenek Hathaway tak datang?"     

"Mungkin dia tak suka ada di antara banyak orang. Aku ingat dia sangat tertarik dengan musik dan opera." Natasha berspekulasi.     

Lucien mengangguk dan tak mengatakan apapun. Russell, Perdana Menteri Holm, sudah memberikan pidato dan mengumumkan pembukaan festival musik.     

…     

"Perdana Menteri! Ini pertama kalinya aku melihat Perdana Menteri!" Banus berteriak senang dan kaget.     

Ali menarik dan menyuruhnya diam. "Perhatikan sikapmu, atau kau akan dimarahi polisi. Sebelum ini, tidak hormat pada bangswan akan dihukum cambuk."     

"Aku tahu, aku tahu. Tapi lihat mereka. Mereka sama sepertiku. Kalau polisi memarahi mereka semua satu per satu, tenggorokan mereka pasti rusak." Banus jelas bersemangat.     

Setelah pengumuman Russell, persiapan akhir dilakukan di balik tirai.     

Selama beberapa saat sebelum opera dimulai, penyihir yang bertanggung jawab pada siaran mengatur kamera, sehingga penonton bisa melihat seluruh teater.     

"Ini luar biasa. Kalau aku bisa mendengarkan opera terbaik dalam teater seperti itu, aku bisa mati tanpa penyesalan!" Banus dan orang lainnya memuji.     

Tak lama, perhatian mereka dialihkan dari pemandangan teater pada bangsawan, lalu mereka mendengar pengenalan manis dari Lousie. "Ini adalah Lord James, Duke of Paphos, dan ini adalah istrinya, Nyonya Stephine…"     

Oh! Seruan menggema di alun-alun bagaikan ombak.     

"Jadi seperti itu penampakan bangsawan besar. Istri dan anak perempuannya sangat cantik juga…" puji Ali dengan semangat di matanya. Teman penanya mengatakan kalau dia akan datang ke upacara pembukaan.     

Deskripsinya tak terlalu mirip dengan realita, tapi tak bisa disangkal kalau berkat warisan kekuatan darah aktif, rasio bangsawan yang tampan dan cantik lebih tinggi daripada orang biasa.     

Saat Ali melihat wanita bangsawan, gambarnya berubah lagi dan tertuju pada boks penonton.     

"Di sana ada Yang Mulia Ratu Natasha, 'Atom Controller' Evans…" Pengenalan Louise mendadak berhenti, karena dia melihat hal yang sama dengan yang dilihat Banus serta penonton. Di dalam boks penonton ada pedang perak yang memotong sekitar, alam semesta warna-warni tanpa batas, badai yang terbentuk, dan pemandangan kiamat di mana bintang hancur…     

"Apa … Apa itu?" Kelihatannya Ali tak bisa menyembuhkan gagapnya hari ini.     

Setelah hening sesaat, Louise berujar lagi tanpa terburu-buru, "Aura sosok legendaris bisa memengaruhi dunia di sekitar mereka. Makanya, selain mereka menekannya dengan sengaja, inilah yang bisa direkam oleh kamera. Namun segalanya akan berbeda jika kalian melihat dengan mata kepala sendiri…"     

"Luar biasa. Sudah sepantasnya dari sosok legendaris!"     

"Ini benar-benar pemandangan mengagumkan…"     

Pemandangannya meninggalkan kesan mendalam pada Banus dan penonton lain.     

Persiapan singkatnya pun selesai tak lama kemudian, lalu prelude mulai. Aura muram dan intensitas tersembunyi di balik melodi riang di permukaan, menutupi plot opera yang membuat semua orang bersiap secara emosional.     

"Menggantikan overture dengan prelude adalah cara populer untuk membuat opera akhir-akhir ini. Itu bisa digunakan sebelum semua pertunjukan opera dan langsung diikuti oleh lagu…" Ali mengucapkan pengetahuan yang dia dapat dari teman penanya.     

Di dalam teater, tak ada yang bicara lagi. Mereka mengapresiasi opera dalam diam.     

Saat prelude akan selesai, tirai dinaikkan, dan suara wanita memberikan monolog yang sudah dihapalkan. Lalu, seorang gadis yang tinggi namun tampak tak punya kekuatan naik ke panggung.     

"Diakah Valkyrie?"     

Para penonton tak terlalu setuju dengan temanya. Ceritanya tak seperti dugaan mereka juga. Dalam melodi yang riang dan menyenangkan, Tuan Putri Amansa dan raja, ratu, pelayan, serta pemerintah punya hidup indah.     

Namun, hari-hari menyenangkan tak bertahan lama. Keponakan raja berkonspirasi dengan Perdana Menteri dan kepala pengawal untuk membunuh raja dan ratu dalam sebuah rencana jahat. Ratu bisa kabur ke hutan dengan bantuan pelayan.     

Nuansa muram dan intensitas yang tersembunyi di balik melodi indah meledak. Para penonton langsung terkesiap, khawatir dengan tuan putri dan membenci pemeran jahatnya.     

Saat peran pertama selesai, saat jeda, Oliver melihat Lucien dengan pandangan terkejut. "Ini opera? Ya, kuakui kalau ini adalah opera yang bagus, tapi di mana angkanya? Kenapa aku merasa ini seperti simfoni?"     

Dulu, opera di Rentato dibagi menjadi angka. Serangkaian angka (termasuk solo, duo, trio, kuartet, dan chorus) akan membentuk sebuah opera. Lebih mudahnya, musik dan nyanyian ada di tengah, sementara plot hanyalah pengantar.     

Jika dibandingkan, opera Lucien lebih seperti drama. Musiknya mengantar plor dan tak ada angka yang menonjol. Setiap peran adalah sebuah keseluruhan, bagaikan simfoni bertema.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.