Singgasana Magis Arcana

Jungle of Demons



Jungle of Demons

0Pintu ruang dan waktu menuju Jungle of Demons masih berada dekat lembah. Pepohonan yang terlihat mengerikan terlihat samar-samar.     

Pemuda yang memakai mantel sihir hitam mengarahkan Danisos, Dracula, Lucien, dan legendaris lain untuk menghampirinya dengan panik.     

"Setelah Natravos menutup lantai teratas menara sihirnya, apa terjadi hal aneh, atau ada pengunjung lain?" Ogre bertanya pada murid Natravos sambil berjalan.     

Pemuda itu mengingat-ingat dengan hati-hati, tapi akhirnya menggeleng. "Sama seperti biasanya. Tak ada tamu atau hal aneh."     

Terdiam sejenak, dia menggertakkan gigi. "Sebenarnya ... sebenarnya, karena guruku terlalu 'bersemangat', aku sering menjauh dari menari sihirnya sejauh mungkin setelah ditutup..."     

Seorang murid yang menghina gurunya di balik punggungnya bisa dihukum mati di Kekaisaran Sihir. Bahkan di Kongres Sihir sekarang, tetap bukan sikap yang disukai. Namun, itu adalah signifikansi besar dan bisa berhubungan dengan penyebab kematian gurunya. Sehingga, murid tersebut tetap mengakui kondisi sebenarnya dengan jujur.     

Cape hitam yang menutupi wajah Ogre dalam bayangan, hanya menampakkan dua titik cahaya hijau yang sepertinya berasal dari matanya.     

Dia mengamati pemuda dengan mata hijau datarnya, membuat si pemuda berkeringat dingin, sebelum dia berkata, "Natravos adalah orang sinting. Dia bisa memodifikasi tubuhnya menjadi segalanya yang lebih baik daripada iblis tak berotak."     

Karena kelas legendarisnya adalah Lord of Abyss, jadi memodifikasi tubuhnya menjadi Demon Lord punya prospek terbaik. Si pemuda membela gurunya di dalam hati, tapi dia tak menyangkal kalau gurunya sinting.     

Dalam perjalanan mereka menuju gerbang ruang dan waktu, Ogre, Elder Mind, Dubenal, Danisos, dan sosok ahli lainnya bertanya pada si pemuda sesekali untuk memastikan hasil yang mereka dapat lewat astrologi, ramalan, dan simpulan. Fitia tinggal di Lembah Batu Berapi untuk menjaga markas pusat Kongres Kegelapan.     

Perjalanan singkat itu butuh waktu lama bagi para ahli yang bisa berpindah tempat dalam sekejap karena ini adalah proses komunikasi. Tapi tak peduli sepelan apa mereka, mereka tiba di pintu ruang dan waktu tak lama kemudian. Danisos, yang terbang di udara, mengepakkan sayap abu-abu raksasanya dan mendongak, lalu meraung.     

Ruang dan waktu di sekitar langsung berguncang, dan pintu ilusi mendadak melebar. Lalu, tubuh raksasa Danisos menukik ke dalamnya seolah dia berenang di lautan.     

Saat itu, Lucien, yang terus diam, mendadak bertanya, "Siapa namamu?"     

"Aku?" Si pemuda menunjuk dirinya dan membalas sopan, "Anda bisa memanggilku David, Yang Mulia."     

Itu adalah nama umum yang bisa didengar di mana-mana.     

Sosok legendaris lainnya menatap Lucien bingung, kenapa dia menanyakan pertanyaan tidak penting. Apakah itu adalah basa-basi sebelum pertanyaan sesungguhnya? Biar bagaimanapun, Atom Controller adalah musisi, dan dia adalah suami ratu. Tak aneh jika dia menghargai sikap.     

Namun Lucien hanya mengangguk dan berkata, "David, tunjukkan jalannya." Lalu, dia kembali diam seperti sebelumnya.     

Pertanyaan aneh itu hanyalah jeda singkat, tapi kebanyakan sosok ahli di sana terlalu bingung untuk membiarkannya begitu saja. Kekuatan tekad dan mantra aneh mereka yang luar biasa jatuh pada David untuk memastikan tak ada yang salah dengannya. Jika tidak, akan jadi penghinaan terbesar jika mereka ditipu oleh penyihir yang bahkan belum mencapai tingkat senior.     

Setelah beberapa saat, mereka saling memandang dan mengangguk pelan, menandakan kalau tak ada yang salah. Lalu, dia melangkah ke dalam pintu ruang dan waktu bersama David, menuju ke Jungle of Demons.     

Ruang dan waktu berubah, dan pemandangan buram di depannya berubah jelas. Sebuah hutan aneh muncul di depan Lucien.     

Pepohonan di hutan hanya memiliki dua warna. Beberapa gelap seperti tinta, beberapa merah seperti darah. Namun, bentuknya macam-macam. Beberapa berbentuk manusia, beberapa punya mata di seluruh batangnya, beberapa punya mulut yang menunjukkan taring tajam sebagai daun, dan beberapa terbalik, dengan dedaunan di bawah sementara akarnya menjulur sampai ke awan hitam. Bahkan ada daun raksasa yang melayang di udara, dengan nadi yang menjulur ke seluruh arah, sebagai dahan, batang, dan buah...     

Demiplane Natravos lebih kacau daripada abyss. Semua makhluk seolah melompat-lompat secara acak.     

Namun, makhluk-makhluk tersebut hanya aneh. Di mata para investigator, mereka terlalu lemah untuk dipedulikan. Hal sesungguhnya yang menarik perhatian adalah 'kekacauan' yang menyebar di lumpur, udara, dan air. Semuanya adalah inti demiplane dan asal-muasal yang menyebabkan segalanya. Bahkan sosok legendaris mungkin bisa terkena efek jika tak memerhatikan.     

David merapal mantra dan membuat jalan di hutan. Di ujung hutan ada menara sihir lancip yang ujungnya menjulang hingga ke awan. Warnanya hitam pekat dan terpelintir, seperti pepohonan di hutan.     

Danisos mengepakkan sayapnya ke menara sihir dari langit, meniupkan angin tak kasatmata yang menghancurkan seluruh kekacauan. Sosok legendaris lain tak berhenti juga, lalu memasuki menara sihir dengan caranya masing-masing.     

Aula di lantai dasar menara sihir punya karpet hitam, tapi tak ada lampu. Satu-satunya sumber cahaya adalah lilin perak di dinding. Api merah di sana tak mengusir kegelapan sama sekali.     

Setiap lilin dikelilingi oleh macam-macam hal, termasuk cambuk berduri, tongkat dengan sengat besi, dan jarum perak yang mencekam. Intinya, segala yang tak seharusnya muncul di rumah penyihir legendaris ada di sana.     

"Itu adalah alat yang digunakan Natravos untuk menyiksa dirinya dulu. Mereka sekarang tak bisa memuaskannya..." Ogre, yang cukup familiar dengan Natravos, mengenalkannya pada para legendaris yang tak pernah kemari dengan suara serak dan tanpa daya.     

Tak ada yang menjawab, karena mereka tak tahu harus berkomentar apa.     

Lucien menggeleng geli dan berbalik ke bagian depan aula, di mana sebuah lukisan menggantung. Lukisan itu adalah pria paruh baya dengan penampilan spesial.     

Si pria memiliki wajah serius, dengan sepasang tanduk iblis penuh pola di dahinya. Pupilnya berwarna merah, hidungnya bengkok, dan tulang pipinya naik, terasa sangat aneh.     

"Itu adalah lukisan diri Natravos..." Menyadari arah pandang Lucien, Stanis memberitahunya.     

Sudah kuduga ... Lucien menebak itu adalah Natravos. Dia terkekeh dan berpikir kalau itu mungkin lukisan terakhirnya.     

"Tuan yang terhormat, empat lantai di menara sihir ini mulai dari lantai 9." David mengarahkan para legendaris ke lantai atas. "Kita akan pergi ke tempat kejadian sekarang."     

 Meski menara sihirnya tak punya banyak lantai, setiap lantai sangat luas dan tinggi. Danisos hanya mengurangi separuh ukuran tubuhnya, tapi sudah cukup luas agar dia bisa lewat.     

"Tak perlu buru-buru. Ayo investigasi per lantai. Kita mungkin menemukan petunjuk lain." Ogre menyela David. Dengan begitu, mereka mungkin bisa menemukan banyak benda bagus.     

Para legendaris lainnya, apalagi Stanis yang datang mencari buku dan catatan Natravos, jelas tak akan melewatkan kesempatan ini. Jadi para investigator maju perlahan dan hanya mendekati 'tempat kejadian' setelah beberapa jam.     

Dalam prosesnya, Lucien dan Stanis sama-sama mendapatnya banyak jarahan. Mereka menyalin dan mencatat banyak data berguna. Meski itu bukan inti dari penelitian Natravos saat ini, tetap saja hasil luar biasa dari pembelajaran sintesis garis darah di Kekaisaran Sihir.     

"Berikutnya lantai 9..." David berdiri di tangga, dan di depannya ada pintu batu abu-abu yang kacau.     

Dracula menutupi hidungnya dengan sepasang sarung tangan putih, lalu berkata, "Buka."     

Begitu pintu batu terbuka perlahan, pemandangan paling brutal di dalam tampak pada semua orang. Semua lantai dan langit-langit di lantai 9 ke lantai 13 hanya tersisa sedikit.     

Aula, ruang anatomi, ruang sintesis, ruang alkimia, ruang pengikat, dan perpustakaan tak lagi terlihat utuh. Dinding yang hancur ada di mana-mana. Bagian tengahnya hancur lebur dan nyaris menguap.     

"Aku khawatir data-datanya sudah hancur..." Stanis menghela napas dan berkata elan.     

Berkat perlindungan menara sihir, jendela di dinding luar masih utuh. Tapi, berbeda dengan gaya baru, jendelanya sempit dan memberikan kesan kaku.     

Lewat jendela, Jungle of Demons di luar bisa terlihat jelas. Awan-awan yang terusak oleh hawa abyss semakin redup dan gelap sekarang.     

"Ayo jalan bersama-sama, untuk jaga-jaga ada yang menghancurkan petunjuk," kata Ogre, seolah dia tak takut pada Danisos dan Dracula.     

Danisos berkata tanpa emosi, "Kalau begitu, kita harus memeriksa phylactery Natravos dulu."     

Tak ada yang menolak, karena memang itu benda yang kemungkinan besar mengandung petunjuk.     

Phylactery Natravos disembunyikan di lapisan antara lantai 12 dan 13, tapi kini sudah hancur sepenuhnya karena badai penghancur dan tak lagi tersembunyi.     

"Ledakannya terjadi dari dalam keluar..." Tangan layu Elder Mind mengambil objek hitam, di mana permata tertempel di sana. Tapi permatanya tak ditemukan di mana-mana. "Ini juga tempat kehancuran awal."     

Tak sulit membayangkan sekeras apa phylactery penyihir legendaris. Jadi, ada puing-puing di tempat ini meski di sana adalah pusat ledakan.     

"Baik Natravos meledakkan diri, atau seseorang memengaruhi phylactery dengan mantra aneh ke dalam jiwa..." Dubenal menarik simpulan.     

Tak ada yang tak kita ketahui. Sosok legendaris lain diam-diam berpikir dalam hati. Di antara mereka, Danisos dan Dracula berada jauh dari tempat serpihan dan phylactery dikumpulkan, seolah mereka mencoba menghindari kecurigaan.     

Lucien melihat keluar jendela. Awan hitam dan kacau menyeruak di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.