Singgasana Magis Arcana

Pengejaran Millenial



Pengejaran Millenial

0Di dalam Land of Truth…     

Douglas, yang biasanya mengenakan tailcoat, kini mengenakan mantel hitam panjang, membuatnya terlihat serius dan mengintimidasi.     

Mantel sihir hitam adalah gaya klasik Kekaisaran Sihir kuno. Warnanya gelap tanpa memancarkan sedikit pun cahaya. Namun, di bawah kegelapan, begitu banyak pola sihir perlahan muncul, menambahkan aura misterius Douglas.     

Kali ini, Douglas tak terlihat seperti pria tua, melainkan lebih mirip gelarnya, sang Emperor of Arcana!     

Dengan tangan di punggung, dia berdiri di depan lingkaran sihir yang terbuat dari begitu banyak garis perak dan batu permata transparan. Tak tahu apa yang ada di balik mata itu.     

Itulah yang Lucien lihat setelah dia keluar dari 'lift'. Dia tersenyum dan berkata, "Kelihatannya saya tak melihat presiden Kongres Sihir melainkan konsultan Kekaisaran Sihir kuno."     

Douglas terbatuk dan menengok. Dia tersenyum. "Saat aku kecil, aku sangat iri dengan penyihir dengan gaya pakaian seperti ini, lalu aku menyembah Light of Stars, yang merupakan konsultan Kekaisaran Sihir Sylvanas saat itu. Jadi aku terus meniru mereka sejak menjadi penyihir resmi hingga Kekaisaran Sihir jatuh, lalu aku harus bertahan hidup di dalam kegelapan. Agar tak menarik banyak perhatian, aku mulai mengikuti gaya pakaian dan mengubah cara pakaian pria bangsawan. Setelahnya, jadi kebiasaan, dan sudah terlambat untuk berubah."     

Nostalgianya penuh dengan perasaan campur aduk, mengindikasikan kalau benaknya tak sedamai kelihatannya. Disaat genting begini di mana matahari mungkin akan ditemukan, dia sulit menenangkan diri meski punya ribuan tahun pengalaman. Biar bagaimanapun, ini adalah tujuan yang terus dia kejar selama separuh hidupnya, dan juga mimpi semua penyihir di perguruan astrologi sejak didirikan!     

"Pakaian penyihir sebelumnya memang misterius dan serius, tapi juga terlalu gelap, suram, dan menakutkan," balas Lucien santai. Biar bagaimanapun, dia lebih senang dengan setelan double-breasted, tailcoat, dan pakaian serupa. "Kenapa guru saya dan Tuan Bergner tak ada di sini?"     

Fernando dan Bergner adalah salah satu teman Douglas yang tersisa. Kenapa mereka tak datang untuk menyaksikan momen penting?     

Douglas terkekeh. "Keadaan darurat untuk menstabilkan reaktor membuat Fernando marah. Dia dan Hathaway sibuk menjalankan eksperimen terhadap neutron, berharap bisa menemukan misterinya secepat mungkin. Apalagi, dia tak punya harapan besar pada penelitianku terhadap matahari kali ini. Makanya dia memutuskan mendinginkan harapanku dengan tidak datang, untuk jaga-jaga aku terlalu kecewa nantinya."     

"Benar. Saat tak ada ekspektasi, tak akan ada harapan apapun," kata Lucien berkelakar. Lalu dia mengangguk. "Guru saya selalu berpikir alasan mengapa planet tak bisa ditemukan berhubungan dengan keanehan di dalam Boundless Ocean, dan mustahil menemukan planet apapun sampai kita bisa menjawab kenapa kita tak bisa menyelesaikan 'terbang keliling dunia'. Itu bukan sesuatu yang bisa dijelaskan oleh Gravity Lens."     

Setelah Lucien mengulang pendapat Fernando, Douglas menatapnya dengan mata tajam. "Kau berpikir begitu juga?"     

Jika Lucien tak setuju dengan pendapat itu, dia tak mungkin membuang waktu mengutipnya.     

"Saya punya pendapat yang sama dengan guru, tapi…" Lucien mengaku jujur.     

"Tapi bagaimana kau memahami sumber masalahnya kalau tak mencoba?" Douglas tak marah sama sekali, melainkan menunjukkan sikapnya dengan nada Lucien.     

Lucien mengangguk. "Itu yang saya yakini juga. Terkadang kita harus menyelesaikan eksperimen bahkan jika kita tahu hasilnya ditakdirkan salah sejak awal, karena pengalaman kegagalan lebih berharga daripada keadaan khusus. Itu bisa membantu kita menemukan jalan yang benar."     

Douglas mengangguk dan tersenyum. "Ide arcana dan sikapmu akan membantumu berkembang."     

Lalu dia menyinggung the Prophet. "Bergner terus kebingungan sejak prinsip ketidakpastian diajukan. Harusnya, ada kesempatan baik dia menjadi legendaris level tiga dengan teori relativitas umum, tapi dia berhenti lagi seperti Donald dan lainnya. Dunia kognitifnya mungkin akan hancur jika teorinya diverifikasi dengan eksperimen atau fenomena."     

"Tapi penjelasan probabilitas dan prinsip ketidakpastian mendapat lebih banyak perhatian dalam eksperimen mikro dalam beberapa tahun belakangan." Lucien menekankan.     

Douglas menjawab sambil menghela napas, "Ya."     

Dia tak mengatakan hal lain, karena dia juga merasa penjelasan probabilitas dan prinsip ketidakpastian tak bisa diterima. Tentu saja, pertentangannya bukan berarti mengabaikan hasil eksperimen, tapi dia tak setuju dengan Lucien dalam hal menganggapnya sebagai ciri fundamental partikel mikro, seperti Fernando. Dia yakin kalau faktor tersembunyi atau variabel yang belum ditemukan menghasilkan ciri probabilitas dan ketidakpastian. Jika faktor dan variabel itu dipertimbangkan, hasilnya tetap akan cocok dengan determinisme.     

"Makanya, Tuan Bergner tak mau menemui saya?" kata Lucien berkelakar.     

Douglas menggeleng. "Tidak juga. Alasan utama adalah dia sibuk membangun observatorium luar angkasa. Baiklah, ayo pergi."     

Dia menarik napas dalam dan mengulurkan tangan kanan, menekan gerbang transparan yang penuh dengan permata sihir.     

Garis perak bersinar dan memancarkan kilau cerah. Energi yang amat besar membanjiri dari dalam ke setiap sudut menara sihir dan Land of Truth.     

Langit biru dan cerah di luar jendela mendadak berubah sangat gelap sampai tak terlihat satu bintang pun. Setelah energi raksasa menyeruak ke dalam portal, rasanya seperti sungai yang menyatu menjadi lautan. Tak ada sedikit pun riak.     

Setelah cukup lama, permata sihir pada portal yang berwarna-warni bersinar menyilaukan disaat bersamaan, lalu lubang di tengah portal juga dilapisi cahaya. Di dalam cahaya ada banyak rune sihir yang melayang.     

'Batu' terang keluar dari kantong sihir Douglas. Beberapa berwarna emas, beberapa biru, dan beberapa merah. Mereka melayang di sekitar kepala Douglas seperti planet tiruan yang mengitari bumi.     

Dikelilingi oleh batu-batu itu, Douglas mengangguk pada Lucien dan melangkah ke dalam kilauan terdistorsi.     

Lucien terus mengamati fungsi lingkaran sihir dan mempelajari pengetahuan ruang dan waktu di dalamnya. Itu adalah pemahaman pribadi yang datang begitu banyak pengalaman. Jauh lebih baik daripada apa yang Lucien tukarkan dari Perpustakaan Maju Arcana.     

Douglas mengundangnya untuk mencari matahari bersama sebagian untuk memberikan bantuan padanya pada lompatan luar angkasa super jauh. Perjalanan kali ini lebih pendek daripada saat Lucien berteleportasi ke luar angkasa terakhir kali.     

Setelah sosok Douglas berubah transparan di dalam cahaya, Lucien tak menunggu lagi. Robe of Grand Arcanist dilindungi oleh elemen warna-warni, lalu dia mengikuti Douglas ke dalam portal.     

Ruang dan waktu berubah, dan seluruh dunia berputar di dalam kegelapan. Meski Lucien sudah menjadi penyihir legendaris level tiga, dia tetap melihat ilusi di mana tubuh dan jiwanya terpisah. Dia bagaikan lilin yang berkedip karena angin dan bisa mati kapan saja. Jika sosok ini adalah archmage, mereka mungkin sudah 'tersesat' sepenuhnya di dalam lompatan luar angkasa super jauh selamanya.     

Mendadak, jiwa Lucien bergetar, dan tubuh fisiknya memadat lagi. Dia melihat cahaya yang terus berubah di depan matanya.     

Begitu cahaya menghilang lapis demi lapis, Lucien merasa dia ada di tengah luar angkasa, sementara sinar kosmik kutukan tak terhingga menerjang secara bersamaan. Sehingga, dia memanggil kekuatan spiritualnya dan mengucapkan mantra yang tak bisa didengar:     

"Space Staff!"     

Riakan cahaya membumbung dan berkumpul menjadi tongkat cahaya indah, yang membentuk macam-macam dimensi di sekitar Lucien.     

Setelah dia melawan sinar cahaya itu, Lucien akhirnya punya waktu untuk menarik medan kekuatan spiritualnya untuk mengamati sekitar.     

Bukan sebuah bola api raksasa yang sangat menyengat hingga segalanya akan terbakar olehnya. Alih-alih panas tak tertahankan, tempat ini tak ada apa-apanya selain hawa dingin dan kegelapan tanpa batas. Dari kegelapan, titik cahaya transparan dan jelas tampak di sana.     

Di depan Lucien, ada Douglas yang sedang memunggunginya. 'Batu' terang di atas kepalanya berputar di sekitarnya, menyelimutinya dengan macam-macam mantra legendaris.     

Dalam luar angkasa tanpa suara, Douglas tak mencoba berkomunikasi dengan Lucien lewat sambungan telepati. Dia hanya melayang di tempat dalam diam dan menatap titik di mana 'matahari' harusnya berada dengan tubuh kaku seperti patung.     

Dia adalah pria jangkung. Meski dia tak kekar, dia jelas tak kurus. Namun, ketika menatap punggung tegapnya, Lucien entah mengapa merasakan aura suram dan merasa kasihan. Meski dia sudah menduga hasil seperti ini, dia tetap tak merasa baik-baik saja.     

Mendadak, sambungan telepati datang, dan Lucien tak menolaknya.     

"Kelihatannya aku gagal lagi…" Douglas terdengar damai dan tenang, meski ada senyum kecut.     

Lucien baru akan menghiburnya, ketika Douglas melanjutkan, "Kelihatannya masih banyak faktor yang tak kupikirkan. Misteri alam semesta sangat memikat. Baiklah, ayo kembali. Kuharap kita bisa menemukan jejaknya lain kain."     

Rasa pahitnya hilang, dan satu-satunya hal tersisa hanyalah rasa bingung dan harapan pada masa depan. Dia tak frustrasi atau kehilangan semangat sama sekali.     

"Baiklah." Lucien mau tak mau tersenyum. Lalu dia melihat ke tempat di mana matahari harusnya muncul dengan tatapan berpikir. Di sana hanya ada kegelapan dan dingin, seolah hewan buas paling ganas sedang berkeliaran.     

Mungkin sudah waktunya dia mengunjungi dasar Boundless Ocean atau Moonlight Ocean di Pegunungan Kegelapan…     

…     

Di dalam Sekolah Generik Ketiga…     

Setelah meninggalkan asrama, Ali pergi ke gerbang sekolah melawan hawa dingin pagi hari. Dadanya terasa berat. Hari ini akan jadi hari di mana hasil ujian bulanan diperlihatkan. Apakah usahanya akan berbuah masih?     

Dadanya penuh dengan harapan dan kekhawatiran, membuatnya tak bisa tenang atau memikirkan pertanyaan lain. Dia hanya datang ke gerbang sekolah untuk bertanya apakah ada surat karena kebiasaan.     

"Ali, suratmu." Shaw sudah melihat sang pemuda yang terus datang untuk memeriksa surat setiap harinya.     

"Apa?" Ali langsung melupakan kekhawatirannya, sementara dadanya penuh dengan rasa girang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.