Singgasana Magis Arcana

Bangkitnya Penjelajahan Luar Angkasa



Bangkitnya Penjelajahan Luar Angkasa

Layria, Chelly, dan murid lain berdiri di luar lab kecil dan melihat portal, begitu pula pola sihir, yang sudah meredup, sangat enggan pergi. Mereka merasa ada seekor kucing yang mencakar hati mereka, sehingga nyaris tak bisa menahan rasa penasarannya.     

Setelah cukup lama, Alfalia akhirnya berujar, "Tak ada yang bisa kita lakukan dengan berdiri di sini, dan tak tahu kapan mereka akan kembali. Ayo fokus dengan pekerjaan kita sekarang. Biar bagaimanapun, mereka pasti menceritakan pada kita apa yang mereka alami setelah kembali nanti."     

Heidi selalu mau bercerita selama bukan hal rahasia.     

"Ya. Ada banyak jadwal eksperimen yang harus kita kerjakan, banyak data yang harus dianalisis, eksperimen baru untuk dirancang, dan mantra baru untuk dianalisis..." Layria awalnya setuju dengan Alfalia, tapi semakin dia bicara, semakin dia merasa hidupnya 'tak ada harapan'.     

Lazar mengangguk dan menepuk tangan. Setelah perhatian semua orang terarah padanya, dia berujar sambil tersenyum cerah, "Jangan tetap menunggu di sini. Tak ada yang tahu ke mana Evans dan yang lainnya pergi dan berapa lama sampai mereka kembali. Kembalilah dan selesaikan eksperimen kalian dulu."     

Saat dia bicara pada Lucien dan teman-teman yang mereka kenal, dia seringnya memanggil 'Lucien'. Namun di Institusi Atom, untuk menunjukkan rasa hormat pada manager institusi, dia selalu memanggilnya 'Evans' ketika bicara pada asisten tingkat murid.     

"Baik, Tuan Lazar." Lowi dan asisten lain melihat ke lab kecil di belakang, enggan pergi dari sana. Tapi mereka berhasil menahan rasa penasarannya dan kembali ke lab masing-masing.     

"Kira-kira ke mana guru kita berteleportasi?" kata Chelly pada Layria.     

Layria berpikir beberapa saat dan menjawab, "Pasti berkaitan dengan pembelajaran di dunia mikro. Kalau tidak, guru kita tak akan meletakkannya di dalam institusi daripada mengajukan program penelitian sihir baru."     

Mereka bicara dan berbalik, sambil berspekulasi dengan semangat mengenai tujuan lingkaran sihir gurunya. Meski mereka akan tahu jawabannya saat Heidi kembali, bukankah hal paling menyenangkan terhadap hal misterius adalah menebak?     

Layria dan Chelly baru beberapa kali melangkah, ketika mereka mendadak merasakan ledakan gelombang sihir di belakang mereka. Di bawah pengaruh kekuatan spiritual mereka, pola sihir di dalam lab kecil bersinar satu per satu, mengeluarkan energi dari menara sihir Allyn dan memancarkan kilau perak.     

Dalam pemandangan indah itu, portal yang meredup kembali bersinar cerah lagi.     

"Mereka kembali?"     

"Apa Tuan Evans sudah kembali?"     

Dalam komentar bingung dan juga bersemangat, Alfalia, Lowi, dan orang lain yang berjalan pelan kembali ke lab masing-masing, langsung melompat kembali seperti kelinci. Mereka bereaksi sangat lincah seolah menunggu saat-saat ini.     

Gerbang cahaya mendadak meledakkan cahaya. Sementara cahaya murni menenggelamkan seluruh lab.     

Begitu cahayanya hilang, portalnya juga lenyap. Tapi lima sosok lain muncul di tengah lingkaran sihir. Mereka adalah Lucien dan murid-muridnya.     

"Heidi, kau pergi ke mana?"     

"Heidi, apa yang kau lihat?"     

Layria dan Chelly menyeloroh, bertanya pada Heidi disaat bersamaan, dan terus mengoceh!     

Heidi mendengar pertanyan teman-temannya sebelum sempat memulihkan diri dari rasa pusing. Dia mengusap kepala dan terkekeh. "Kau pasti tidak percaya kemana kami pergi. Kami ke tempat 'romantis'."     

"Romantis?" Lazar mau tak mau mengulang. Bukan itu kata kunci yang ada dalam benaknya.     

"Romantis..." Layria dan Chelly tak bisa membayangkan. Mereka menebak banyak tempat, tapi tak satu pun yang berhubungan dengan 'romantis'. Ini adalah Institusi Atom!     

Heidi tersenyum bersemangat. "Ya, itu adalah tempat yang sangat romantis, lebih romantis daripada pemandangan romantis yang pernah kulihat!"     

Melihat ekspresi terkejut dan bingung di wajah teman-temannya, Heidi merasa lebih baik.     

"Umm ... Apa kau pergi ke luar angkasa?" tanya Alfalia, tak terlalu percaya diri dengan tebakannya.     

Setelah tercengang sesaat, Heidi bertanya kaget, "Kok bisa tahu?"     

"Kau benar-benar pergi ke luar angkasa?" tanya Layria terkejut.     

Melihat semua orang menatap ke arahnya, Alfalia menjawab malu-malu, "Aku hanya ingat ada survei di sebuah edisi Impresi Allyn. Isinya soal tempat paling romantis bagi penyihir. Peringkat pertama adalah langit berbintang saat malam, yang bisa membuat seseorang merasakan luasnya alam semesta, kecilnya manusia, dan gaibnya sungai takdir. Itulah kenapa aku menebak kasar kalau kau pergi ke luar angkasa..."     

"Pasti penyihir di bidang astrologi yang mengambil surveynya!" Heidi menggerutu. "Baiklah, Alfalia, tebakanmu benar. Kami memang pergi ke luar angkasa. Guru kami membuat observatorium luar angkasa di sana agar kita bisa belajar sinar kosmik dan mengamati asteroid yang lewat. Layria, Chelly, kau tak bisa membayangkan sensasi berdiri di luar angkasa. Tempatnya sangat gelap di mana bintang-bintang bagaikan titik putih. Mereka tak berkedip sama sekali, seperti lukisan abadi."     

Semakin dia bicara, semakin semangat Heidi dibuatnya. "Setelah aku datang ke luar angkasa aku baru menyadari kecilnya diri kita, besarnya alam semesta, dan kekaguman mendalam dari dalam hatiku. Alam semesta lebih suci daripada Tuhan manapun di macam-macam propaganda! Sampai akhirnya aku benar-benar paham apa yang dikatakan Tuan Presiden ketika beliau menolak godaan Paus Viken. Untuk orang-orang yang sudah melihat lautan bintang dan menganggap bintang sebagai tujuan mereka, mana mungkin bisa terkesan oleh 'Tuhan' yang tinggal di planet kecil?"     

Deskripsi Heidi membuat mata Layria, Chelly, Alfalia, dan penyihir perempuan lain kehilangan fokus, seolah mereka juga berdiri di luar angkasa dan punya perasaan serupa. Layria, Jerome, dan penyihir di bidang elemen juga tersentuh.     

Lucien menggeleng tergelitik. Apakah observatorium luar angkasa sangat signifikan dalam hal pendidikan? Bisakah observatorium membantu penyihir mendirikan gambaran sehat tanpa ditipu oleh Saint Truth?     

"Master, kapan ... kapan kami bisa pergi ke observatorium luar angkasa?" Setelah mendengar deskripsi Heidi, Layria menatap Lucien dengan mata berbinar. Wajah dan gesturnya menunjukkan dia sudah tak sabar.     

Chelly, Alfalia, dan gadis lain juga sama. Sementara Lazar, Rock, Lowi, dan pemuda lain tak mengatakan apapun serta mencoba mengendalikan diri, tapi sorot bersemangat di mata mereka 'berkhianat'.     

Lucien terkekeh. "Ini ada untuk kalian melakukan eksperimen. Apalagi, untuk menghemat biaya pulang pergi, kalian harus tinggal selama satu minggu di sana setiap kalinya. Satu atau dua jam di luar angkasa bisa cukup romantis, tapi bagaimana kalau durasinya lebih panjang? Kegelapan pekat, kehampaan, dan kesepian abadi akan membuat kalian gila bahkan jika kalian punya lima rekan. Itu bukan sebuah perasaan yang bisa dibelokkan oleh romansa. Kalian hanya bisa beradaptasi perlahan. Lagipula, kalian harus bersiap secara mental melakukan petualangan, atau aku tak akan memperbolehkan kalian ke sana."     

"Master, tenang saja, saya bisa diam selama satu bulan penuh." Annick menunjukkan sikapnya duluan.     

Heidi, yang biasanya bersemangat, mengernyit. Tapi dia tetap berujar, "Master, saat kami ada di atas sana, kami akan memfokuskan sebagian besar perhatian kami pada eksperimen. Tak peduli betapa hampa, gelap, dan terisolasi tempat itu, tak akan berefek pada kami."     

"Kalau begitu, kau harus merancang rencana penelitianmu sendiri. Aku akan memilih orang-orang yang sudah melakukan persiapan secara menyeluruh." Lucien tersenyum.     

Heidi berujar pada Katrina dan teman-temannya secara sembunyi-sembunyi, "Lihat itu, senyum iblis..."     

Untuk romansa pembelajaran arcana, mereka langsung menyebar dan mulai mengerjakan perencanaan eksperimen demi mempelajari sinar kosmik dan luar angkasa luas.     

"Layria, kau tak akan bisa sepenuhnya paham apa yang kurasakan sampai kau sungguhan datang ke observatorium luar angkasa ... Aku sudah membayangkan sebuah pemandangan. Aku duduk bersila di dalam observatorium sendirian, dikelilingi oleh kegelapan kosong begitu pula bintang berkilauan di semua arah. Tak akan ada makhluk lain selain aku ... Kalau saja kita bisa melihat planet yang kita tinggali. Perasaan menatap segalanya dari atas pasti lebih fantastis!" kata Heidi pada Layria tanpa henti. Semua orang punya romansanya sendiri.     

Layria tak merasa Heidi orang yang cerewet. Alih-alih, dia mendengarkan dengan saksama dengan perasaan campur aduk. "Bahkan tanpa pemandangan yang kau bayangkan, berdiri di luar angkasa sudah jadi pengalaman yang bisa membuat sebagian besar arcanis iri."     

"Haha, apalagi orang-orang dari Tower dan perguruan astrologi. Mereka pasti menghantamkan kepala ke tembok karena iri. Kalau saja mereka juga punya guru sehebat ini!" Heidi memikirkan teman-temannya yang lain dan tertawa semakin senang.     

...     

Di Tower...     

Samantha sedang fokus pada horoskop yang baru dilukis, ketika dia mendengar suara derap langkah kaki mendekat, sebelum seseorang mengetuk pintunya.     

"Rachel, kenapa buru-buru?" Ketika Samantha menaikkan kepala, pintunya terbuka dan tertutup sendiri.     

Rachel berujar semangat, "Tuan Evans sudah membuat sebuah observatorium di luar angkasa untuk mempelajari sinar kosmik dan horoskop!"     

"Observatorium luar angkasa?" ulang Samantha terkejut.     

"Ya. Heidi sudah masuk ke observatorium luar angkasa itu dan melakukan petualangan di luar angkasa. Pengalaman yang dia deskripsikan sungguh ... sungguh..." Rachel ragu-ragu dalam waktu lama, tapi dia tak bisa memikirkan deskripsi yang tepat. Namun ekspresi iri di wajahnya tak bisa ditutupi.     

Samantha berdiri mendadak dan bergumam, "Perjalanan luar angkasa?"     

Alam semesta tanpa batas adalah tempat paling suci bagi setiap penyihir di perguruan astrologi. Berkeliaran di luar angkasa adalah salah satu momentum bagi mereka untuk mencoba menjadi penyihir legendaris. Tapi sekarang, mereka punya kesempatan pergi duluan ke sana?     

"Ya! Para arcanis Tower semuanya mendidih! Seseorang mengajukan kalau kita harus membangun alat sendiri, dan seseorang sudah mengajukan aplikasi ke Dewan Penelitian, berharap bisa meminjam observatorium luar angkasa di Institusi Atom!" kata Rachel semangat. "Cepat, ayo susun rencana penelitian kita!"     

Meski observatorium luar angkasa Lucien adalah benda raksasa level sembilan yang sangat dekat dengan tingkat legendaris dan butuh material luar biasa banyak, tapi bukan sebuah item legendaris. Tower masih bisa mendapatkan beberapa bendanya.     

Samantha berkomentar bingung, "Apakah kita sudah mulai menjelajah ke lautan bintang...?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.