Singgasana Magis Arcana

Hujan Meteor



Hujan Meteor

0Di Kota Langit, di lantai 33 menara sihir Allyn...     

Setelah menerima laporan Hull-Chulia, sang Monarch of Fate, Hellen langsung mengaktifkan lingkaran sihir merah di sudut mejanya. Garis di lingkaran bergerak zigzag seperti cacing tanah.     

Cahaya merah gelap bersinar, sementara suara Prospell, penjaga menara sihir Allyn, yang biasanya riang, menjadi rendah dan serius. "Rencana Darurat C diaktifkan. Menghubungi semua demiplane..."     

Dua detik kemudian, sebuah tirai cahaya merah menyinari Hellen menjadi 15 gambar. Ada sebuah daratan yang berbeda dari dunia nyata, sebuah kerajaan dimana listrik dan magnet mengamuk, sebuah kebun yang bersinar dan meredup bagaikan hati manusia, dan juga alam semesta luas serta terang.     

"Tak menghitung beberapa Yang Mulia yang keluar misi, 15 demiplane sudah terbuka dan membalas," kata Prospell dengan suara serius.     

Dengan ekspresi tenang, Hellen berujar singkat, "Will of Abyss mencoba datang ke kepulauan utara. Masih ada waktu untuk menghentikannya. Kusarankan setidaknya tiga arcanis agung ikut bersamaku."     

Saran seperti itu untuk menghindari insiden. Bahkan jika mereka terperangkap atau tak bisa menghentikan kedatangan Will of Abyss, mereka tetap cukup kuat untuk kabur. Harus diingat bahwa Will of Abyss tetap demigod tak peduli luka apa yang dideritanya. Dia bisa membunuh siapapun di bawah legendaris level tiga dengan mudah.     

Kalau ia ada di kondisi prima, Hellen tak akan meminta arcanis agung yang datang, melainkan legendaris papan atas. Dengan mantra atau peralatan tak biasa, masih ada harapan bagi legendaris level tiga untuk kabur dari demigod. Namun, tetap punya risiko. Siapa yang mau mencoba kecuali memang harus?     

Apalagi, sebagai legendaris di Cabin of Palmeira, Hellen Paris tak mundur, melainkan mengatakan kalau dia mau menanganinya sendiri. Biar bagaimanapun, jika penguasa de facto kepulauan utara tak mau mengambil risiko, arcanis agung lain jelas harus berpikir dua kali untuk pergi.     

Kegigihan Hellen mencegah kemungkinan terjadinya debat tanggung jawab dalam rapat darurat di Dewan Tinggi. Douglas berujar tenang, "Karena musuhnya adalah Will of Abyss, kita paling tidak butuh dua legendaris papan atas. Apalagi, aku takut ada rencana busuk di balik insiden mendadak ini. Jadi, Fernando, Lucien, Hellen, dan aku akan pergi ke kepulauan utara untuk menghentikannya. Brook dan Hathaway akan menggantikan Hellen menjaga Allyn, sementara sisanya tetap siap siaga di sini. Tetap jaga komunikasi."     

"Baiklah." Lucien tidak ragu, sementara Fernando sudah sampai di perpustakaan Hellen. Dia selalu tak sabaran.     

Karena garis pantas utara jauh dari Allyn, lingkaran sihir teleportasi lebih cepat daripada lompatan luar angkasa. Sehingga, Douglas, Lucien, dan bantuan lain langsung berteleportasi ke cabang Kongres Sihir di Kasvig.     

Di Tower lantai atas...     

Bergner menatap langit yang menggelap dan berpikir, "Apa hujan meteor malam ini mengindikasikan sesuatu?"     

Hujan meteor mendarat ke kedalaman Boundless Ocean, jadi Bergner tak terlalu memerhatikan horoskop awalnya. Dia membuangnya setelah menginterpretasikan arti di baliknya selama beberapa saat. Namun, kini setelah mengingatnya lagi, dia merasa hatinya tak tenang.     

...     

Burning Lady punya nama yang sangat feminin, yaitu Elaine. Dia terlihat secantik mawar, tapi setelah memakai armor yang terlihat seolah terbuat dari kelopak bunga dan mengambil pedang pendek membara, semua kesan feminin dan rapuhnya hilang. Dia bagaikan api yang memancarkan hawa panas dan bisa membuat orang-orang menjauh. Tak ada yang bisa menatap matanya.     

"Hawa kekacauan masih terus meningkat. Berarti Will of Abyss belum benar-benar tiba. Masih ada waktu untuk menghentikannya. Kita tak boleh menunggu dan bergantung pada bala bantuan dari Allyn. Mungkin kesempatan akan hilang saat kita menunggu. Aku tak ingin melihat kota kelahiranku berubah menjadi abyss kekacauan dan darah." Dia dan Hull-Chulia sudah mendekati hutan tua.     

Karena jaraknya tak jauh, transfer luar angkasa dan perjalanan cepat yang diberikan kekuatan darah kesatria legendaris sama cepatnya dengan lompatan demiplane milik penyihir legendaris.     

Dia berujar demikian sebagian besar untuk menunjukkan tekadnya. Dalam hal melindungi rumah, kesatria legendaris lebih gigih daripada penyihir legendaris, karena itu adalah keyakinan mereka.     

Monarch of Fate punya gaya rambut yang terlihat seperti awan bergulung di langit. Dia agak gemuk dan terlihat ramah. Sambil tersenyum, dia berujar, "Sudah lama, tapi ia belum tiba sepenuhnya. Kelihatannya Will of Abyss sudah memilih cara yang-tak-terlalu-cerdas dan sangat berkebalikan dengan caranya tiba di Rentato."     

Dalam perang Rentato, berkat persembahan darah setelah Paradise on Earth dihancurkan, Will of Abyss bisa datang seluruhnya dalam waktu singkat, tak memberikan kesempatan Benedict II untuk bereaksi. Di sisi lain, kedatangannya kali ini butuh nyaris tiga kali lebih lama daripada sebelumnya, dan seolah dia belum menyelesaikan separuh prosesnya. Jelas jika dia sudah memilih pendekatan yang tak terlalu dikembangkan dan tak kuat.     

Hull-Chulia tak terlalu mencurigainya. Jika Will of Abyss tahu cara menimbang untung rugi, memilih waktu yang tepat, dan beraksi hanya ketika sudah pulih, dia bukan lagi Will of Abyss, melainkan Lord of Hell!     

Hull-Chulia tak mau memikirkan kenapa ada cara seperti itu. Jika dia bisa menebak, dia pasti sudah curiga kalau dirinya telah terkontaminasi oleh hawa abyss dan kehilangan kecerdasan serta rasionalitas yang dibanggakannya. Mustahil bagi orang biasa untuk memahami abyss.     

Di tengah hutan, gumpalan kegelapan yang sepekat tinta menyelimuti daratan. Semua pepohonan dalam jangkauan sudah terkontaminasi oleh hitam menjijikkan. Mata merah terbuka pada dahan pohon, sementara rantingnya bergerak aktif seperti tentakel.     

"Hutan penuh monster..." Burning Lady berkomentar. Kemudian, dia melihat sebuah gerbang darah di tempat paling gelap. Di permukaan gerbang ada pola yang cukup membuat sosok legendaris merasa pusing.     

Di sekitar gerbang darah, api merah pucat membumbung tanpa bisa diprediksi dan tak bisa terbentuk sepenuhnya.     

"Tak buruk. Kita bisa menghindari tragedi kalau kita bisa menghancurkan Portal ke Dunia Lain yang bisa dilewati demigod saat belum dibentuk." Tepat ketika Monarch of Fate selesai bicara, raungan jahat dan kacau meledak di belakang gerbang.     

Hooooooo!     

Krak, krak, krak. Mantra pasif Hull-Chulia terpicu. Awan dengan kilat mengelilinginya dan menstabilkan tubuh Hull-Chulia yang hampir jatuh dari langit.     

Burning Lady jatuh nyaris 10 meter sebelum berhasil berhenti. Begitu banyak api keluar dari tubuhnya sampai dia terlihat seperti elemen api sebenarnya.     

Tetesan api jatuh dari tubuhnya ke tanah, membakar kegelapan dan pepohonan. Jelas dia terluka.     

Hull-Chulia dan Burning Lady saling menatap dengan terkejut. Apakah ini kekuatan demigod? Mereka terluka oleh raungan kekacauan meski musuhnya belum sepenuhnya tiba? Jika ia sungguhan tiba, apakah mereka akan kehilangan akal dan menjadi Demon Lord?     

Setelah melewati banyak pertarungan, mereka berdua menahan rasa takut. Salah satu dari keduanya mulai merapal mantra legendaris, dan salah satunya berubah menjadi api yang membakar segala di sekitar. Apinya menyelimuti gerbang darah dan membuatnya terbakar dengan disertai suara gemeratak.     

Beberapa tentakel hitam tebal mendadak memanjang dari dunia kematian dan mencambuk api. Mereka pun dikelilingi oleh hawa hitam perusak dan kacau.     

Namun, mantra Hull-Chulia diucapkan disaat terbaik. Angin berembus di hutan. Massa udara di tekanan tinggi atau rendah menciptakan badai dan kilat.     

Krak. Tentakelnya hancur, tanahnya tertarik, menampakkan monster di dalam goa. Monster itu tak memiliki tanda-tanda manusia sekarang. Tak ada apapun selain potongan tubuh, tentakel yang menggeliat, dan begitu banyak mata di tubuhnya.     

DHUAAR! Awan mengencang, sementara monster yang jiwa dan nyawanya sudah 'tersublimasi' hancur oleh petir.     

Hooooooooooo!     

Raungan penuh kekacauan dan kejahatan menggema bagaikan mantra di belakang gerbang darah. Api langsung menyebar, menghempas Burning Lady kembali ke udara dan mengembalikan Burning Lady ke sosok asal. Dia terlihat sangat pucat.     

Tepat ketika dia menggertakkan gigi dan siap menerjang lagi, dia mendengar suara lembut.     

"Paradise of Stars!"     

Bola luar angkasa berbentuk aneh terbang ke atas gerbang darah. Cahaya terang dan murning menyeruak bagaikan debu bintang, sementara alam semesta yang dalam dan gelap tiba, menyelimuti seluruh area.     

Dalam hawa dingin tak terbatas, bintang terang menyatu ke dalam macam-macam lingkaran sihir berdasarkan horoskop. Kegelapan yang menggeliat berhenti, lalu pohon penuh dengan mata dan bagian tubuh layu. Raungan yang berasal dari belakang gerbang darah ditekan sampai ke batas minimal.     

"Emperor of Arcana telah tiba..." Burning Lady sangat lega. Dia tahu Douglas dan bala bantuan dari Kongres Sihir sudah datang. Jelas mustahil bagi Will of Abyss, yang belum sepenuhnya tiba, untuk melawan legendaris papan atas yang paling dekat dengan tingkat demigod dari dunia lain. Apapun tujuannya, ia sudah ditakdirkan gagal.     

Ketika kekhawatirannya hilang, dia mendengar suara lembut lain.     

"Snow Goddess's Forgiveness!"     

Sebuah pilar cahaya transparan melewati matanya. Berkat bantuan Paradise of Stars, mantranya mengenai gerbang darah yang dikelilingi api merah pucat.     

Aliran listrik dan laser yang terlihat samar muncul, menciptakan jaring salju dan es yang terlalu pekat untuk dilihat. Hawa di jaring membeku, pohon membeku, api merah pucat membeku, begitu pula gerbang darah. Segalanya hancur menjadi kegelapan dan hawa dingin tanpa kehidupan.     

Setelah menyaksikan pemandangan tersebut, Burning Lady dan Monarch of Fate merasa mata mereka membelalak juga. Hawa dingin ekstrem membuat mereka merinding dari lubuk hati terdalam.     

"Lucien Evans punya mantra salju semengerikan ini?"     

Hellen memperlambat perapalan mantranya. Dia menatap area yang terperangkap oleh temperatur sangat rendah dengan hasrat yang dimilikinya saat hanya mempelajari arcana dan sihir.     

...     

Di luar orbit planet, sebuah cahaya suci berwarna putih gading bersinar, lalu Benedict III muncul di ruang hampa gelap.     

Dia mengangkat tongkat platinanya tinggi. Serata menatap serpihan raksasa yang menerjang ke arahnya, dia berujar dengan nada penuh kemurahan hati dan juga kasihan.     

"Saat dunia kotor, kau akan membersihkan segalanya dengan amarahmu!"     

Di alam semesta tanpa udara, suaranya menyebar dengan cara aneh.     

Meteor itu berhenti secara ajaib. Kemudian, mereka mengubah arah dan meninggalkan jejak membara di atmosfer. Serpihannya hancur menjatuhi Allyn seperti hujan badai!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.