Singgasana Magis Arcana

Pengingat Lucien



Pengingat Lucien

0Angin kencang mengamuk, meniup pasir di Scarlet Plain ke langit. Matahari, yang menyinari bumi lewat sela-sela debu sementara, berubah menjadi merah samar seperti sebelumnya.     

Anjing berkepala tiga tiba, melahap iblis-iblis yang mati. Sisik perlahan tumbuh di badannya. Matanya merah, sementara mereka menelan mayat-mayat seolah sedang melakukan perlombaan, bahkan tak meninggalkan bagian tubuh yang membara. Bahkan tulang-belulang pun dikunyah dan ditelan.     

Itulah yang Atlant lihat saat dia membuka mata. Dia berujar lembut dan hangat, "Apa kau masuk ke abyss sekarang?"     

Dia bertanya pada rencana operasi Lucien, Natasha, dan Malfurion.     

Malfurion hanya menawarkan untuk membantu Lucien, untuk jaga-jaga ada insiden di abyss, yang mana akan memperburuk hubungan antara Kongres Sihir dan elf. Jadi dia tak menjawab dan hanya menatap Lucien dengan mata hijaunya.     

Lucien menggeleng. "Kami akan masuk ke abyss besok. Ayo bermalam di Kota Anonim dulu hari ini dan lihat apakah kita akan menemukan hal aneh."     

Dia tersenyum. "Investigasi ke dalam abyss adalah salah satu dari pilihan akhir kita. Kita harus menganggap abyss sebagai target tanpa mencari sekitar dulu. Bagaimana jika sumber masalahnya ada di sini? Aku tak ingin membuang waktu. Ayo selesaikan satu per satu."     

"Baiklah. Kalau begitu, ayo cari keanehan di Kota Anonim dan area sekitarnya." Atlant setuju dengan Lucien.     

Malfurion jelas tak keberatan. Setelah merasakan kekuatan Eternal Blaze barusan, Lankshear dan Selinda terdiam.     

Begitu mereka terbang menuju Kota Anonim, Natasha bertanya lewat sambungan telepati, "Kenapa kau ingin pergi ke abyss? Perjalanan semacam itu tidak perlu ... Kalau kau mencari kesempatan bertarung untukku, kita bisa menunggu di Kota Anonim sampai Demon Lord menyerang. Lebih enak seperti itu."     

Dia tahu Lucien tak akan melakukannya tanpa alasan, jadi dia bingung.     

"Integrasi dimensi di sini agak mirip dengan yang kupikirkan. Makanya, aku berharap bisa mempelajarinya lagi. Ada kemungkinan aku bisa menemukan hal tertentu," jelas Lucien. Melihat balik ke celah abyssal, dia menggeleng dan berujar lewat sambungan telepati. "Integrasi dimensi?"     

Melihat Lucien punya tujuannya sendiri, Natasha mengangguk dan tak mengatakan apapun. Dia merasa semua selnya menjadi segar, menginginkan pertarungan.     

...     

Di dalam Kota Anonim.     

Mason dan Fred berjalan mondar-mandir di jalanan, dikelilingi oleh para petualang yang juga menunggu dengan cemas serta ingin pergi secepatnya. Tak satu pun dari mereka mau menjadi tumbal abyss.     

"Nak, berhenti! Kau mengenaiku!" Dalam suasana panik, seorang pria berotot mendadak berteriak. Dia memiliki tato dedaunan yang terjalin di kepala gundulnya. Itu adalah tato milik barbarian dari Pegunungan Kegelapan.     

Pemuda yang dia bentak membawa busur pendek dan memegang pisau biru. Dia mengacungkan pisau dengan marah dan berteriak, "Barbarian, tutup mulutmu, atau aku tak keberatan memberitahumu rasanya dibekukan."     

Karena efek Eternal Blaze barusan, jalanan sempit di sana dipenuhi oleh para petualang. Senggolan jelas tak terhindarkan.     

"Brengsek! Minta maaf atau aku akan membuatmu dikubur tanpa nama!" Si barbarian sangat marah sampai urat dan otot pada tubuh bertinggi dua meter itu semua menonjol dengan dilapisi cahaya berwarna perunggu.     

Mereka berdua baru akan bertarung ketika tangan kanan seorang kesatria cahaya berubah menjadi api dan menebas di antara mereka dari atas, memunculkan retakan hitam di tanah.     

"Diam!" Sang kesatria cahaya mendelik pada dua petualang dengan kekuatan setara kesatria dengan dingin.     

Melihat bekas di tanah, barbarian dan pemuda itu mundur sambil saling memandang dengan tatapan marah, sebelum mereka berbalik dan pergi.     

Mason, yang mengamati dari dekat sana, memiliki perasaan campur aduk. "Setelah ditahan dalam waktu lama, dan karena serbuan iblis serta kematian dari begitu banyak petualang, kelihatannya orang-orang jadi gampang marah. Bahkan hal paling tidak penting bisa menyebabkan pertumpahan darah.     

Bahkan dia juga memiliki perasaan yang sama, yaitu ingin melampiaskan semuanya pada seseorang.     

Menarik napas, Fred bermaksud mengkritik para elf karena tak efisien, karena penghalangnya tak pernah dilepas dalam waktu lama setelah Eternal Blaze.     

Kemudian, dia merasakan sesuatu dan mendongak, hanya untuk melihat kalau langit kota berubah aneh. Langit yang penuh dengan debu darah mendadak 'jatuh'. Langitnya rendah, redup, dan membuat depresi!     

Lantas, separuh langitnya jadi terang, yang mana cahaya tak menentu terus berubah, lalu digantikan dengan kegelapan. Sementara separuh lainnya menjadi redup dan semakin gelap, sampai semua warna darah menghilang. Meninggalkan kegelapan terpekat, terberat, dan paling tak terbatas!     

Namun, di dalam kegelapan, bintang-bintang bersinar terang dengan warna aneh.     

Melihat pemandangan seluas alam semesta serta cahaya yang berkelip-kelip, Fred langsung bingung. Jiwanya melayang, dan dia tak bisa merasakan apapun dalam waktu lama.     

Cukup lama setelahnya, ketika angin sepor dengan hawa darah mengenainya, Fred mendadak menggigil. Dia melihat langitnya kembali normal, dan debu yang sangat tebal masih menghalangi sinar mentari. Tidak, bukan sinar mentari, tapi sinar bulan perak!     

"Apa ini khayalanku..." Fred berbalik dan melihat kalau Mason serta orang lainnya berdiri seperti patung. Seluruh Kota Anonim hening, tak seperti biasanya. Bahkan anjing paling ganas di bar tak menggonggong sama sekali.     

"Bukan, ini proyeksi demiplane milik penyihir legendaris..." Mason juga kembali sadar.     

Beberapa ritual yang membantu kesatria melatih kekuatan darah butuh komunikasi dan memanggil kekuatan demiplane milik legendaris, seperti bagaimana 'Tuhan' dipanggil untuk mempromosikan pendeta di Saint Truth.     

Fred berujar sambil tersenyum mengejek dirinya sendiri, "Ini pertama kalinya aku melihat demiplane legendaris, kalau tak menghitung Scarlet Plain."     

Sovereign of Blood, penguasa Scarlet Plain, adalah iblis level dua legendaris. Kalau penyihir, penganut sekte, dan kesatria dengan kekuatan darah ingin melakukan ritual dalam darah dan pembantaian, ada kemungkinan mereka akan memanggil kekuatan Scarlet Plain. Sehingga, itu juga termasuk demiplane legendaris.     

"Dua Yang Mulia dari Kongres akhirnya selesai memeriksa." Mason merasa lelah. Sudah tengah malam di sini.     

...     

Dalam hutan polusi di luar Kota Anonim, pepohonan aneh sedang tumbuh. Mereka terpelintir sampai ke satu titik, seolah anak kecil sedang memainkannya. Pada kulit pohonnya ada banyak benjolan yang tumbuh, lalu cairan tubuh keluar dari sana dengan mengerikan dan menjijikkan.     

"Ini adalah hutan yang terkena polusi karena terlalu dekat dengan celah abyssal. Tapi pengaruhnya menghilang seratus meter setelahnya, dan nyaris normal 200 meter dari sini. Penyesuaian yang dibutuhkan demi integrasi dimensi nyaris tak terpenuhi." Lodell, sang Hand of Balance, mengenalkan satu-satunya tempat yang kemungkinan cocok dengan parameter abyss di dekatnya.     

Lucien mengamati dengan teliti dan memeriksa pohon dengan sihir. Dia lalu mengangguk. "Bisa dipastikan kalau tempat ini tak ada hubungannya dengan pelebaran celah abyssal."     

Atlant memberikan kesimpulan yang sama.     

"Sepertinya kita harus mengunjungi abyss." Malfurion amat tak tertarik dengan perjalanan itu. Will of Abyss adalah makhluk sinting luar-dalam. Tak seorang pun tahu apa yang akan dia lakukan, bahkan dirinya sendiri! Bagaimana jika dia mendadak memutuskan meledakkan diri di depan mereka? Apa yang bisa mereka lakukan?     

Will of Abyss yang tak berotak itu lebih membuatnya takut daripada Lord of Hell, meski Lord of Hell penuh dengan rencana busuk.     

"Integrasi dimensi baru dimulai. Hanya terjadi antara Scarlet Plain dan Hutan Stroop. Makanya, sementara tempat ini terkena efek abyss, abyss akan terpengaruh oleh dunia material utama. Setelah terluka, mustahil Will of Abyss datang ke Scarlet Plain, apalagi langsung datang ke dunia material utama." Lucien menjelaskan pada Malfurion berdasarkan pengalaman penyihir kuno.     

Setelah bicara, Lucien berbalik pada Lankshear, Lodell, Selinda, lalu berujar serius, "Beberapa kemajuan mengenai investigasi elf yang terkena dampak sudah ada. Makanya, aku punya kewajiban memberitahu kalian sesuatu."     

'Laporan investigasi hari pertama' yang ditulis Jurisian, Felipe, dan Heidi dikirimkan pada Lucien lewat pesan elektromagnetik. Jadi dia tahu akan kecurigaan mereka.     

"Apa itu?" Lankshear menjadi serius, tak seegois sebelumnya.     

Lucien menjelaskan singkat, "Ada tujuh iblis purba yang aneh, dinamakan berdasar kebencian, rasa sakit, dan perasaan lain, di peninggalan neraka terdalam. Selama perasaan itu tertahan sampai ke satu titik, lalu ritual yang tampak tak berbahaya menstimulasi mereka, membuat mereka percaya pada iblis purba di dalam hati masing-masing, benih iblis di hati semua orang akan bangun dan bertunas, membawa iblis purba yang disebutkan untuk memproyeksikan diri..."     

"... Penyihir yang datang bersama kami curiga kalau elf dirusak oleh iblis purba..."     

"Iblis purba..." Para elf punya koleksi lengkap mengenai buku klasik kuno. Sehingga, Malfurion langsung ingat kalau dongeng tersebut diceritakan oleh macam-macam bard setelah diingatkan Lucien.     

Dia sangat marah. Jika monster semacam itu ada, akan jadi lebih sulit dihadapi daripada semua Devil Duke dan Devil Count.     

Lodell, Selinda, dan Lankshear semua mengulang nama-nama iblis purba. Mereka tak pernah berpikir monster seperti itu ada!     

Lucien melanjutkan, "Saat aku memeriksa Kota Anonim barusan, aku menyadari kalau para petualang di kota merasa cemas, kesakitan, dan tak tenang setelah dikurung di sini dalam waktu lama dan terancam oleh iblis. Mereka sudah ada di titik batas. Kalau ini benar-benar berhubungan dengan iblis purba, suasana seperti itu bisa diambil keuntungannya dengan mudah. Kau harus memerhatikannya dan membebaskan mereka secepat mungkin."     

"Serahkan masalah rumit ini padaku," kata Atlant.     

...     

Besoknya, Lucien, Natasha, dan Malfurion memasuki Scarlet Plain lewat celah abyssal.     

Di Kota Anonim, Mason dan Fred baru bangun ketika dia mendengar teriakan di bawah. Seorang kesatria agung terluka parah oleh kesatria cahaya yang kehilangan kendali atas dirinya. Darah bercecer di tanah.     

Melihat cairan merah yang berkilau, Mason merasa matanya dipenuhi dengan warna itu. Urat di dahinya berdenyut, kemudian Mason merasa tak sanggup menahan lingkungan aneh dan membuatnya putus asa ini lebih lama lagi.     

"Tidak, kita tak bisa tinggal di sini lagi!"     

Dia buru-buru berdiri dan menerjang ke arah penjaga elf bersama Fred.     

Di Kediaman Alam, Jurisian, Felipe, dan investigator lainnya mencari Martha dengan diarahkan oleh Iristine.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.