Singgasana Magis Arcana

Kediaman Alam



Kediaman Alam

0"Baiklah, semuanya sudah berkumpul." Jurisian, pria berambut hitam dan bermata coklat, memeriksa nama dalam daftar.     

Mendengarnya, Arcelion tersenyum dan berbalik menghadap Lucien. "Tuan Evans, Tuan Forman, apa kita bisa pergi sekarang?"     

Dia terlalu cemas saat memikirkan pohon elvish yang terkontaminasi dan rekan-rekannya yang menjadi jahat untuk mengendalikan perasaan dan sikap.     

Lucien bermaksud menatap Atlant dan melihat sikapnya, tapi dia hanya melihat sepasang mata terpejam setelah menoleh. Dia langsung menggeleng tergelitik. Kekehan Natasha juga terdengar olehnya. Dia jelas menyadari kecanggungannya. Kebiasaan dan pengalaman sering membawa orang pada kesalahan.     

"Tuan Atlant, apa ada hal lain yang harus kau lakukan?" tanya Lucien.      

Atlant tersenyum ramah. "Tidak ada. Aku harusnya jadi asistenmu dalam investigasi."     

Merasa lega, Iristine baru akan bicara ketika kepalanya jadi pusing, dan semua warna di sekitarnya menghilang, meninggalkan kegelapan pekat. Kemudian, dia melihat alam semesta tanpa batas di mana bintang tidak bersinar, melainkan memancarkan warna-warna seperti elemen. Beberapa di antaranya berwarna silver, beberapa emas; beberapa hijau, dan beberapa merah terang...     

"Atomic Universe..." Nama itu seakan muncul di hatinya. Para penyihir tingkat menengah dan senior, selain Heidi dan semua murid Lucien, menyeloroh dengan suara pelan.     

Felipe sepucat biasanya. Alisnya mengernyit, seolah dia menahan rasa pusingnya yang disebabkan oleh space jump. Dia berdiri tegak sambil memasukkan kedua tangan di dalam saku, mengangkat kepalanya tinggi untuk mengamati planet elemen di sekitarnya dengan penuh minat. Tak ada yang tahu apa yang ada dalam pikirannya.     

Rasa mual Iristine belum hilang ketika dia melihat kalau planet-planet mendadak menambah kecepatan dan terhubung menjadi simbol aneh, meninggalkan lintasan misterius di belakang.     

Saat dia melihat simbolnya, matanya jadi buram lagi, sehingga dia tak bisa melihat pemandangan sekitar. Dia melihat ilusi aneh seolah sedang melakukan perjalanan di dalam lorong panjang yang gelap.     

Karena acuh, Iristine tak tahu sudah berapa lama waktu berlalu. Tapi cahaya mendadak bersinar di depan matanya, begitu menyilaukan hingga dia menyipitkan mata. Kepalanya sangat berat dan dia merasa akan muntah.     

"Kita sudah sampai di Hutan Stroop sekarang. Tolong pimpin kami ke Kediaman Alam." Suara merdu Lucien seolah melewati begitu banyak dunia sebelum sampai ke telinga Iristine.     

Kediaman Alam adalah pertahanan kuat milik elf. Tempat itu juga sebuah referensi untuk habitat para elf di dalam Hutan Stroop.     

Iristine menggeleng, mencoba menyingkirkan sensasi pusingnya. Tapi mendadak dia melihat wajah cantik dan bersemangat, di mana mata peraknya mengandung senyum samar. Ada buah seukuran jari di tangan wanita yang terbuka itu. Dia berujar dengan suara riang, "Chirga, buah spesial dari Holm, hanya tumbuh di sebelah Sungai Chirga dan bisa menghilangkan pusing karena teleportasi dengan cepat."     

Iristine mengambil buahnya dan memakannya. Merasakan rasa asam manis, dia langsung merasa segar. "Terima kasih, Yang Mulia."     

Sebagai diplomat, dia jelas tahu kalau wanita itu adalah ratu Holm dan juga istri Tuan Evans.     

Natasha tersenyum. "Sebenarnya kau akan merasa lebih baik setelah terbiasa. Space jump tak seburuk itu."     

Dia berbalik dan berjalan menghampiri Lucien, terkekeh lewat sambungan telepati yang sudah diatur. "Bahkan tuan putri elf juga lemah? Aku benar-benar yang spesial di antara para putri."     

"Kau tak tahu di level apa dia?" Lucien cukup puas karena istrinya tak terus bicara dengan Iristine.     

Natasha berujar gembira, "Aku datang ke Holm lewat Element Paradise saat aku masih kecil. Aku tak merasa selemah dia waktu itu."     

"Tentu saja, kau unik." Lucien mengakhiri pembicaraannya dengan pujian.     

Setelah menarik napas dalam, Iristine sudah pulih sepenuhnya dan melihat kalau penyihir Kongres Sihir semuanya sudah pulih satu per satu. Sehingga, dia berujar dengan senyum sopan dan indah, "Semuanya, silakan ikuti saya ke Kediaman Alam."     

Mereka meninggalkan tempat ini lewat kekuatan alami Malfurion, dan sensasi pusingnya tak terlalu parah. Tak semua legendaris punya demiplane. Kardinal saint tak punya, sebagian besar kesatria legendaris tak punya, druid juga sama. Hanya para penyihir legendaris dan para ahli yang menempati demiplane atau dimensi lain dengan kualitas spesial yang memilikinya, seperti Apsis dengan Skeleton Land dan Tiphotidis dengan Silent Hell.     

Tentu saja, bisa diterima jika demiplane mereka diberikan oleh Lord of Hell atau Will of Abyss. Kekuatan mereka akan meningkat setengah level jika bertarung di area itu.     

"Inikah space jump berdasar demiplane?" Arcelion ada di belakang adiknya. Dia merasa pusing sesaat sebelum Hutan Stroop yang familiar muncul lagi di depan matanya.     

Hawa panas bulan Juni tak bisa dirasakan sama sekali di dalam Hutan Stroop. Anginnya melewati dedaunan dengan aroma kesejukan hutan yang unik, membawa serta nyanyian burung yang merdu pada mereka.     

Alferris, yang ukuran tubuhnya sudah dikecilkan, berjalan di depan tim seperti anjing. Dia mengamati lingkungannya dengan cermat, bahkan Jurian, sebagai penyihir petarung, merasa malu. Naga itu terlalu teliti!     

"Alferris, kau cari apa?" Heidi cukup dekat dengan peliharaan imut itu.     

Alferris mendambakan hutan tersebut seperti seorang detektif, membuat semua makhluk dalam radius ribuan meter ketakutan karena aura naga miliknya. Tapi dia menjawab riang dan hati-hati, "Aku ingat kalau penyihir pernah menemukan tambang batu permata di hutan ini!"     

"Tapi jelas tidak di sini..." Katrina mau tak mau mengingatkannya akan geografi alam.     

Alferris tak merasa frustrasi sama sekali. "Di sini ada banyak pemberian alam di tempat elf tinggal!"     

Itulah alasan terbesar kenapa dia memohon pada Lucien agar boleh ikut. Setelah memikirkan kalau elf tak membenci naga meski beberapa dari mereka bias terhadap manusia, Lucien akhirnya menyetujui rengekan Alferris.     

Iristine menatap anak kecil dengan sisik kristal samar di tubuhnya. Dia tak terkejut dengan sifat naganya, namun mau tak mau menggeleng pada pakaian mahal si naga.     

Cakar depan naga itu ada cincin berkilauan dan juga beberapa medali, termasuk Medali Silver Moon yang mewakilkan penghargaan tertinggi, tergantung di dadanya. Juga ada benda yang dia pinjam dari Lucien. Karena dia harus mengembalikannya pada seseorang, Alferris selalu memakainya dan memanfaatkan setiap detik untuk 'mendekatkan diri' dengan mereka, bertingkah seolah mereka tak bisa dipisahkan. Normalnya, gestur itu semuanya untuk dilihat Lucien.     

Tujuan Lucien di space jump tak jauh dari Kediaman Alam. Dengan dipimpin oleh dua elf, Delegasi Kongres Sihir dan Kerajaan Holm pun melihat tempat yang diliputi kabut. Di dalam kabut, semua pohon menjulang tinggi dengan riang. Di bawah bimbingan kekuatan sihir, cabang mereka seperti gubuk di udara. Danau di tengah semulus permata. Bunga dan buah di sekitar terlihat aneh dan warna-warni. Tempat itu adalah tempat tinggal dan juga alam!     

"Cantik sekali..." Heidi, Katrina, dan gadis lain memuji keindahan alamnya. Bahkan penyihir muram seperti Felipe merasa batinnya dibersihkan dan disegarkan setelah melihat Kediaman Alam yang seolah ada dalam dongeng.     

Saat itu, Malfurion, seorang elf tua dengan kulit hijau tua, berjalan keluar dari kabut sambil membawa tongkat kayu polos di tangannya, diikuti oleh banyak elf dengan warna kulit dan rambut yang bervariasi.     

"Selamat datang, tamu yang terhormat." Malfurion menyapa mewakili Elvish Court. "Maafkan aku karena kurang sopan, tapi semua elf kesakitan karena kerusakan yang dialami oleh Pohon Elvish. Evans, Forman, dan Natasha, tolong ikut ke tengah danau bersamaku."     

"Itulah tujuan kami." Lucien menghargai pentingnya pohon elvish bagi para elf, dan dia berpikir apakah dia bisa mendapatkan buah berharga dari sana. Dengan begitu, dia akan bisa melakukan ritual legendaris pemanjang umur untuk dirinya dan Natasha, bersama dengan Fountain of Youth.     

Sementara itu, Lucien menyuruh Jurisian, Sprint, Heidi, dan penyihir lain. "Berjalan-jalanlah dan bicara dengan para elf. Cari tahu detail insidennya, khususnya tanda-tanda dari elf yang berubah jahat sebelum berubah."     

"Siap, Yang Mulia." Jurisian selalu serius dalam misi. Humornya yang biasa tak bisa ditemukan dimanapun.     

Sehingga, ketiga sosok legendaris terbang menuju Istana Kerajaan Elf di tengah danau dengan dipimpin oleh Malfurion, seorang Elf Kegelapan. Pohon elvish ada di poros istana.     

Di tengah jalan, Lucien dan Natasha sudah melihat pohon raksasa yang panjang diameternya, dari ujung ke ujung Istana Nekso. Mahkota pohonnya sangat tinggi sampai ke awan, sehingga mereka nyaris tak bisa melihatnya. Warna kulit pohonnya coklat dan hijau yang aneh, menyala terang-redup seolah hidup.     

Pohon elvish memancarkan sensasi sangat luar biasa. Jelas ia terletak di tempat ini, tapi seolah ada di dunia lain. Lucien tak merasa aneh dengan sensasi itu, karena Tungku Arwah lebih tak berwujud daripada itu.     

"Memang terkena polusi..." Mata Natasha lebih tajam daripada Lucien yang tak melakukan sihir. Dia melihat beberapa titik hitam pekat di batangnya, yang mana merusak kulit pohon di sekitar dan menyebar perlahan.     

Saat itu, sebuah bayangan melesat keluar dari rumah yang terbentuk secara alami di pohon elvish. Bayangan itu memiliki rambut hitam, kulit perak, dan merupakan elf tinggi dengan telinga lancip. Di punggungnya ada busur panah.     

"Ini Lankshear, Vengeful Hunter, ketua pengawal kami." Malfurion mengenalkannya pada Lucien, Natasha, dan Atlant.     

Elf level tiga lainnya ... Lucien mengangguk. Elf pria yang punya banyak tato misterius di lehernya adalah sosok legendaris yang besar dengan bakal elfnya sendiri, bukan seorang druid.     

"Ini adalah Lucien 'Atom Controller' Evans, yang ini istrinya, Natasha 'Sword of Adjudication' Orvarit, dan ini adalah Atlant 'Eye of Curse' Forman. Aku yakin kau familiar dengan mereka." Malfurion bicara pada Lankshear. Kemudian dia mengernyit. "Di mana Ferragond?"     

Lankshear selalu dipandang sebagai prajurit biasa oleh orang-orang, tapi kulitnya halus dan nyaris tak ada otot gempal. Dia mendengus. "Ferragond tak mau menyambut tamu. Kau tahu dia adalah pemimpin Kebencian Alam."     

Tampaknya dia bukan teman baik Ferragond, dan dia sengaja mengatakan alasannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.