Singgasana Magis Arcana

Lewat



Lewat

0Oliver, sebagai 'petarung' yang sudah melewati bahaya mengancam nyawa berkali-kali, tak terlalu panik untuk bergerak disaat genting. Dia mundur ke samping tanpa sadar dan mengayunkan pedang pendeknya, mencoba mencari cara kabur.     

Namun dia jauh lebih lemah daripada Kater Grigra, yang punya keuntungan dari panjang pedang lalu menebas tanpa henti, membuat Oliver kesulitan mendekat. Dia tak bisa menggunakan pedang pendeknya dengan baik dan tak bisa melawan serangan dengan mengangkat pedang.     

Klang, klang, klang. Setelah beberapa suara nyaring terdengar, pedang pendeknya jatuh ke tanah, lalu tangan kanan Oliver berdarah.     

Sambil menyeringai mengerikan, Grigra melangkah maju dan menebas secara horizontal, semakin mengurangi pergerakan Oliver.     

Setelah beberapa saat, Oliver menyadari dia terpojok. Dia harus berhadapan dengan pedang kemanapun dia bergerak.     

Apa aku akan mati?     

Ketika pedang panjang nyaris mengenainya, kepala Oliver pusing, kemudian sesuatu seolah meledak di dalam tubuhnya, membuat mata Oliver merah. Dia tanpa sadar menggenggam satu-satunya benda di tangannya dan menggunakannya menahan pedang panjang.     

Bruk. Oliver pun melangkah mundur lagi. Dia terperangkap oleh dinding yang dingin. Bahkan semakin banyak darah mengalir dari jari-jarinya, membuat tongkat birunya jadi merah.     

"Hehe!" Grigra tak peduli. Oliver tak bisa mengalahkannya saat dia punya pedang pendek, apalagi hanya punya tongkat aneh.     

Satu-satunya hal yang membuatnya bimbang adalah tongkat pendek tersebut terlihat berharga, lalu hatinya akan sakit jika tongkatnya rusak.     

Namun, dia memikirkan banyak permata dan kemungkinan item sihir di sana, lalu kebimbangannya menghilang. Ada sangat banyak barang berharga. Dia tak akan terlalu rugi hanya kehilangan satu tongkat, selama dia bisa membunuh Oliver tepat waktu dan menutup pintu masuk agar tak ada orang lain yang merebutkan harta ini dengannya!     

Setelah mengambil keputusan, dia memelankan laju pedangnya, membuang tongkat Oliver, lalu menusuk dadanya.     

Sambil melihat ujung pedang yang berkilau, Oliver merasa seluruh dunia memelan, sementara pedang itu mendekati dadanya seperti siput. Namun, hanya benaknya yang berjalan cepat. Tubuhnya 'sepelan' pedang Grigra. Dia hanya bisa melihat pedang itu menembusnya tanpa bisa melakukan apapun.     

Apa aku akan mati?     

Aku tak mau mati!     

Hanya beberapa saat, Oliver terjebak dalam keadaan kosong yang aneh. Lalu, sebuah benang seolah putus di kepalanya. Dia pun merasa sesuatu menguar meluap-luap dari jiwanya menuju tongkat biru di tangan.     

Krak. Dengan suara 'krak' aneh dari tongkat, Oliver merasa dia sudah membuka sebuah pintu, kemudian seluruh tubuhnya diselimuti oleh lautan percikan listrik.     

Krak! Krak! Krak!     

Percikan listrik yang muncul dari tongkatnya mengenai bagian fatal Grigra tanpa halangan.     

Wajah dan dada Grigra langsung menghitam. Pedang panjangnya mengenai tubuh Oliver, tapi ternyata hanya meninggalkan luka kecil.     

Bagaimana aku bisa mati … Kaget dan bingung, dia melihat pada tongkat pendek di depannya yang masih bersinar, sebelum akhirnya tumbang.     

Dia sudah memastikan sejak lama kalau Oliver bukan penyihir murid, jadi dia tak bisa menggunakan tongkat tersebut bahkan jika itu adalah item spesial!     

Bagaimana bisa terjadi? Grigra mati dengan mata terbuka lebar yang memancarkan penyesalan.     

Sambil memegang tongkat dengan dua tangan, Oliver terengah-engah, punggungnya menekuk seperti udang. Dia sangat pusing sampai nyaris menabrak tembok.     

Setelah cukup lama, dia akhirnya kembali normal. Dia perlahan mendongak. Ada darah di mata, lubang hidung, dan sudut bibir.     

"Apa kekuatan spiritual saat aku menjadi level murid mengaktifkan tongkatnya?" pikirnya bingung. "Tapi bukankah tongkat ini harusnya punya tanda inti? Apa sudah dihapus?"     

Dia menggeleng dan menatap Grigra, lalu memegang erat tongkatnya. Kapten menakutkan yang selalu membuatnya takut kini tergeletak tak bernyawa. Wajahnya gelap dan matanya membelalak. Dia jelas terlihat mati.     

Tak sepenuhnya yakin, Oliver berjongkok dan memeriksa tubuh Grigra dengan hati-hati. Setelah memastikan, dia menatap tongkat dengan bingung dan juga senang.     

"Inikah kekuatan sihir?"     

Lalu dia cepat-cepat menenangkan diri. Dia menutup pintu masuknya dan menemukan pintu keluar rahasia lain. Dia lantas meletakkan buku, item, dan permata ke dalam kantong sihir yang ditinggalkan oleh penyihir, kemudian keluar.     

Bukan karena dia tak ingin tinggal di sana dan meningkatkan kekuatan dulu, tapi karena tak ada makanan di sini. Dia akan kelaparan dalam dua hari. Sementara hewan liar, 90% dari mereka lebih kuat darinya, kecuali mereka lebih senang saling menyerang.     

…     

Dua hari kemudian, Fernando datang dan mencari Hysterical Dace, sebuah organisasi yang mengungsi ke tempat ini. Sejauh yang dia tahu, meski Eye of Curse terus bersembunyi akhir-akhir ini, dia belum mengakui kegagalannya, melainkan memunculkan banyak organisasi kecil untuk mengganti rugi akibat insiden sebelumnya.     

Jika bukan karena itu, Fernando tak akan tahu kemana dia harus pergi.     

Normalnya, dia tak tahu lokasi spesifik dari Hysterical Dance. Dengan mencapai area dan melewati ujian dari penyihir, barulah dia boleh masuk.     

"Huh, beberapa jebakan sihir diaktifkan di sini." Fernando bergerak dengan hati-hati di atas tanah, alih-alih terbang di langit karena kegilaan penjaga malam akhir-akhir ini. Dengan kekuatan spiritualnya, dia mendadak menemukan sebuah jebakan yang jelas dengan sedikit penyamaran, menunjukkan jebakannya dipasang oleh pemula.     

"Ini peninggalan penyihir?" Fernando langsung merasa lebih baik. Bukan karena dia serakah, namun karena Kongres Sihir baru saja didirikan, sehingga kekurangan material dan uang. Union of Sorcerers mengalami kerugian besar saat insiden di Cocus. Dua wakil presiden yang tak terbunuh mengumpulkan properti organisasi dan kabur, tak meninggalkan apapun selain Kota Langit yang masih berupa puing-puing pada Douglas dan Fernando. Jika bukan karena sponsor dari Hathaway, kunjungan Fernando pada organisasi lain pasti sangat memalukan.     

Jadi, dia berhenti dan merapal mantra untuk memeriksa sekitar. Setelah memastikan dirinya aman, dia mulai mencoba memecahkan jebakan sihirnya.     

Sekitar setengah jam, setelah berhasil memecahkan jebakan, sebuah bukit pun runtuh dan menampakkan gerbang.     

Setelah memeriksa, Fernando terbang sesemangat api. Namun ternyata kebanyakan permata, material, dan item sudah hilang.     

"Aku terlambat satu langkah. Kalau akau bertemu dengan pemula itu, aku bisa menipu—yah, memasukkannya ke dalam Kongres," komentar Fernando menyesal.     

Berdasarkan buku sihir yang sudah diambil dan bekas pertarungan, dia menyimpulkan kalau penyihir tingkat murid lah yang mengambil harta di sana lewat ramalan.     

…     

Rerumputan dan pepohonan berkembang biak di lembah, ditutupi oleh kabut samar.     

Sambil memegang buku tebal bersampul hitam, Erica membacanya kagum dan sesekali menghitung.     

"Jadi kita ada di sebuah planet…"     

"Apa gravitasi adalah esensi kekuatan bumi?"     

"Apakah Elemen Tanah adalah sumber gravitasi?"     

"Planet bekerja dengan cara seperti itu…"     

"Pantas kita akan mendarat lagi setelah melompat…"     

Bisikan komentar dan diskusi terdengar di sekitar Erica. Para penyihir membicarakan tentang Prinsip Matematika dari Filosofi Sihir dengan semangat atau bingung.     

Buku itu mengusik pemahaman mereka mengenai dunia, membuat mereka merasa tak pernah benar-benar mengetahuinya.     

Jika karena buku tersebut sangat kreatif, dunia kognitif banyak orang pasti sudah hancur atau membeku. Namun meski demikian, mereka masih tercerahkan saat membacanya.     

Apakah dunia seperti ini?     

Dunia seperti ini!     

Mereka mendongak dan menatap bintang-bintang di balik kabut, seolah melihat jalur bintang yang misterius. Segalanya di bawah kendali!     

Erica membaca selama beberapa saat, sebelum akhirnya meletakkan buku dan mengusap kepalanya seolah sedang lelah. Terlalu memusingkan membaca bukunya, apalagi saat seseorang tak punya cukup pengetahuan!     

Douglas pernah mengajarinya kalkulus sebelum ini, tapi hanya ditujukan untuk membuat fondasi, sementara banyak detil masih samar. Jadi dia sangat kesulitan mempelajari buku Prinsip Matematika dari Filosofi Sihir. Dia ingin menulis surat pada Douglas, namun Douglas tak bisa dihubungi.     

Melihat Erica mengusap kepala, para penyihir di sekitar menghampirinya seperti kelinci dan mendesaknya.     

"Erica, waktunya mengajari kami kalkulus!"     

"Menurutmu bagaimana pertanyaan ini diselesaikan?"     

"Haruskah model sihir ini dihitung oleh kalkulus?"     

Pertanyaan mereka menyerang telinga Erica seperti lalat, membuatnya semakin kesal.     

Namun saat dia melihat semangat di wajah mereka, hatinya melunak lagi. Erica bisa belajar dari buku sendiri dengan pengetahuan dasar kalkulus, tapi mereka tak tahu apa-apa soal kalkulus dan hanya bisa membaca isi yang berkaitan dengan gravitasi.     

Sementara itu, Erica merasa bangga. Banyak dari mereka adalah penyihir tingkat senior yang lebih kuat darinya, tapi mereka harus meminta diajari. Bahkan Tuan Atlant bertanya padanya mengenai kalkulus beberapa saat lalu. Kalkulus benar-benar terobosan pengubah paradigma dalam matematika!     

Erica melihat sekitar dan mendadak merasa sangat senang. Setelah jatuhnya Aalto, rekan-rekannya kaku dan putus asa seperti makhluk undead. Tapi Prinsip Matematika dari Filosofi Sihir seperti mercusuar yang menghilangkan kegelapan serta keputusasaan, memberikan harapan. Bukan karena sihir tidak kuat, tapi karena kita belum berbuat cukup! Pemahaman kita terhadap dunia ini terlalu dangkal!     

Saat ada harapan, keberhasilan sihir tak akan berhenti.     

Bibir Erica melengkung dan, sambil merasa kesal namun senang, dia mulai mengajari teman-temannya kalkulus.     

Kali ini, seorang penyihir terbang dan bertanya pada archmage di kerumunan, "Tuan Wakil Presiden, seorang penyihir tingkat senior bernama Fernando meminta bertemu denganmu di kabin. Dia sudah lolos ujian. Kau mau menemuinya?"     

Sebelum wakil presiden membalas, Erica mendadak berdiri. "Tuan Fernando? Dia sangat pandai dalam kalkulus!"     

Itu kata Tuan Douglas!     

Kebanyakan penyihir tak tahu Douglas sudah menjadi penyihir legendaris.     

"Apa? Dia sangat pandai dalam kalkulus?" Tepat ketika Erica selesai bicara, penyihir di lembah langsung bergegas keluar dan menghilang, menyisakan penyihir yang mengirim pesan, serta Erica yang tercengang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.