Singgasana Magis Arcana

Harta Karun



Harta Karun

0Di lahan terbengkalai yang penuh semak-semak, ada tulang-belulang di mana-mana.     

Sekelompok pedagang yang melakukan perjalanan sedang melewati area berbahaya ini di bawah lindungan 12 tentara bayaran. Tujuan mereka adalah Kerajaan Brianne.     

Lahannya ada di perbatasan antara Holm dan Brianne, serta diapit oleh pegunungan besar di mana macam-macam makhluk sihir hidup. Apalagi, ada rumor kalau area itu dulu merupakan daerah yang pernah dikuasai Viken, sang King of Calamities dan Jenderal Gubernur Holm Agung. Dia berbeda dari semua jenderal gubernur yang sebelumnya. Alih-alih hanya fokus menjaga Rentato, Viken juga melakukan banyak eksperimennya di sini, di dekat perbatasan. Sehingga, di lahan ada banyak makhluk aneh, dan mereka diyakini sebagai hasil eksperimen Viken.     

Setelah Viken menghilang, tak ada yang pernah menemukan jalan masuk ke demiplane-nya yang terletak di lahan terbengkalai ini. Tak ada yang tahu kenapa dia menghilang, juga tak ada yang menemukan benda sihir milik Viken yang tertinggal.     

Banyak penyihir sangat menyayangkan. Seorang penyihir yang mendekati tingkat legendaris papan atas dan master yang mempelajari garis darah pasti punya banyak harta dan pengetahuan besar di demiplane-nya. Tapi semuanya hilang dalam sungai waktu.     

"Cerita serupa tak ada habisnya. Beberapa bahkan mencoba mencari harta Viken di sini sampai sekarang," kata wakil ketua tentara bayaran yang bernama Hassan, dengan perasaan campur aduk. "Mereka pasti berpikir menggunakan pantat. Bahkan jika mereka diberkahi oleh Dewi Keberuntungan dan menemukan pintu masuknya, apa mereka bisa mendapatkan harta di demiplane-nya?"     

"Viken dipanggil King of Calamities, dia juga master dalam mempelajari garis darah dan mengubah tubuh. Aku bertaruh satu tas alkohol kalau di demiplane dan menara sihirnya ada monster yang mendekati tingkat legendaris. Hmm, mungkin orang-orang sudah menemukan demiplane-nya, tapi mereka semua menjadi makanan monster," lanjut Hassan.     

Salah satu anak buahnya adalah pemuda remaja yang terlihat pendiam dan pintar. Mendengar kalimat wakil ketua, ekspresi di wajahnya agak berubah, lalu dia memaksa tersenyum. "Mereka jadi buta karena serakah. Harta melahap pengetahuan mereka."     

"Oliver, kau memang seorang bard. Kau selalu mengatakan hal yang menarik." Hassan menepuk bahu remaja tersebut.     

Hassan sudah mengenal pemuda itu selama tiga atau empat bulan. Hassan pun merasa Oliver adalah anak buah yang baik karena dia tahu cara bicara yang pantas serta cara melakukan hal dengan benar, kecuali dia senang bermain dengan perempuan. Tapi sebenarnya semua lelaki yang memilih menjadi tentara bayaran senang bermain dengan wanita, makanya bukan masalah besar.     

Kali ini, pemimpin, Grigra, berkata sinis, "Jangan bicarakan ini di sebelah tim bisnis lagi. Penjaga malam mungkin bisa mendengarmu."     

"Kami hanya menceritakan dongeng!" kata Hassan tak senang. Apa hubungannya ini dengan penjaga malam?!     

Grigra mendengus. "Aku dengar dari bangsawan dalam tim kalau para penjaga malam bertindak gila akhir-akhir ini. Mereka membakar beberapa tentara bayaran karena membahas para penyihir legendaris. Penjaga malam yakin mereka adalah iblis."     

"Sungguh?!" Hassan cukup kaget, begitu juga Oliver, yang tenggelam dalam pikirannya sendiri. Mereka tahu kalau penjaga malam sinting, tapi dia tak menyangka mereka bisa sejauh itu.     

"Kau bisa coba kalau mau," kata Grigra santai. Kemudian dia melirik pada Oliver. Dia masih sangat waspada pada anggota barunya. Insting Grigra mengatakan kalau pemuda tersebut menyembunyikan sesuatu dari mereka. Mungkin dia adalah kriminal yang kabur. Jika dia merasakan kekuatan spiritual dari anak itu, mungkin dia sudah mengirimnya ke inkuisisi.     

Oliver tahu kalau pemimpin mencurigainya. Dia menunduk dan memutuskan meninggalkan kelompok sebelum perjalanan berakhir.     

Sejak dia kabur dari Rentato, hidupnya penuh bahaya dan rasa cemas. Meski dia sudah membunuh seseorang, dia bukan penyihir. Sehingga, penjaga malam tak mengejarnya. Tapi tentara bayaran, petualang, dan sherif masih membuat hidupnya penuh risiko, sementara dia harus berjuang sendirian.     

Untungnya dia sangat berpengalaman dan sudah mempelajari beberapa skil bertarung. Kepintaran dan macam-macam bubuk aneh yang dia bawa membantunya sampai ke perbatasan Kerajaan Holm, sementara kini dia memutuskan memulai hidupnya dari awal. Kematian Goldson bukan hal besar, sehingga dia tak akan dimasukkan daftar pencarian di seluruh negara. Saat dia tiba di daerah terpencil, dia akan aman.     

Apa yang dia pelajari dari pengalamannya adalah seseorang hanya bisa menunggu kematiannya jika tak punya kekuatan. Sehingga, dia mulai mencoba bermeditasi setelah membuang imannya pada God of Truth!     

Namun sampai sekarang, dia belum masuk ke lingkungan meditasi yang disebutkan.     

Oliver tak kecewa. Berdasarkan tongkat biru pendek, bahkan orang berbakat butuh enam bulan sampai dua tahun untuk menguasai jiwanya dan masuk ke keadaan kosong. Dia baru mulai empat bulan lalu.     

Tapi kenapa ada tanah, api, angin, dan air sebagai elemen paling dasar? Bagaimana mereka membentuk begitu banyak hal? Oliver, seorang pemuda yang tertarik dengan opera, tak bisa mengendalikan imajinasinya dan terus berpikir sendiri.     

Setelah berjalan beberapa saat, Grigra melihat sekitar dan menyuruh mereka memasang tenda. Oliver ada di antara orang-orang yang bertugas jaga malam ini.     

Saat ini pertengah musim panas, tapi di lahan sana masih dingin.     

Duduk di samping api, Oliver terlihat berpikir. Dia melihat bintang di langit dan berpikir dalam hati kalau dia sudah sangat dekat dengan harta karun!     

Dia sudah melihat batu merah aneh yang terlihat bagai iblis di tanah.     

Dia datang jauh-jauh kemari karena sebuah alasan!     

Apa yang dikatakan Hassan barusan membuatnya takut, karena dia pikir tempat yang dia cari ternyata pintu masuk demiplane Viken. Tapi dia tahu perbedaan antara legendaris dan realita, sementara dia yakin sedang mencari harta yang ditinggalkan penyihir lain, yang mungkin sudah tinggal di sini untuk mencari demiplane Viken.     

Malam sudah larut, sementara angin semakin dingin. Dua tentara yang keluar untuk patroli sudah kembali.     

"Giliranmu." Mereka menendang Oliver.     

Mereka mengulurkan tangan ke api unggun dan mulai menikmati hangatnya.     

Oliver menggenggam pedang pendek di tangannya dan nyengir pada pria yang berpatroli dengannya. "Aku ke sini, oke?"     

"Apa bedanya…" gumam si pria. Kemudian dia berjalan ke sisi lain.     

Setelah berjalan ke sudut terpencil, senyum di wajah Oliver mendadak menghilang. Sambil mencengkeram pedang di tangan, dia meninggalkan kemah dan berjalan menuju batu aneh.     

Dia hanya punya 10 menit untuk berpatroli di area ini. Dia harus menemukan tempat harta disembunyikan dalam 10 menit. Oliver sangat waspada, sehingga benaknya sangat jernih.     

Tiga menit kemudian, dia sudah tiba di batu aneh tanpa menarik perhatian siapapun, lalu kini mencoba menemukan sesuatu di celah antara batu dan tanah.     

Satu menit kemudian, Oliver tak menemukan apapun. Satu menit lain sudah terlewati, tapi tetap tak ada apapun. Ada keringat tipis di dahi Oliver. Tapi dia tetap tenang.     

Mendadak, wajahnya terlihat kaget. Dia mempercepat galiannya dan memasukkan tongkat biru ke sana.     

Dengan suara renyah, tongkat birunya menabrak gir logam. Kemudian cahaya biru menyala dari celah, mewarnai rerumputan di sekitar menjadi biru.     

Dalam diam, sebuah goa tampak di tanah di belakang batu aneh. Jalannya turun ke dalam goa yang dihias dengan batu abu-abu.     

Oliver mengeluarkan tongkatnya dan buru-buru berjalan masuk. Dia berjalan lebih cepat dan pada akhirnya mulai berlari secepat mungkin. Berdasar huruf di tongkat, ada sebuah gir di dalam untuk menutup pintu masuk. Dia harus menemukannya dan menutup pintu masuk sebelum para tentara menemukannya.     

Suara langkahnya menggema di koridor. Akhirnya Oliver melihat aula bundar di depannya.     

Aulanya terbagi menjadi beberapa ruangan batu, sementara semua pintunya terbuka lebar. Apa yang ada di setiap ruangan terlihat jelas. Rak buku dan macam-macam batu permata.     

Oliver tercengang sesaat karena harta itu!     

Jelas, tempat ini adalah gudang harta. Oliver bahkan tak tahu harus melihat kemana: Wave Stone, Sun Stone, Ice Crystal…     

Oliver sudah melihat permata itu dipakai oleh wanita bangsawan. Dia paham semahal apa batunya.     

"Haha. Aku kaya!" tanya suara serak di belakang Oliver.     

Oliver kaget. Dia berbalik dan melihat ketua timnya, Grigra, yang berjalan menghampirinya dengan ekspresi rakus serta semangat.     

Ada pedang panjang di tangannya.     

Oliver tak tahu harus melakukan apa.     

Grigra tertawa. "Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu. Aku ingin mengeluarkanmu begitu misi selesai. Tapi aku tak tahu kau menyembunyikan sesuatu sehebat ini! Terima kasih sudah memberikan begitu banyak permata padaku!"     

Dia membuat salib di dadanya dan berkata, "Terima kasih, Tuhan, telah membawamu padaku, dan membimbingku menuju harta ini. Untuk ucapan terima kasihku, kubiarkan kau mati di sini!"     

Sambil menggenggam pedang pendek dan stik sihir, Oliver sangat ketakutan sampai mundur beberapa langkah. Menghadapi pemimpin tim yang hampir naik ke level kesatria, Oliver tak percaya diri.     

Grigra tak mau membuang waktu. Tanpa ragu, dia menerjang ke arah Oliver dan mengangkat pedangnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.