Singgasana Magis Arcana

Aku akan Kembali Suatu Hari Nanti



Aku akan Kembali Suatu Hari Nanti

0Tanaman-tanaman aneh terlihat berantakan di rawa. Beberapa pohon, selain dedaunannya yang menutupi langit, punya 'kaki' seperti manusia, namun diselimuti oleh sulur merah yang masuk ke dalam tanah serta lumpur. Tanaman itu membuat rawanya terlihat mengerikan dan berbahaya.     

Vicente sedang bersembunyi di balik batu besar setinggi separuh badannya. Sementara tanah di bawah kakinya cukup padat dan kering, yang mana langka di rawa-rawa, aroma busuk yang masuk ke hidungnya membuat dia pusing.     

Kali ini, Vicente duduk di tanah, menatap sesuatu di depannya dengan ketakutan. Pada lumpur hitam, ada seekor piton sebesar ember sedang melata ke arahnya. Matanya memancarkan cahaya hijau aneh bagaikan dua lilin. Sementara hawa yang dimiliki piton itu mengusir semua makhluk di rawa.     

Vicente bukan orang pengecut. Dia menangani mayat sepanjang waktu, sehingga menempa keberaniannya. Namun, menghadapi piton, dia tak bisa bergerak karena ketakutan. Dia bukan pengawal kesatria maupun penyihir murid. Dia tak bisa melakukan apapun untuk melindungi diri.     

Kakinya lemas, tubuhnya gemetaran, giginya bergemeletuk. Vicente mencoba berdiri tapi tak bisa mengeluarkan kekuatannya. Dia tak bisa melakukan apapun selain melihat piton itu menghampirinya perlahan.     

Dia tak pernah menghabiskan waktu selama ini di rawa. Dulu, dia hanya mengikuti jalur yang dia kenal. Begitu dia menemukan tanaman spesial yang dibutuhkan, dia akan langsung kembali. Tapi kali ini, dia sudah menghabiskan lima hari di sini, sementara kebanyakan buah yang dia ambil selama perjalanan sudah dimakan habis. Kini dia bertemu salah satu makhluk paling berbahaya di rawa.     

Piton tersebut terlihat santai. Ia tak buru-buru menikmati makan siangnya. Seiring ia semakin dekat dengan Vicente, Vicente bisa mencium aroma busuk dari mulutnya dan melihat sisik aneh membentuk pola aneh.     

Ketika Vicente sudah putus asa, piton hitam itu mendadak mengangkat tubuh bagian atasnya dari tanah dan menatap tanah berlumpur di balik batu dengan mata besarnya. Lidah merah pekatnya yang menjulur keluar juga dilapisi cahaya hijau.     

Setelah beberapa saat, piton hitamnya mendadak berbalik dan buru-buru pergi!     

Vicente tak tahu apa yang terjadi. Dia tak melakukan apapun!     

Akhirnya, Vicente punya penjelasan masuk akal: DIa mengubur buku sihir dan tangan pucat di belakang batu besar. Apa itu menakutkan monsternya?     

Tapi mereka sudah dikubur di tanah!     

Perlahan, dia punya dugaan lain: Mungkin piton hitamnya bisa merasakan sesuatu yang tak bisa dia rasakan. Mungkin si piton merasakan hawa kematian!     

Mungkin di mata piton itu, ada neraka di balik batu!     

Setelah pulih dari rasa takutnya, Vicente memaksa diri meninggalkan buku sihir dan tangan yang sudah dikubur, kemudian pergi ke pinggir rawa.     

Setengah hari kemudian, dia mendekati pinggir rawa dengan sangat hati-hati. Tapi dia tak melihat tanda apapun di sana.     

Vicente cukup sedih. Dia menduga kalau masalahnya cukup besar, bahkan baron kesulitan menanganinya. Biar bagaimanapun, sebelum dia punya pencapaian, memperlakukan mayat dengan buruk dianggap sebagai tindakan sangat jahat. Bahkan orang biasa yang melakukannya bisa digantung di tiang pembakaran.     

Dia menghela napas dan memutuskan menunggu lima hari lagi. Dalam perjalanannya kembali, dia mencoba mengumpulkan lebih banyak makanan.     

…     

"Shirley meninggal?!" Mata Baron Brenzell membelalak. Dia merasa dia mengalami mimpi buruk tak nyata.     

Penjaga malam itu punya dua mata besar dan dahi lebar, begitu pula gigi tajam. Saat dia tak bicara, dia terlihat jujur. Namun begitu dia menyeringai atau bicara, gigi tajamnya terlihat, membuatnya terlihat mengerikan. Di mata baron, dia terlihat mirip dengan iblis.     

Crazy Hound membuat salib. "Ya, untuk menyimpan rahasia penyihir jahat, dia meninggal karena kekuatan suci."     

"Kalian gila! Kalian semua! Beraninya kalian menyiksanya!" teriak istri baron.     

Baron memahami petunjuk terakhir dari alasan yang diberikan penjaga malam, kemudian menatap mereka. "Jadi, jadi katamu … Shirley tak mengatakan apapun! Sebelum dia meninggal, dia masih menjadi umat tak bersalah! Kalian tak punya bukti sama sekali!"     

Api kemarahan dan rasa sakit membakar isi perutnya. Jika perlu, baron akan menghantamkan kepalanya ke gerbang Cocus sampai mati untuk memberitahu grand duke dan bangsawan lain kalau para penjaga malam sudah gila dan harus diusir!     

Crazy Hound membuat salib di dadanya lagi. "Tuhan memberitahu kami kalau hanya kekuatan jahat yang bisa membuat dia menahan hukuman berat dan tak mau mengakui apapun. Juga karena kekuatan jahatlah yang membuat dia meninggal sebelum nyaris mengaku. Sehingga, jelas, anak perempuanmu dipancing oleh iblis dan punya hubungan dengan penyihir."     

"Gila … Kalian semua … Gila…" Mendengar kalimat konyol tersebut, baron merasa seluruh dunia jadi tak nyata. Dia terus bergumam.     

Crazy Hound menyeringai. "Jadi berdasar masalah ini, masuk akal jika kami curiga keluargamu juga ada hubungannya dengan penyihir, karena kalian berdua sudah setuju menikahkan putrimu dengan penyihir jahat. Ayo ikut kami ke inkuisisi. Ini adalah kehendak tuhan serta perintah dari kardinal."     

Dunia baron dan istrinya hancur. Satu-satunya putri mereka meninggal dan mereka masih kesulitan menerima beritanya. Namun penjaga malam sinting itu sudah mencengkeram mereka.     

Para penjaga malam menyerbu secara bergerombol dan menangkap baron serta istrinya.     

"Lepaskan kami! Kami bangsawan!"     

"Kami bangsawan!"     

…     

Di rumah di kota, Andrew dan dua temannya sangat kaget mendengar hasilnya.     

"Bagaimana mungkin? Shirley … Shirley meninggal?"     

"Mereka menangkap baron dan istrinya tanpa bukti?"     

"Mereka bisa memperlakukan kita seperti itu di masa depan…"     

Wajah mereka terlihat sangat pucat dan terus gemetar. Tuduhan palsu mereka telah menciptakan monster yang lebih mengerikan daripada setan, bernama Penjaga Malam!     

…     

"Tak mungkin mereka dekat dengan putrinya." Penginterogasi berjalan keluar dari ruangan sambil tersenyum dingin.     

"Dapat sesuatu?" tanya Crazy Hound.     

Penginterogasi itu mengangguk. "Beberapa tahun lalu, saat perang di Aalto mencapai jalan buntu, mereka diam-diam menghubungi penyihir. Mereka memutus hubungan kemudian setelah Yang Mulia Paus membunuh Liege of Death."     

"Bagus. Ini telah membuktikan kalau cara kita berhasil. Mereka bersembunyi di tempat dalam, tapi kita tetap bisa menemukannya," kata Crazy Hound bangga. Dia menganggap, dengan keyakinan termurni, penjaga malam bisa mengidentifikasi orang-orang korong dengan instring bahkan tanpa bukti langsung, yang mana lebih baik untuk mendapatkan hasil.     

Penginterogasi itu menyeringai. "Aku tak pernah suka pada bangsawan yang terus berubah pikiran."     

"Taruh mayat putrinya di tiang pembakaran selama satu minggu dan lihat apakah Vicente akan keluar." Ekspresi di wajah Crazy Hound berubah jahat. "Sementara untuk pasangan bangsawan itu, aku yakin eksekutor sudah menunggu cukup lama…"     

…     

Andrew berjalan mondar-mandir dengan cemas di aula, menunggu informasi kembali dari Cocus. Dua temannya sudah tidur di sofa. Apa yang terjadi benar-benar di luar dugaan mereka.     

"Tuan muda, Cocus menyuruh bangsawan untuk tetap tenang…" butler berjalan masuk dan terengah-engah.     

Andrew merasa kekuatannya langsung tertarik keluar. "Aku tahu, aku tahu…"     

Mereka terkejut. Bahkan jika semua bangsawan mau bersatu, mereka hanyalah ancaman kecil bagi Gereja!     

Seseorang pun mengetuk pintu kali ini.     

"Siapa?" tanya butler tersebut gugup.     

"Aku datang menagih hadiah," kata Crazy Hound yang baru saja masuk.     

Andrew dan teman-temannya sangat kaget sampai melompat. "Kau!?"     

"Jadi kau tak mau menepati janji?" Crazy Hound memasang senyum manis di wajahnya.     

"Tidak, tidak … Ini sisa bayarannya." Andrew mengeluarkan satu kantong penuh koin thale.     

Crazy Hound menimbangnya dan menyeringai. "Bagus. Kau adalah rekan yang baik."     

Kemudian dia berkata dengan senyum samar, "Berkat kau, Tuan Andrew. Kau membuat kami paham sekuat apa kami sebenarnya."     

Lalu Crazy Hound berbalik dan pergi. Andrew berdiri di tempat bagaikan patung. Angin yang berembus melewati gerbang membuatnya merasa kedinginan.     

…     

Beberapa hari kemudian, Vicente datang ke pinggir rawa lagi tapi tetap tak menemukan apapun.     

Dia sangat khawatir dan memutuskan kembali diam-diam.     

Dalam kegelapan, dia menyelinap ke desanya. Saat dia akan 'menculik' seorang bocah untuk mendapatkan informasi, dia mendadak mendengar dua wanita bicara.     

"Kasihan Nona Shirley. Aku tak percaya dia jadi kotor dan dipancing iblis…"     

Di bawah propaganda Gereja, bahkan wanita jelata tahu bagaimana cara menggunakan kalimatnya.     

"Kau benar. Nona Shirley adalah gadis baik seperti malaikat. Vicente sialan! Dia berbohong pada Nona Shirley! Kalau bukan karena dia, Nona Shirley tak akan mati di inkuisisi dan bahkan digantung di tiang pembakaran!" tukas wanita satunya.     

Shirley … meninggal?     

Percakapan para wanita itu bagaikan palu besar yang memukul Vicente keras-keras. Pandangannya mendadak memburam dan dia hampir kehilangan keseimbangan.     

Para wanita itu terus bicara, dan dia sudah paham apa yang terjadi saat dia bersembunyi di rawa.     

Jiwanya sudah ditarik oleh kesedihan, sementara benaknya kosong. Dia berjalan kembali ke rawa bagaikan zombie.     

Mungkin dia diberkahi Dewi Keberuntungan. Dalam perjalanan kembali, tak ada yang melihatnya, dan dia tak bertemu monster apapun.     

"TIDAK!!!!"     

Setelah beberapa saat, tangisan yang sangat pilu terdengar dari rawa-rawa. Bahkan tangisannya lebih pilu daripada serigala yang melolong ke bulan.     

Wajah Vicente ditutupi air mata, sementara matanya membara dengan api kemarahan. Dia berlutut di tanah, sementaranya tangannya menggali ke tanah seolah dia tak merasakan sakit sama sekali. Semua kukunya lepas karena menggali dan darahnya mengotori tanah.     

Beberapa menit kemudian, dua buku hitam dan sebuah tangan berhasil digali.     

Dia mengambilnya, sementara hanya tersisa kebencian di wajahnya.     

…     

"Dia tak pernah datang?" kata Crazy Hound yang bersembunyi di pojokan dan menatap mayat di tiang pembakaran.     

Tamer tersenyum. "Terlalu jelas. Penyihir itu tahu."     

"Kasihan. Dia mati untuk penyihir itu." Crazy Hound mengedikkan bahu.     

Tiang pembakaran hanya digunakan untuk 'menyucikan' orang hidup, jadi mayatnya ditinggalkan.     

Banyak orang berhenti dan mencela wanita iblis yang bersekutu dengan setan dan penyihir. Hanya beberapa orang yang mengenal Shirley tahu beritanya tak benar. Tapi mereka tak berani mengatakan apapun.     

Di antara kerumunan, seorang pria berkulit hitam menatap mayat Shirley namun tetap diam. Cara dia menatapnya penuh kesedihan karena tak bisa membayangkan penderitaan yang dialami kekasihnya, sementara dia tak pernah bisa berhenti menyalahkan diri akan hal ini. Namun, akhirnya dia berbalik dan menuju ke gerbang kota. Dia tak pernah melihat ke belakang lagi.     

Setelah berjalan melewati gerbang, dia mendadak melepas salib yang dia gunakan. Sambil menggenggam salib di tangan, dia bersumpah. Ujung salib menusuk kulit telapak tangannya, lalu darahnya keluar.     

Dia meletakkan salib di dinding di samping gerbang kota dalam diam, lalu berjalan menuju kegelapan secara perlahan.     

"Aku akan kembali!"     

"Aku akan kembali dan menghidupkanmu lagi!"     

"Aku akan kembali membawa kehancuran dan kematian!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.