Singgasana Magis Arcana

Insiden



Insiden

0Di Cocus di Duchy Calais…     

Karena letaknya di dekat rawa-rawa, tempatnya sangat panas bahkan saat tengah malam. Sesekali, burung mengerikan terbang dari kegelapan sambil bercicit melengking.     

Di ujung rawa-rawa, Arnold, yang terus menatap Cocus, mendadak merasa terhibur. "Nielson, kau tak pernah berpikir bisa kembali ke kota ini suatu hari, 'kan?"     

Maksudnya kembali sebagai master.     

Tempat ini, sebagai ibukota Kekaisaran Asso, punya infrastruktur paling sempurna bagi pertahanan yang dikerjakan Liege of Death. Normalnya, tempat ini menjadi target operasi.     

Lemaknya menggeliat. Nielson berkata dengan perasaan campur aduk, "Kupikir aku tak akan bisa kembali ke Cocus lagi seumur hidupku … Aku ingat aku dipuji di sini oleh Liege of Death saat menjadi archmage."     

Priscilla menutup kecemasannya dengan senyuman. "Awalnya, kupikir targetnya adalah Rentato."     

Operasinya sebagian besar dijalankan oleh penyihir legendaris dengan kerja sama diam-diam kesatria legendaris. Namun setelah gereja dihancurkan dan kota-kota diduduki, banyak penyihir tingkat senior dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dan menyiapkan konstruksi pertahanan. Sehingga, Arnold menunggu sinyal di ujung rawa bersama Nielson, Priscilla, Amanata, Fernando, dan penyihir lain.     

Arnold mendecakkan lidah. "Sword of Truth tak mau kehilangan daerah kekuasaannya."     

"Huh, kenapa Douglas tak di sini?" Priscilla mengetahui alasannya. Dia melihat sekitar tapi tak melihat archmage yang meninggalkan kesan mendalam padanya 10 tahun lalu.     

Arnold tersenyum. "Douglas bilang penelitiannya mendekati saat-saat paling penting dan dia merencanakan sesuatu. Jadi aku bilang padanya kalau dia tak perlu ikut andil dalam rencana."     

Lalu Arnold mendadak menyipitkan mata. "Sudah mulai."     

Dia menerima pesan dari Liege of Death. Penyihir legendaris siap beraksi.     

…     

Di bawah lumpur pekat, Kota Langit yang rusak masih tergeletak di sana seperti biasanya.     

Douglas duduk di alun-alun di tengah kota, berhadapan dengan lembaran kertas yang bertuliskan simbol dan angka.     

Hukum yang disimpulkan dari catatan astrologi yang sangat banyak dan penerapan kalkulus membuatnya menyentuh hal luar biasa, tapi masih ada celah untuk dia temukan alasannya.     

Pertanyaan itu menghantuinya dan menjebaknya di selama berhari-hari, tapi dia tak pernah menemukan jawaban yang sempurna.     

Rahasia planet dan sumber energi bumi. Rahasia paling penting dari dunia seolah ada tepat di depannya, dan yang dia perlukan hanya mendorong gerbang lalu merengkuh mereka!     

Dia hanya butuh satu momen!     

Di alun-alun, beberapa penyihir yang sedang melihat kini berkeliaran dengan anak-anaknya. Mereka sangat penasaran dengan archmage yang sedang berpikir keras itu, tapi tak berani mendekatinya.     

Anak-anak berlarian dengan riang, mencoba merebut buah dari tangan orang tua mereka.     

…     

Aalto dibakar. Bangunan runtuh satu per satu. Lingkaran pertahanan seolah tak berguna.     

"Ada apa? Di mana pertahanan kita?" Beto, yang ada di tengah pesta, tak menyangka Gereja menyerang disaat seperti ini, atau kalau pertahanan Aalto tak bekerja sama sekali!     

Aalto adalah pertahanan Kekaisaran Sihir di barat yang kuat. Awalnya Aalto dibangun untuk menangani makhluk di Pegunungan Kegelapan dan satu tingkat lebih rendah dalam kekokohan dibanding Antiffler. Setelah penyihir legendaris, vampire, naga, elf, dan orang lain berkumpul di sana untuk melawan Gereja, pertahanannya disempurnakan dan diperkuat tanpa memedulikan biaya. Kota sekuat Antiffler setelah lebih dari 10 tahun. Itu adalah salah satu kartu as yang diharapkan pasukan koalisi untuk membelokkan God's Arrival.     

Namun, pertahanannya tak berfungsi sama sekali disaat genting!     

Furan merinding dan panik. "Hanya ada satu alasan kenapa pertahanannya tak aktif. Ada yang aneh dengan legendaris yang mengawasi pertahanan!"     

"Siapa?" Beto, sepasang anak kembar, dan Antec bertanya bersamaan.     

Furan melihat mereka dan mendengus. "Kalian bodoh? Hal paling penting sekarang adalah kabur, bukan mencari tahu apa yang terjadi pada penyihir legendaris. Bisakah kau membunuhnya? Kardinal agung dan kesatria Gereja sekarang di atas Aalto, dan kau punya waktu untuk bertanya?"     

Dia bicara lewat sambungan telepati kali ini. Sambil mencerca mereka, Furan berlari ke bawah tanah villa. "Jangan lari keluar. Kita bisa terbunuh oleh dampak pertarungan para legendaris. Jangan pergi ke tempat guru kita juga. Mereka pasti sudah ditahan oleh kardinal agung dan kesatria legendaris. Ayo keluar dari kota lewat jalan rahasia dan sembunyi di Pegunungan Kegelapan dulu sebelum kita mencari tahu apa yang terjadi!"     

Murid-murid kebanggaan para penyihir legendaris itu cukup panik. Mereka tak tahu bagaimana merespon karena kurang pengalaman. Segalanya akan lebih baik jika Stanis ada di sini, tapi dia pergi ke Pegunungan Kegelapan lagi untuk mencari material.     

Untungnya, Furan tetap tenang disaat seperti ini dan menunjukkan kepemimpinannya. Dia memberikan cara terbaik menghadapi situasi.     

Antec gemetar hebat karena ketakutan. Dia tak pernah berpikir akan menemui bahaya separah ini. Dia lebih senang bersembunyi di kegelapan dan mengalahkan musuh dengan menciptakan mimpi dan ilusi. Saat ini, suara keras di langit terus menantang hatinya.     

Mendadak, cahaya paling suci turun dari langit dan memusnahkan semua hal tak suci bagai kuasa tuhan.     

Cahayanya terpantul oleh cermin misterius yang muncul entah dari mana dan terbagi menjadi beberapa sinar. Salah satunya mengenai rumah tempat Furan dan teman-temannya berada sebelum ini.     

Cahaya sucinya meledak. Dengan retakan kecil yang terdengar seperti palu di tangan hakim yang dipukulkan, seluruh rumah musnah.     

Beto, Furan, Antec, dan yang lain hanya satu langkah dari bawah tanah, tapi mereka semua dilahap oleh dampak Light of Judgement.     

Merasakan tubuh dan jiwanya berubah menjadi cahaya suci dengan cepat, Beto hanya punya satu pikiran samar di dalam kepalanya. 'Apa aku akan mati semudah ini?'     

Di zaman kekacauan dan kegelapan, Beto tak yakin dia bisa hidup sampai mati secara alami meski dia adalah murid penyihir legendaris. Dia sudah membayangkan kemungkinan kematian, dan semuanya heroik. Beberapa melibatkan pertarungan bersama para legendaris, dan beberapa adalah serangan balik mati-matiannya setelah disergap.     

Namun dia tak tahu kalau hari ini dia akan mati dengan sangat mudah. Dampak pertarungan legendaris sudah melenyapkan dirinya sepenuhnya!     

Itu bukan kematian heroik sama sekali. Dia bahkan tak bisa melawan! Dia sangat familiar dengan orang-orang biasa yang mati dalam pertarungan sebelum ini!     

"Jadi aku bukan pahlawan…" Kesadaran Beto menghilang sepenuhnya.     

Antec juga merasakan penguapan sesaat dari tubuh dan jiwanya. Ketakutannya akhirnya hilang, digantikan dengan kesedihan samar. "Aku belum menciptakan mimpi nyata…"     

"Aku tak punya banyak teman kencan di dalam mimpiku…"     

"Aku tak akan bisa hidup untuk menemui Fernando lagi…"     

"Sejujurnya, Nando sangat cantik, meski tak secantik Furan…"     

Tercengang, Furan melihat Beto, Antec, dan teman-temannya dilahap cahaya suci. Kilauan metode penyelamat nyawa mereka bersinar, namun tenggelam lagi. Dia tahu benar kalau dia juga akan berakhir seperti mereka.     

"Aku tak mau mati di sini!"     

"Aku adalah ratu yang akan menjadi penyihir legendaris di masa depan. Mana mungkin aku mati dengan mudah seperti penyihir biasa?"     

"Ada banyak keinginan yang belum terkabul. Aku harus menyelesaikan urusan dengan Nando dan mengubahnya menjadi wanita seutuhnya…"     

Ambisi, hasrat, dan harapan meluap-luap, tapi perlawanan Furan tak ada gunanya. Setelah usaha singkat, dia juga tercerai-berai oleh cahaya suci, tak menyisakan apapun selain penyesalan samar.     

Dua legendaris yang bertarung di langit tak pernah melihat pada rumah itu sepanjang pertarungan.     

Rumah itu tak punya apapun selain dinding yang rusak yang terbakar. Tak ada yang tahu mereka sedang menceritakan cerita dari banyak murid penyihir legendaris yang melawan kebinasaan, namun tetap mati dalam diam.     

Apapun harapan dan ambisi besar yang mereka punya, mereka hanya bisa terkubur dalam zaman!     

Setelah angin panas berembus, tak ditemukan abu sama sekali.     

…     

King of Nightmare, Stellar Mentor, dan penyihir legendaris lain bertarung melawan beberapa kardinal agung dan kesatria legendaris sekuat tenaga, sambil saling berkomunikasi lewat sambungan telepati.     

"Mereka tak bisa dihentikan. Gregory sedang menahan Dracula dan Master of the Boundless Ocean dengan kekuatan demigod."     

"Mecatron menghentikan Danisos. Ivan dan Rudolf bertarung melawan Mother God of the Earth dan ratu elf…"     

"Silver Moon belum muncul?"     

"Tidak. Apa yang harus kita lakukan?"     

"Kita harus melakukan usaha terakhir! Waktunya menggunakan Kufuray!"     

"Baiklah. Kita bisa memanggil Lord of Hell sekarang!"     

Setelah serangan gagal Silver Moon melawan paus sebelumnya, para penyihir legendaris memutuskan menambah serangan penting ke dalam pertarungan, bahkan jika mereka harus menjual jiwa pada setan!     

Mendadak, Stellar Mentor berkata dengan tercengang, "Percuma! Persembahan darah di Kufuray percuma!"     

"Dia! Banham!" Seseorang akhirnya menyadari siapa pengkhianatnya, yaitu Banham, sang Original Fire!     

Saat ini bukan giliran Original Fire untuk mengawasi kota, jadi dia awalnya tak mencurigainya. Dari apa yang mereka lihat, dia pasti sudah membunuh penyihir legendaris!     

Kini setelah kartu as terakhir mereka tak bisa digunakan, Stellar Mentor, King of Nightmare, dan yang lain tak mau bertarung lagi. Mereka mulai mencari kesempatan kabur.     

Namun, seorang pria paruh baya mendadak muncul di langit. Wajahnya biasa dan kulitnya gelap, tapi dia terlihat suci dengan mahkota sucinya dan tongkat platina.     

"Gregory!"     

"Paus!"     

"Bukankah dia ditahan oleh Dracula dan Master of the Boundless Ocean?"     

Paus Gregory tersenyum. "Karena Silver Moon tidak datang, Dracula hanya bisa kabur duluan. Setelah dia pergi, Harex jelas tak ingin menyia-nyiakan nyawanya di sini juga."     

Setelah jeda, dia menatap ke arah para penyihir legendaris. "Tak satu pun dari kalian berada di puncak tingkat legendaris. Aku penasaran apakah kalian bisa menerima satu Light of Judgement dariku bersama-sama."     

Ketika penyihir legendaris level tiga melawan demigod, mereka jelas terbunuh jika tak kabur menggunakan mantra yang tak terduga. Apalagi, mereka masih dihantui oleh kardinal agung dan kesatria legendaris yang jumlahnya cukup banyak.     

"Kenapa dia sudah menyerang mengejar legendaris papan atas dan malah fokus menangani kita?" Itulah pikiran terakhir King of Nightmare dan penyihir lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.